PURA DALEM PENATARAN
Jalan-jalan bangunan cagar budaya di Sanur, berlanjut ke Pura Dalem Penataran. Pura ini berdekatan dengan Pura Siwa Dampati.
Bangunan di kawasan Pura Dalem Penataran diperkirakan ada dalam periode abad XVIII – XIX. Dinding Gedong Dalem, tertulis dalam aksara Bali, yakni angka 1793, dan kemungkinan sebagai tahun śaka atau 1871 Masehi. Sebagian besar bangunan Gedong Dalem, Palinggih Sumur Suci, Palinggih Hyang Api (Lebuh Geni), Paduraksa Candi Kurung (Kori Agung), serta arca-arca menggunakan batu bata merah dan padas.
Keberadaan Pura Dalem Penataran memiliki kaitan dengan Pura Siwa Dampati, sehingga tidak dapat terlepas dari keberadaan Griya Gede Taman Intaran yang hingga saat ini masih mengempon bersama masyarakat Banjar Taman Sari.
Menurut para tetua setempat, pura ini erat kaitannya dengan perjalanan Ida Pedanda Made Alangkajeng dari Griya Delod Pasar. Beliau membuat parahyangan di sekitar tetamanan Mimba/Intaran (Udiyana Mimba) yang menjadi cikal bakal nama Banjar Taman Sari.
Pura Dalem Penataran dulunya merupakan pura keluarga Griya Gede Taman Intaran. Perkembangannya, desa adat harus memiliki tri kahyangan, akhirnya Pura Dalem Penataran di sungsung oleh Desa Adat Intaran sebagai salah satu Pura Kahyangan Tiga. Pura Dalem Penataran diperkirakan sudah ada sejak abad XVIII-XIX Masehi. Hal tersebut dapat ditelisik berdasarkan inskripsi angka tahun menggunakan aksara Bali yang terpahat di bangunan Gedong Dalem berbunyi 1793 yang kemungkinan sebagai tahun śaka atau 1871 Masehi.
Pura Dalem Penataran
Struktur tri mandala dari pura, yaitu jaba sisi (nista mandala) merupakan halaman terbuka, jaba tengah (madya mandala), dan jeroan (utama mandala). Utama mandala (jeroan/halaman paling suci) dan jaba tengah (madya mandala) dikelilingi dengan tembok keliling, serta dihubungkan dengan candi bentar dari jaba sisi ke jaba tengah, dan candi kurung atau Kori Agung dari jaba tengah ke jeroan pura.
Halaman jeroan (utama mandala) di dalamnya terdapat bangunan-bangunan utama dan penunjang dalam melaksanakan kegiatan keagamaan pemujaan, seperti Gedong Dalem, Palinggih Hyang Api, Sumur Suci, Palinggih Prajapati, Bale Pesanekan Sasuhunan Siwa Dampati, Sumur, Bale Pesantian, Tajuk, Bale Pawedan, Bale Pesanekan, dan Bale Gong. Sedangkan di halaman jaba tengah (madya mandala) terdapat bangunan wantilan.
Karakteristik pura ini geneologis dan territorial. Geneologis ditandai dengan keluarga Griya Gede Taman Intaran sebagai pangemponnya, termasuk juga sebagai pura territorial (kahyangan tiga desa). Hal ini karena pangemponnya adalah masyarakat Banjar Taman Sari dan penyungsungnya adalah masyarakat Desa Adat Intaran. Upacara piodalan Pura Dalem Penataran dilaksanakan setiap enam bulan sekali yang jatuh pada hari Anggarakasih Wuku Tambir.
Setelah mengetahui letak, sejarah, struktur, dan karakteristik Pura Dalem Penataran, sekarang dibahas potensi-potensi heritage menarik yang terkandung di dalamnya, sehingga nantinya dapat sebagai daya tarik wisata heritage di kawasan Sanur, seperti Gedong Dalem, Palinggih Sumur Suci, Palinggih Hyang Api (Lebuh Geni), Paduraksa Candi Kurung (Kori Agung), dan arca dwarapala.
