Menjelajahi TCEC Serangan: Wisata Edukasi dan Konservasi Penyu di Bali

TCEC Serangan merupakan lokasi tepat bagi anda penyuka wisata lingkungan. Lokasi ini merupakan sebuah pusat pendidikan, kawasan wisata, konservasi dan sebagai pusat penelitian penyu. Lebih tepatnya berada di Pulau Serangan, sekitar 30 menit arah selatan dari Kota Denpasar. Di penangkaran yang memiliki lahan seluas 2,4 hektare ini, Anda bisa berwisata sekaligus belajar mengenai penangkaran hewan penyu. Pengelola akan siap menjelaskan seluk beluk penyu dan dari mana saja penyu-penyu yang ditangkarkan disini berasal.

TCEC ini dibuka secara resmi pada 20 Januari 2006 oleh Gubernur Bali Bapak Dewa Berata. Tujuannya awalnya bukan untuk lokasi belajar melainkan untuk strategiu mengatasi perdagangan penyu. Adanya penangkaran ini supaya membantu masyarakat lokal Serangan membuat alternatif lain disamping bisnis perdagangan penyu. Sekarang keberadaanya jauh dari sekedar tempat penyelamatan. TCEC selain menjadi lokasi penyu yang diselamatkan dari alam karena kondisi sakit.

Pusat konservasi ini juga ikut menyelamatkan telor-telor penyu di kawasan pantai yang ramai pengunjung,dan membeli telor penyu dari masyarakat lokal. Telor penyu nantinya akan di  tetaskan di pusat penangkaran, bayi – bayi penyu ( tukik ) dirawat kurang lebih 1 bulan untuk di lepas bebaskan di alam. semua alasan kegiatan penyu dalam kepunahan akibat kegiatan manusia, tidak hanya memburu dan mengkomsumsi telor penyu dan juga polusi laut dan pembangunan kawasan peneloran dan penurunan papulasi yang sangat dramatis.

Jadi, TCEC ini sangat vital keberadaanya. Sangat disayangkan jika berwisata ke Denpasar tidak mampir di destinasi yang mudah ditempuh oleh berbagai sarana kendaraan ini dari bandara maupun wilayah lain di Bali.


Serunya Menjelajah Kampung Kuliner Seafood Serangan: Wisata Rasa Baru di Denpasar

Bosan dengan menu seafood itu-itu di Kedonganan maupun Jimbaran saja saat wisata ke Bali? Mungkin, destinasi kuliner terbaru di Kota Denpasar ini sangat patut Anda coba.  Namanya Kampung Kuliner Seafood Serangan. 

Sesuai namanya, lokasinya ada di Pulau Serangan. Dari bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit. Jika Anda hendak menuju Sanur maupun Gianyar, kampung ini pasti akan Anda lewati. Jadi sangat sayang jika dilewatkan. 

Untuk mencari lokasinya sangat mudah karena begitu Anda masuk Pulau Serangan, akan dituntun oleh papan penunjuk nama. Tepatnya berlokasi di Lapangan desa Serangan. Ada banyak pilihan menu makanan laut yang disajikan di destinasi baru ini.

Ada sebanyak 14 petak bangunan dengan total 28 kios kuliner disini. Disini ada banyak menu dapat dipilih. Sebagian besar kuliner yang disajikan adalah berbahan dari seafood. Seperti, kerang bakar, udang, ikan bakar, cumi bumbu bali dll. Semuanya disajikan oleh warga setempat yang sudah mewarisi racikan menu sejak turun temurun. Warung Kuliner ini buka mulai pukul 10.00 pagi hingga 22.00 petang.

Kampung Kuliner ini tidak hanya menyajikan menu makanan. Pemerintah Kota Denpasar berupaya menjadikannya sebagai one stop solution bagi wisatawan. Karena itu, di pinggirnya dilengkapi juga dengan jogging track. Tujuanya agar tidak hanya untuk tempat makan saja tetapi juga bersantai bersama keluarga. Jadi jangan lewatkan wisata terbaru ini.

