Museum Bali, juga dikenal sebagai Museum Unit Pelaksana Teknis Dinas Kebudayaan Bali, adalah museum nasional yang terletak di Denpasar, Bali. Museum ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan artefak sejarah dan etnografis, dengan koleksi yang beragam yang mencerminkan perkembangan budaya dan masyarakat Bali di masa lalu. Pameran di museum ini menampilkan berbagai objek etnografis, termasuk alat-alat, peralatan rumah tangga, karya seni, artefak keagamaan, bahan tulisan, dan lain-lain.
Pendirian Museum Bali pertama kali diusulkan oleh arsitek W.F.J. Kroon pada tahun 1910, saat ia menjabat sebagai Asisten Residen Bali Selatan di Denpasar. Pembangunan gedung utama, Gedung Arca, dimulai pada tahun yang sama dengan dukungan dari raja-raja lokal Buleleng, Tabanan, Badung, dan Karangasem. Seiring waktu, koleksi museum berkembang di bawah kepemimpinan W.F. Sttuterhim, kepala departemen arkeologi, yang fokus pada perolehan artefak etnografis.
Pada tahun 1932, sebuah yayasan dibentuk untuk mengawasi manajemen dan pengembangan museum. Yayasan ini, dipimpin oleh H.R. Ha’ak dan terdiri dari tokoh-tokoh terkemuka seperti G.J. Grader, G.M. Hendrikss, R. Goris, I Gusti Ngurah Alit (Raja Badung), I Gusti Bagus Negara, dan Walter Spies, berperan penting dalam operasional museum. Pada tanggal 8 Desember 1932, Museum Bali resmi dibuka untuk umum, dengan pameran permanen yang diselenggarakan di Gedung Tabanan, Karangasem, dan Buleleng, menampilkan artefak prasejarah, sejarah, dan etnografis, termasuk seni rupa.
Selama sejarahnya, museum mengalami beberapa perubahan administratif. Museum tersebut dikelola oleh pemerintah provinsi Bali, namun karena situasi yang sulit akibat perang, kemudian pada tahun 1965 diserahkan kepada pemerintah pusat di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan menjadi Museum Negara Provinsi Bali. Kemudian, pada tahun 2000, dengan diberlakukannya otonomi daerah, museum tersebut kembali diserahkan kepada Pemerintah Provinsi Bali dan menjadi salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas Kebudayaan Bali yang dikenal sebagai Museum Bali UPTD.
Arsitektur museum ini memiliki gaya khas istana kerajaan di Denpasar, dengan dinding eksterior yang indah, halaman, dan gerbang masuk yang mengesankan. Di dalam kompleks museum, terdapat empat paviliun yang mewakili berbagai kabupaten di Bali. Paviliun Tabanan, yang terletak di bagian utara, menampilkan koleksi peralatan tari, termasuk kostum tari, berbagai topeng untuk tarian topeng, wayang kulit, keris Bali tradisional untuk tari Calonarang, serta beberapa patung kuno. Museum Bali UPTD juga menyimpan koleksi dalam berbagai bidang, seperti biologi, etnografi, arkeologi, sejarah, numismatika, filologi, keramik, dan seni rupa.
Paviliun tengah, Paviliun Buleleng, didesain dengan gaya pura di Bali bagian utara dan menampilkan koleksi pakaian tradisional Bali, termasuk kipas Bali khas.
Paviliun terakhir, Paviliun Badung, terletak dekat pintu masuk utama, dekat dengan bale kulkul yang menjulang tinggi, dan menampung berbagai koleksi prasejarah. Di paviliun ini, Anda dapat melihat alat-alat yang digunakan oleh manusia selama masa berburu, bertani, budidaya, dan masa logam. Lantai atas paviliun ini menampilkan koleksi seni rupa Bali.
Terletak di lokasi strategis di pusat Denpasar, tepatnya di Jalan Mayor Wisnu, Museum Bali dikelilingi oleh landmark terkenal. Di sebelah selatan museum terdapat Pura Jagatnatha, sementara Lapangan Puputan Badung dan Patung Catur Muka terletak di depan Museum Bali. Jika Anda menggunakan transportasi bermotor, perjalanan dari Bandara Ngurah Rai menuju museum biasanya memakan waktu sekitar 45 menit, dengan jarak tempuh sekitar 13 km.