1. Gedong Dalem
Lokasi : Pura Dalem Penataran
Ukuran : Tinggi : – cm
Panjang : 375 cm
Lebar : 349 cm
Arah Hadap : Barat
Latar Budaya : Hindu
Periodisasi : Tahun Śaka 1793 (1871 Masehi)
Bahan : Batu bata, kayu, dan ijuk
Kondisi : Baik
Deskripsi : Gedong Dalem merupakan bangunan utama di Pura Dalem Penataran, terletak di halaman jeroan (utama mandala) pada sisi timur menghadap ke barat. Kaki bangunan berbentuk bebaturan, sudah pernah mengalami renovasi, terbuat dari batu bata merah yang setiap sisi dan sudutnya menggunakan hiasan pepalihan khas bebadungan, keempat sudut atasnya berhiaskan relief karang manuk lengkap dengan pahatan simbar gantung berupa suluran daun, sedangkan pada setiap sisi ditengahnya berhiaskan relief karang bentulu lengkap dengan simbar gantung berupa pahatan patra cina, dan pada sisi baratnya terdapat lima susun anak tangga untuk menuju garbhagraha pada bagian badan gedong.
Badan bangunan gedong juga terbuat dari batu bata merah, bagian depannya terdapat pintu untuk memasuki ruangan suci (garbha graha) yang terbuat dari kayu berukir berwarna coklat, sama halnya dengan kaki setiap sisi dan sudutnya dipahatkan pepalihan khas bebadungan, di atas ambang pintu terdapat pahatan surya candra, yaitu matahari ditopang bulan sabit, dan pada ambang pintu bagian dalam terdapat goresan inskripsi angka tahun menggunakan aksara Bali berbunyi 1793 yang kemungkinan sebagai tahun śaka atau 1871 Masehi. Keempat sisi badan sangat raya dengan ukiran seperti karang manuk lengkap dengan simbar patra sari, patra cina, dan pada masing-masing sisi tengahnya berhiaskan karang bentulu lengkap dengan simbar gantung berupa patra sari dan patra cina, dan pada selasar badan gedong diletakkan tiga arca dwarapala terbuat dari batu padas. Atap bangunan gedong berbentuk limasan terbuat dari susunan kayu dan ijuk yang ditopang dengan empat tiang kayu berwarna coklat, pada puncak atap diletakkan murdha terbuat dari batu padas berbentuk ratna dengan hiasan karang bentulu dan karang manuk.
2. Palinggih Sumur Suci
Lokasi : Pura Dalem Penataran
Ukuran : Tinggi keseluruhan : 196 cm
Panjang : 180 cm
Lebar : 132 cm
Arah Hadap : Barat
Latar Budaya : Hindu
Periodisasi : Abad XVIII – XIX Masehi
Bahan : Batu bata dan padas
Kondisi : Baik
Deskripsi : Palinggih Sumur Suci merupakan struktur yang terbuat dari susunan batu bata berbentuk babaturan lengkap dengan sandaran yang puncaknya dihiasi dengan bentala berukir. Palinggih ini posisinya di halaman jeroan (utama mandala) pada sisi timur laut menghadap ke barat. Kaki bangunan berbentuk bebaturan polos, badannya terbuat dari batu padas persegi bertingkat tiga sebagai penutup lobang subur, lengkap dengan tabeng pada kanan dan kirinya. Sumur suci ini oleh masyarakat dimanfaatkan untuk memohon air suci (tirtha) untuk kelengkapan sarana upakara ketika prosesi upacara piodalan berlangsung.
3. Palinggih Hyang Api (Lebuh Geni)
Lokasi : Pura Dalem Penataran
Ukuran : Tinggi : – cm
Panjang : 130 cm
Lebar : 124 cm
Arah Hadap : Barat
Latar Budaya : Hindu
Periodisasi : Abad XVIII – XIX Masehi
Bahan : Batu bata dan padas
Kondisi : Baik
Deskripsi : Palinggih Hyang Api (Lebuh Geni) merupakan bangunan yang terletak di halaman jeroan (utama mandala) pada sisi timur menghadap ke barat, yaitu di sebelah kanan Gedong Dalem. Kaki palinggih berbentuk bebaturan yang setiap sudutnya berhiaskan simbar duduk dan simbar gantung polos, serta pada sisi baratnya terdapat tiga anak tangga. Badan bangunan palinggih juga terbuat dari batu bata merah, terdiri dari dua bagian, yaitu badan bagian bawah berupa susunan batu bata polos berhiaskan simbar gantung dan simbar duduk pada setiap sudutnya, sedangkan badan bagian atas terdapat ruangan suci (grabhagraha) lengkap dengan pintu berbahan kayu berwarna coklat, ambang pintunya berupa balok batu padas yang dipahat dengan hiasan karang bentulu yang disamarkan dengan stilir suluran daun dan diapit dengan ceplok bunga. Atap palinggih berbentuk limasan terbuat dari susunan batu bata yang sudah disemen, pada puncak atap diletakkan murdha terbuat dari batu padas berbentuk ratna.