 

Wisata Edukasi Subak TeBA Majalangu

Buat keluarga yang ingin memperkenalkan anak-anaknya dengan pembelajaran tentang alam khususnya pertanian. Inilah destinasi paling tepat dituju. Namanya Wisata Edukasi TeBA Majelangu. Destinasi ini milik Desa Kesiman Kertalangu yang terletak di kawasan jogging track Desa Budaya Kertalangu. Konsep tempat wisata ini adalah memberikan pelajaran bagi anak-anak tentang pertanian. Mereka bisa mengidentifikasi alat-alat pertanian, metodenya sampai praktek di lapangan. Semuanya bisa dilakukan di sini.

Jangan khawatir terkait berapa banyak aktivitas bisa dilakukan disini karena luasan lahannya mencapai 1,4 hektare. Anak-anak maupun orang tua dapat melakukan banyak hal. Karena disini terdapat Museum subak yang bertujuan memperkenalkan alat-alat pertanian tempo dulu yang digunakan dalam kegiatan pertanian. Museum subak akan menyajikan informasi mulai dari nama alat, fungsinya dan menjadi bagian penting dari proses pembelajaran siswa nantinya di lapangan.

Selain itu ada Rumah bibit tempat pameran untuk menampilkan contoh bibit organik yang sudah dibuat oleh kelompok tani setempat. Pengunjung bisa melihat bagaimana bentuk bibit / tanaman apa saja yang ada di kawasan TeBA Majalangu dan diberikan edukasi secara umum berkaitan dengan fungsi dari masing-masing tanaman.

Selesai dari dua lokasi itu masih ada tempat memberi makan binatang. Disini terdapat beberapa binatang ternak dan menjadi salah satu kegiatan yang mengasikkan terutama untuk anak-anak. Dalam proses edukasi mereka juga akan di ajarkan jenis-jenis hewan yang biasanya di pergunakan dalam kegiatan upacara / upakara tradisional bali.

Kegiatan terakhir yang bisa dinikmati adalah permainan atau game outbond merupakan salah satu kegiatan yang paling disukai anak-anak yang bertujuan untuk melatih dan mengembangkan kepercayaan diri, keberanian dan daya kreatifitas anak-anak. Jadi tunggu apalagi, TeBA Majelangu sangat cocok buat keluarga yang rindu dengan aktivitas alam dan sangat mudah dijangkau dari Kota Denpasar.

Menikmati Seni dan Budaya di Taman Budaya Bali: Pusat Pementasan Terbesar di Denpasar

Taman Budaya Bali atau lebih dikenal dengan Taman Werdhi Budaya Art Centre Denpasar salah satu pusat pementasan seni tertua di Bali yang terletak di Jalan Nusa Indah, Kota Denpasar.

Kawasan Taman Budaya ini terdiri dari empat kompleks, yaitu kompleks suci, meliputi Pura Taman Beji, Bale Selonding, dan Bale Pepaosan. Kedua, kompleks tenang, meliputi Perpustaan Widya Kusuma. Ketiga, kompleks setengah ramai, meliputi Gedung Pameran Mahudara, Gedung Kriya, studio patung, wisma seni, dan wantilan. Keempat, kompleks ramai, meliputi panggung Ardha Candra dan Ksirarnawa.

Ardha Candra adalah panggung terbuka yang biasa digunakan untuk pementasan kolosal, pertunjukan musik, dan pentas seni lainnya. Panggung yang menjadi salah satu ikon di taman budaya ini bisa menampung hingga enam ribu penonton. Ksirarnawa adalah panggung tertutup yang bisa juga digunakan untuk pementasan kolosal. Fungsinya hampir sama dengan Ardha Candra, hanya bentuknya saja yang tertutup. Pemerintah Provinsi Bali, khususnya Gubernur Bali kerap menggelar acara akbar di sini.

Selain Ardha Candra dan Ksirarnawa, ada juga Kalangan Ratna Kanda dan Kalangan Ayodya yang merupakan pentas terbuka. Panggung ini biasa digunakan untuk pentas seni, seperti tarian, arja, dan joged.

Kompleks seluas 14 Hektare ini dibangun menggunakan arsitektur Bali, serta dihiasi relief-relief indah dan menarik. Di dalam gedung pameran pengunjung bisa menyaksikan berbagai jenis lukisan dan ukiran karya para seniman Bali. Ide pembangunan fasilitas ini adalah Gubernur Bali Ida Bagus Mantra yang terkenal sangat mencintai budaya Bali. Beliau juga menyumbangkan lahan seluas lima hektar (ha) untuk membangun kompleks yang dibuka sejak tahun 1973.

