Wihara Satya Dharma

Vihara Satya Dharma terletak di wilayah Pelabuhan Benoa, Bali, Indonesia, dan berfungsi sebagai tempat ibadah Tridharma. Meskipun disebut sebagai “vihara,” sebenarnya tempat ibadah ini melayani tiga agama, yaitu Buddhisme, Taoisme, dan Konghucu, sebagaimana tertulis dalam prasasti peresmiannya. Seperti klenteng dan vihara lainnya di Bali, tempat ibadah ini juga menggabungkan unsur-unsur dari agama Hindu Bali, seperti adanya pelinggih Padmasana dan Patung Karang di pojok halaman bagian depan.

Nezha adalah dewa utama yang dipuja di Vihara Satya Dharma. Selain itu, vihara ini juga membangun altar untuk dewa Singbing yang berhubungan dengan keselamatan perjalanan, navigasi, dan perdagangan. Tempat ibadah ini bertujuan untuk melayani pelaut dari berbagai negara yang sering bersandar di Pelabuhan Benoa, mengisi kekosongan akan keberadaan vihara sebelumnya di daerah tersebut. Selain itu, vihara ini juga bertujuan untuk menarik minat wisatawan lokal dan internasional yang mengunjungi wilayah tersebut.

Aksara Tionghoa di atas nama Vihara Satya Dharma ditulis sebagai 宮安保, dibaca sebagai “bǎo ān gōng” jika dibaca dari kanan ke kiri. Aksara 保 (bǎo) memiliki makna menjaga, melindungi, melestarikan, menjamin, dan memberikan kepastian. Aksara 安 (ān) mengandung makna kepuasan, ketenangan, stabilitas, ketentraman, keselamatan, kenyamanan, kesehatan, menemukan tempat, pemasangan, perbaikan, memperdamai, membawa, mengamankan, melindungi, keamanan, dan perdamaian. Aksara 宮 (gōng) mewakili istana, kuil, kastrasi, atau nada pertama dalam skala pentatonik. Secara bersamaan, aksara 安保 (ānbǎo) berarti “keamanan” atau “keselamatan.” Dengan demikian, bǎo ān gōng secara harfiah berarti “Kuil Keamanan.” Istilah ini umum digunakan oleh vihara dengan tujuan menanamkan rasa aman, terutama secara spiritual, bagi para penganutnya.

Meskipun istilah “vihara” sering digunakan oleh berbagai klenteng di Bali, namun dapat merujuk pada tempat ibadah yang berbeda. Penggunaan istilah ini terkait dengan konteks politik di Indonesia sebelum pengakuan Konghucu sebagai agama keenam.

Vihara Satya Dharma terletak di ujung utara jalan tol di Pelabuhan Benoa. Dana untuk pembangunan tempat ibadah ini dikumpulkan melalui sumbangan dari masyarakat Indonesia, khususnya yang tinggal di Bali, serta dari para pelaut dari Jepang, Taiwan, dan Thailand yang bersandar di Pelabuhan Benoa. Proses pembangunannya berlangsung selama enam tahun dan diresmikan pada tahun 2012. Upacara peresmian gedung vihara dilangsungkan pada hari Rabu, 22 Agustus 2012, dengan dihadiri oleh Wakil Gubernur Bali, AA Ngurah Puspayoga.

Tags: No tags

Comments are closed.