Pura Sakenan merupakan bagian dari ribuan pura yang ada di Bali. Letaknya di desa Serangan, kecamatan Denpasar Selatan, dulunya Serangan merupakan sebuah pulau terpisah yang hanya bisa diakses melalui jalur laut, namun setelah mengalami reklamasi, kawasan ini begitu mudah untuk dikunjungi melalui jalur darat. Serangan sendiri menjadi tempat menarik bagi sejumlah kalangan wisatawan, ada penangkaran penyu, rekreasi diving dan juga kegiatan watersport lainnya seperti di Tanjung Benoa, sehingga menjadi salah satu objek wisata di Bali yang sayang untuk dilewatkan.
Pulau Serangan terbilang sangat kecil dengan panjang 2,9km dan lebar 1 km, seperti namanya yang berasal dari kata sira dan angen, memang membuat ngangenin karena keindahannya, itu sebabnya pelaut-pelaut Bugis sengaja untuk berhenti dan beristirahat mencari minum disini, karena keindahan pulaunya mereka betah berlama-lama, itu sebabnya sampai sekarang ada perkampungan dinamakan Kampung Bugis pada kawasan ini. Jika anda wisatawan coba agendakan acara tour di Bali anda berkunjung ke sini, selain beberapa rekreasi seperti watersport dan penangkaran penyu anda bisa memancing dan diving.
Pura Sakenan sendiri merupakan pura kahyangan jagat, dan menurut lontar Usana Bali dibangun oleh Mpu Kuturan (Rajaketha), dalam sejarahnya pura dibangun karena perwujudan rasa syukur sekelompok orang yang merasa sira angen karena keindahan pulau Serangan, masyarakat Bali sekitarnya juga ikut melakukan persembahyangan walaupun sebelumnya hanya bisa diakses melalui jalur laut menggunakan perahu-perahu nelayan, lambat laun transportasi laut ini mulai ditinggalkan, karena sekarang kendaraan seperti mobil bahkan bus besar bisa dengan mudah mengakses Serangan.
Kalau dari prasasti desa Sading, Kec. Mengwi, Badung, pembangunan Pura Sakenan diperkirakan saat Bali diperintah oleh raja Sri Masula Masuli, beliau bertahta dari tahun Isaka 1.100 (1178 Masehi) dan memerintah selama 77 tahun. Pada saat Dang Hyang Nirartha melakukan perjalanan rohani keliling pulau Bali, beliau juga sempat singgah ke pulau Serangan, beliau sangat mengagumi keindahan pulau ini, perpaduan alam laut dan pulau begitu serasi, sehingga memutuskan untuk bermalam beberapa hari, dan akhirnya pada bagian sebelah Barat beliau membangun tempat suci bernama Pura Sakenan.
Ada yang menterjemahkan Sakenan berasal dari kata Cakya yang berarti langsung menyatukan pikiran, sangat beralasan tempat kecil yang dipisahkan oleh laut ini memiliki ketenangan dan keheningan lebih, sehingga mudah untuk menyatukan rohani ataupun pikiran ke Hyang Pencipta. Pujawali di Pura Sakenan setiap 210 hari sekali tepatnya hari Raya Kuningan pada hari Sabtu Kliwon, Kuningan.
Saat umat Hindu melakukan persembahyangan pada Hari Raya Kuningan, setidaknya ada 3 buah pura tempat umat melakukan persembahyangan , yaitu pura Susunan Wadon sekitar 500 meter sebelah timur pura utama, kemudian pura Susunan Agung dan Dalem Sakenan pada pinggir pantai tepi Barat. Ini satu paket perjalanan spiritual saat melakukan persembahyangan ke Pulau Serangan. Karena ketiga pura tersebut melambangkan Purusa, Pradhana dan Lingga.
Ada menyebutkan Pura Sakenan sebagai Samudra Kertih bagian dari Sad Kertih. Tempat memuja Ida Hyang Baruna sebagai penguasa lautan untuk menjaga keselamatan dunia, menyucikan segala bhuta kala dan manusia, menghilangkan segala jenis penyakit dan rintangan.
Jika anda seorang wisatawan, walaupun bukan warga Hindu anda bisa menyaksikan ketenangan dan kesakralan Pura Sakenan ini, selain itu anda bisa menikmati beberapa wisata bahari seperti banana boat, diving, parasailing dan jetski, permainan watersport disini lebih tenang tidak seperti Tanjung Benoa yang selalu ramai.