Saat ini, Taman Budaya Art Center menjadi satu-satunya lokasi pementasan seni budaya Bali paling lengkap di Kota Denpasar.

Tempat ini dibuka setiap hari, mulai pagi hingga sore. Saat tepat berkunjung ke sini adalah ketika pelaksanaan Pekan Kesenian Bali (PKB) yang digelar setiap tahun tepatnya bulan Juni hingga Juli. Karena saat itulah perwakilan seniman dari sembilan kabupaten kota di Bali datang menampilkan kesenian khas daerah masing-masing, mulai dari seni tari, musik, ukir, lukisan, wayang, hingga makanan tradisional.

Hutan Mangrove Bali atau Taman Hutan Raya Ngurah Rai: Destinasi Wisata Alam yang Memadukan Sejarah, Keindahan, dan Konservasi

Salah satu wisata alam di Kota Denpasar jangan pernah Anda lewatkan. Karena, destinasi ini pernah menjadi lokasi bersejarah tempat berkumpulkan kepala-kepala negara anggota G-20 seperti Presiden Amerika Serikat Joe Biden berkumpul, berfoto bersama dan menanam mangrove bersama. Inilah Hutan Mangrove Bali atau Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai. Lokasinya ada di Jalan By Pass Ngurah Rai, Km 21, Suwung Kauh Desa Pemogan, Kuta, Denpasar. Jika hendak masuk lokasi ini, perhatian petunjuk berupa papan besar bertulisan G-20.

Ada berbagai aktivitas dapat Anda nikmati di taman Mangrove seluas 1.373 hektare dengan panjang 1,5 kilometer ini. Disini Anda bisa berjalan menyusuri mangrove track yang terbuat dari susunan kayu di atas hutan mangrove. Pengunjung bisa mengamati dan mengidentifikasi aneka tanaman bakau di kiri dan kanannnya. Titik mangrove track ini adalah pemandangan Jalan Tol Bali Mandara.

Pengunjung juga bisa rehat sejenak sembari menghirup udara segar di tower khusus di tengah hutan. Tower ini juga instagramable, sehingga banyak dijadikan latar belakang untuk berswafoto. Dari puncak tower pengunjung bisa menikmati keindahan alam hutan bakau dari atas. Aktivitas lain yang bisa dicoba disini adalah menyewa jukung milik nelayan. Di hutan mangrove ini terdapat perahu-perahu ini milik Kelompok Nelayan Segara Guna Batu Lumbang dengan anggota mencapai 40 orang.

Wisatawan diajak berkeliling hutan bakau selama 25-30 menit, bahkan melintasi bawah Tol Bali Mandara. Kelompok Nelayan Guna Batu Lumbang juga memiliki area pembibitan tanaman mangrove. Mereka akan menanami kembali tanaman mangrove yang mati atau rusak. Penanaman mangrove dilakukan hingga ke pelosok-pelosok hutan sembari menggunakan perahu atau kano.

Ada setidaknya 16 jenis vegetasi bakau di Hutan Mangrove Bali didominasi Rhizophora, Bruguiera, dan Xylocarpus. Keberadaannya memberi naungan terhadap satwa air dan darat di sekitarnya. Unit Pelaksana Teknis Taman Hutan Raya Ngurah Rai mencatat sekitar 61 jenis burung, empat reptil, 30 jenis Crustacease, dan delapan jenis ikan hidup di dalamnya.

Menarik kan beraktivitas di Hutan Mangrove Denpasar? Siapa bilang wisata di Denpasar hanya soal budaya dan pantai. Masih ada hutan Mangrove yang layak dikunjungi.

 

Mengungkap Pesona Pasar Sindu Sanur: Tempat Kuliner Favorit Wisatawan Mancanegara dan Lokal

Buang dulu kesan jorok dan kotor saat mendengar Pasar Sindu Sanur. Semua kesan itu dapat dijamin tidak ada di pasar ini. Justru sebaliknya, Anda akan mendapatkan kesan istimewa. Di Pasar Sindu Sanur, pengunjung justru akan terkesima karena banyak wisatawan mancanegara layaknyaa warga lokal. Tidak heran kalau pasar ini dijuluki Pasar Senggolnya Bule.

Pasar Sindu Sanur Pasar Sindhu yang berada di Jalan Danau Toba No.17 Sanur, Bali. Pasar Sindu berdiri di atas lahan seluas 51 are untuk menampung 361 pedagang yang sebagian besar merupakan masyarakat lokal. Pada pagi hari, pasar ini menjual berbagai kebutuhan pokok. Saat malam hari, pelataran pasar disulap menjadi pasar senggol. Pasar diresmikan oleh Menteri Perdagangan RI Marie Elka Pangestu pada 4 tahun2010. Saat itu tujuannya menjadikan Pasar Sindu menjadi pasar yang ramah dan segar.

Jauh dari kesan pasar tradisional, pasar ini terbilang istimewa karena dikenal dengan kebersihannya. Pasar Sindu kini tidak saja dikenal ramah dan segar tetapi juga pasar bagi wisatawan. Khususnya saat pasar dibuka pada malam hari. Saat malam hari, pasar ini menyajikan aneka hidangan kuliner tradisional dari pada pedagangan kaki lima dengan harga yang terjangkau.

Adapun beberapa makanan unggulan yang menjadi primadona di Pasar Malam Sindu antara lain mi ayam, nasi goreng, bakso, sate, gulai kambing, hingga es buah. Lokasinya yang berada di destinasi utama Bali, yakni Sanur menjadikan Pasar Sindhu sering menjadi tujuan bagi wisatawan internasional berbelanja. Mereka berbaur dengan masyarakat lokal dan wisatawan domestic menikmati sajian kulier lokal. Kebersihan dan kerapian para pedagang ini membuat wisatawan menjadi nyaman sehingga jauh dari kesan jorok dan tidak beraturan.

Jangan kaget ketika suatu ketika Anda mampir untuk menikmati suguhan kuliner Pasar Sindu tiba-tiba duduk berdekatan dengan wisatawan mancanegara. Jika tidak percaya, bisa dibuktikan segera.

Makam Ratu Ayu Siti Khodijah: Kisah Multikulturalisme dan Legenda di Kota Denpasar

Makam Ratu Ayu Siti Khodijah ini merupakan bukti multikuralisme sudah sejak lama ada di Kota Denpasar. Makam ini berada di utara Setra Agung Badung, Desa Pekraman Denpasar. Tepatnya di sebelah timur Pura Dalem Kahyangan Denpasar.

Ratu Ayu Siti Khodijah Pemecutan, merupakan makam salah satu putri Raja Pemecutan bernama Gusti Ayu Made Rai atau disebut juga dengan Raden Ayu Pemecutan. Namun tidak jelas dari Raja Pemecutan yang mana. Ia menikah dengan putra Raja Bangkalan yang bernama Raden Sosroningrat. Setelah pernikahan mereka, Dewi Ayu diajak ke Madura, memeluk agama Islam dan berganti nama menjadi Siti Khotijah.

Cerita awal sang Raden Ayu Pemecutan, seperti cerita legenda putri-putri keraton di seluruh nusantara. Sang putri terkenal cantik dan disayang hingga menjadi kembang kerajaan. Tak sedikit para pembesar kerajaan di Bali yang ingin meminang sang putri. Namun musibah datang, sang putri mengidap penyakit kuning. Raja Pemecutan berusaha untuk menyembuhkan sang anak kesayangan, namun tak berhasil menyembuhkan sang putri. Hingga Raja Pemecutan membuat sebuah sayembara yang bisa menyembuhkan penyakit sang putri, jika perempuan akan diangkat jadi anak raja dan jika laki-laki akan di kawinkan dengan Raden Ayu Pemecutan.

Kabar tentang sayembara ini terdengar oleh seorang ulama di Yogyakarta dan mempunyai seorang anak didik yang jadi raja di Madura yaitu Pangeran Cakraningrat IV. Ulama yang dalam buku Sejarah keramat Raden Ayu Pemecutan disebut Syech ini memanggil Pangeran Cakraningrat IV ke Yogyakarta untuk mengikuti sayembara tersebut. Raja Madura ini berangkat ke Bali, hasilnya dapat ditebak Raden Ayu Pemecutan dapat disembuhkan oleh Pangeran Cakraningrat IV.

Setelah sang putri sembuh, lalu Raden Ayu Pemecutan dan Pangeran Cakraningrat IV dikawinkan. Tentunya dalam perkawinan muslim, keduanya harus beragama Islam, Raden Ayu Pemecutan pun jadi mualaf dan bergelar Raden Ayu Siti Khotijah. Sang putri lalu di boyong ke Madura oleh Pangeran Cakraningrat IV.

Suatu ketika Raden Ayu pulang ke Bali beserta 40 orang pegiring dan pengawal. Pangeran Cakraningrat IV memberikan bekal berupa guci, keris dan sebuah pusaka berbentuk tusuk konde yang diselipkan di rambut sang putri. Sesampainya di kerajaan Pamecutan, Siti Khotijah disambut dengan riang gembira. Namun, kala itu tidak ada yang mengetahui bahwa sang putri telah memeluk agama Islam. Suatu hari ketika ada suatu upacara Meligia atau Nyekah yaitu upacara Atma Wedana yang dilanjutkan dengan Ngelingihan (Menyetanakan) Betara Hyang di Pemerajan (tempat suci keluarga) Puri Pemecutan, Raden Ayu Pemecutan berkunjung ke Puri tempat kelahirannya. Pada suatu hari saat sandikala (menjelang petang) di Puri, Raden Ayu Pemecutan alias Raden Ayu Siti Kotijah menjalankan persembahyangan (ibadah sholat maghrib) di Merajan Puri dengan menggunakan Mukena (Krudung). Ketika itu salah seorang Patih di Puri melihat hal tersebut. Para patih dan pengawal kerajaan tidak menyadari bahwa Puri telah memeluk islam dan sedang melakukan ibadah sholat. Menurut kepercayaan di Bali, hal tersebut dianggap aneh dan dikatakan sebagai penganut aliran ilmu hitam.

Akibat ketidaktahuan pengawal istana, ‘keanehan’ yang disaksikan di halaman istana membuat pengawal dan patih kerajaan menjadi geram dan melaporakan hal tersebut kepada Raja. Mendengar laporan Ki Patih tersebut, Sang Raja menjadi murka. Ki Patih diperintahkan kemudian untuk membunuh Raden Ayu Siti Khotijah. Raden Ayu Siti Khotijah dibawa ke kuburan areal pemakaman yang luasnya 9 Ha. Sesampai di depan Pura Kepuh Kembar, Raden Ayu berkata kepada patih dan pengiringnya “aku sudah punya firasat sebelumnya mengenai hal ini. Karena ini adalah perintah raja, maka laksanakanlah. Dan perlu kau ketahui bahwa aku ketika itu sedang sholat atau sembahyang menurut kepercayaan Islam, tidak ada maksud jahat apalagi ngeleak.” Demikian kata Siti Khotijah.

Raden Ayu berpesan kepada Sang patih “jangan aku dibunuh dengan menggunakan senjata tajam, karena senjata tajam tak akan membunuhku. Bunuhlah aku dengan menggunakan tusuk konde yang diikat dengan daun sirih serta dililitkan dengan benang tiga warna, merah, putih dan hitam (Tri Datu), tusukkan ke dadaku. Apabila aku sudah mati, maka dari badanku akan keluar asap. Apabila asap tersebut berbau busuk, maka tanamlah aku. Tetapi apabila mengeluarkan bau yang harum, maka buatkanlah aku tempat suci yang disebut kramat”.

Setelah meninggalnya Raden Ayu, bahwa memang betul dari badanya keluar asap dan ternyata bau yang keluar sangatlah harum. Peristiwa itu sangat mengejutkan para patih dan pengawal. Perasaan dari para patih dan pengiringnya menjadi tak menentu, ada yang menangis. Sang raja menjadi sangat menyesal dengan keputusan belia . Jenasah Raden Ayu dimakamkan di tempat tersebut serta dibuatkan tempat suci yang disebut kramat, sesuai dengan permintaan beliau menjelang dibunuh. Untuk merawat makam kramat tersebut, ditunjuklah Gede Sedahan Gelogor yang saat itu menjadi kepala urusan istana di Puri Pemecutan

Menyelami Sejarah dan Tradisi Pura Tambang Badung: Dari Pura Taman ke Pura Penambangan Badung

Pura Tambang Badung terletak di Banjar Pemedilan Kerandan, Desa Pemecutan, Denpasar. Tepatnya di Jalan Gunung Batukaru, sebelah barat Pura Pasah Pemedilan. Pura Tambang Badung merupakan salah satu jajaran pura tua yang ada di Bali.

Pura ini dulunya bernama Pura Taman, kemudian berubah menjadi Pura Ayu Panesteran Panembahan Badung, baru akhirnya menjadi Pura Penambang Badung. Pura Tambangan Badung sendiri memiliki beberapa tradisi. Ada Tari Baris Tangklong yang dipentaskan setiap Penampahan Galungan dan Tradisi Siyat Sampian yang dilaksanakan setiap Manis Kuningan. Tujuan tradisi ini adalah untuk pembersihan mala dan menanamkan jiwa ksatria.

Pura Penambangan Badung merupakan pura yang berfungsi sebagai pura kerajaan Badung. Menurut sumber-sumber tradisional, pura ini didirikan pada awal-awal berdirinya kerajaan Badung oleh Kiyai Jambe Pule, yang bergelar Kiyai Anglurah Pemecutan I.

Nama Pura Penambangan erat kaitannya dengan anugerah yang diterima Kiyai Jambe Pule di Gunung Batukaru, yaitu berupa pecut (cemeti) dan tambang (tali). Pura ini dimaknai sebagai tali pengikat keluarga dan warga Pemecutan. Di pura ini berdiri berbagai palinggih (bangunan suci), termasuk paibon (ikatan keluarga) dari semua warga yang berjasa dalam pendirian Kerajaan Badung.

Tercatat ada 52 palinggih dengan 18 di antaranya merupakan palinggih paibon dan sisanya merupakan palinggih panyawangan berbagai pura penting di Bali. Pura ini di-empon (di bawah tanggung jawab) warga Puri Pemecutan. Upacara pujawali (hari peringatan berdirinya pura) dilaksanakan saban Purnama Kadasa (purnama pada bulan ke sepuluh dalam tradisi penanggalan Bali, sekitar bulan Maret).

Taman Inspirasi Muntig Siokan: Surga Alam dan Matahari Terbenam di Sanur

Taman ini berlokasi di Pantai Mertasari, Sanur. Lokasinya ada di sisi barat pantai dari parkiran.
Destinasi wisata ini dikembangkan oleh warga Desa Adat Intaran Sanur. Fasilitas yang ada di Taman Inspirasi Muntig Siokan sangat lengkap, mulai dari playground, jineng Bali, hingga kano. Di taman ini terdapat warung-warung yang menyediakan makanan dan minuman dengan harga terjangkau.

Salah satu wahana yang menjadi daya tarik utama di Taman Inspirasi Munting Siokan adalah wahana menaiki onta dan kuda. Wahana ini menjadi salah satu wahana favorit wisatawan, baik anak-anak maupun orang dewasa. Ada juga masyarakat adat setempat yang menyewakan kano bagi yang meyukai olahraga ini. Bagi pungunjung yang ingin berwisata sepanjang hari di taman ini, tersedia juga gazebo-gazebo dengan gaya Bali yang beratapkan alang-alang.

Ada juga tempat dan sarana bermain khusus bagi anak-anak, seperti ayunan dan bebek-bebekan. Tempat yang sangat tepat bersantai bersama keluarga sembari menikmati suasana pantai dan pemandangan kapal-kapal bersandar.

Taman Inspirasi Muntig siokan adalah tujuan wisata yang wajib dikunjungi bagi para pecinta alam dan pengagum matahari terbenam. Taman yang indah ini menawarkan kesempatan untuk mengagumi kehijauan hutan yang subur, serta menyaksikan matahari terbenam yang memukau menghilang di balik cakrawala.

Taman ini memiliki hutan yang subur yang menjadi rumah bagi beragam flora dan fauna. Taman ini adalah tempat yang ideal bagi para pecinta alam untuk melarikan diri dari hiruk-pikuk kota dan kembali bersatu dengan alam. Pengunjung dapat berjalan-jalan melalui hutan dan meresapi suasana yang tenang yang mengelilingi mereka. Taman ini juga memiliki danau yang menakjubkan, yang menambah keindahan alami taman.

Salah satu daya tarik utama dari Taman Inspirasi Muntig Siokan adalah matahari terbenam yang menakjubkan yang dapat disaksikan dari taman. Ketika matahari perlahan-lahan tenggelam di balik cakrawala, langit berubah menjadi beragam warna, menciptakan pemandangan yang indah yang akan membuat pengunjung terpesona. Taman ini menawarkan berbagai sudut pandang di mana pengunjung dapat menonton matahari terbenam.

Taman ini tidak hanya populer di kalangan pengunjung lokal tetapi juga menarik banyak wisatawan domestik dari luar Bali dan bahkan wisatawan asing. Keindahan alam taman dan suasana yang tenang menjadikannya sebagai tujuan yang ideal bagi mereka yang mencari istirahat dari kehidupan mereka yang sibuk. Taman ini menawarkan berbagai kegiatan seperti jogging, bersepeda, dan piknik, menjadikannya tempat yang sempurna untuk keluarga dan kelompok menghabiskan waktu berkualitas bersama.

Sebagai kesimpulan, Taman Inspirasi Mertasari adalah tujuan yang sempurna bagi mereka yang mencari untuk mengagumi keindahan alam Bali dan menyaksikan matahari terbenam yang menakjubkan menghilang di balik cakrawala. Suasana yang tenang di taman, ditambah dengan acara budaya dan seni, menjadikannya sebagai tujuan yang wajib dikunjungi bagi wisatawan dari seluruh dunia. Mari bergegas menikmati suasana temaram sunset di Muntik Siokan.

Subak Sembung: Surga Ekowisata dan Lari di Tengah Hamparan Sawah Denpasar

Penyuka olahraga lari pantang untuk melewatkan destinasi satu ini. Subak Sembung atau Uma Pala. Lokasinya ada di Jalan Ahmad Yani, Desa Peguyangan, Kecamatan Denpasar Utara. Subak ini merupakan salah satu tujuan wajib bagi mereka penyuka olahraga lari. Pasalnya, disini Anda bisa menikmati udara segar sekaligus menikmati pemandangan berupa hamparan sawah. Pematang sawah ini dilengkapi dengan jalan beton selebar 2 meter sepanjang sekitar 1 km. Saluran air di sebelah jalan beton mengalirkan air dengan lancar, membelah dan mengairi sawah.

Sejumlah delegasi internasional sudah banyak menjadikan Subak Embung sebagai lokasi ekowisata. Lokasi ini sangat sayang untuk dilewatkan saat mencari tujuan wisata di daerah Denpasar Utara. Di lahan seluas 11 hektare ini, Anda bisa menghabiskan waktu dengan melihat bagaimana pemanfaatan subak sebagai salah satu bentuk ekowisata. Jika beruntung, Anda dapat berinteraksi dengan petani pemilik lahan yang jumlahnya sebanyak 200 orang. Mereka inilah yang setiap hari menjaga eksistensi Subak Embung di tengah-tengah ancaman alih fungsi lahan.

Keistimewaan destinasi ini, meskipun menjadi lokasi wisata, para petani tetap berproduksi normal seperti sedia kala. Sejumlah bale bengong untuk bersantai ditempatkan di pinggir jalan, tempat pengunjung melepas lelah atau beristirahat menikmati pemandangan hijau. Petani-petani di Subak Sembung tak lagi menggunakan pupuk kimia demi melestarikan sawah mereka. Pupuk organik diutamakan, sejalan dengan awig-awig (aturan adat) subak yang melarang anggotanya mengalihfungsikan sawah.

Ekowisata Subak Embung menjadi saksi bahwa pemanfaatan lahan sawah dapat bersinergi dengan industri pariwisata. Di subak ini, pengunjung juga dapat mencicipi jajanan tradisional yang dijual oleh warga lokal di dekat pintu masuk dan parkiran kendaraan. Oh iya, meskipun sebuah subak, pengelola ekowisata ini sudah menyiapkan lahan parkir luas sehingga tidak perlu khawatir jika Anda akan berkunjung ke sini. Disarankan, bagi yang enggan berpanas-panasan, datang pada pagi hari maupun sore hari sebelum matahari tenggelam. Dijamin semakin jatuh cinta dengan keindahan penataan Subak Embung atau Uma Sari.