4. Paduraksa Candi Kurung (Kori Agung)
Lokasi : Pura Dalem Penataran
Arah Hadap : Timur – barat
Latar Budaya : Hindu
Periodisasi : Abad XX ( Tahun 1955)
Bahan : Batu bata dan padas
Kondisi : Baik
Deskripsi : Paduraksa Candi Kurung (Kori Agung) di Pura Dalem Kadewatan ini merupakan gapura yang menghubungkan halaman tengah (madya mandala) ke halaman dalam (utama mandala/jeroan). Kori Agung ini terbuat dari susunan batu bata secara vertikal dibagi menjadi tiga bagian yaitu kaki, badan dan atap. Bagian kaki Kori Agung terbuat dari susunan batu bata, bagian kaki pada setiap sudatnya berhiaskan susunan pola simbar duduk pada bagian bawah dan simbar gantung pada bagian atas, pada sisi depan yang merupakan sebagai tempat meletakkan arca dwarapala diberikan hiasan simbar gantung dan simbar duduk yang lengkap di tengah-tengahnya berhiaskan pepalihan khas bebadungan, serta pada bagian kaki sisi luar dan dalam terdapat undakan berupa anak tangga bertingkat lima.
Bagian badan Kori Agung terbuat dari susunan batu bata secara keseluruhan terdiri dari badan pengawak gede, badan caping, dan badan pegandong. Badan pengawak gede terbuat dari batu bata, ditengah-tengahnya tedapat pintu masuk yang terbuat dari kayu dengan ambang pintu (dedanga/ulap-ulap) bersusun enam, pada setiap sudut badan masing-masing sisinya dihiasi dengan relief simbar gantung pada bagian atas dan simbar duduk pada bagian bawahnya, serta di atas ambang pintu pada sisi barat terdapat tulisan angka tahun yang berbunyi T.22 B.11 T.1955 yang artinya tanggal 22 bulan Nopember tahun 1955. Selain itu terdapat juga hiasan kepala kala atau disebut dengan karang bhoma memiliki ciri-ciri mata melotot, mulut terbuka dengan gigi runcing, taring mencuat keluar, telinga lebar, kedua tangan terbuka, rambut di atas kepala dipahatkan ikal menyerupai karang batu menopang relief tokoh dewa, dan dikelilingi dengan suluran-suluran daun maupun ceplok bunga. Badan caping merupakan bagian badan yang mengapit badan pengawak gede, terbuat dari susunan batu bata, setiap sudatnya berhiaskan susunan pola simbar duduk pada bagian bawah dan simbar gantung pada bagian atas, serta pada bagian kuping juga berhiaskan balok persegi terbuat dari batu bata yang biasa disebut dengan subeng. Badan pegandong merupakan struktur yang terbuat dari susunan batu bata yang berukuran lebih kecil sebagai penyambung tembok pura pada setiap sudatnya berhiaskan susunan pola simbar duduk pada bagian bawah dan simbar gantung pada bagian atas.
Atap Kori Agung terbuat dari susunan batu bata terdiri dari atap pengawak gede, atap caping, dan atap pegandong. Atap pengawak gede terbuat dari susunan batu bata, disusun bertingkat tiga, pada bagian kemuncak berbentuk murdha mahkota, setiap sudutnya berhiaskan antefik yang terbuat dari batu padas berupa suluran daun, setiap sisi atap berhiaskan simbar duduk dan setiap sudutnya berhiaskan simbar gantung. Bagian atap caping pada sisi kanan ataupun kiri memiliki ciri-ciri sama yaitu terbuat dari susunan batu bata, pada setiap sudut dan puncaknya berhiaskan simbar duduk dan lengkap dengan antefik terbuat dari batu padas berupa suluran daun, dan pada puncak atap caping disusun batu bata menjulang tinggi yang disebut dengan kampid (sayap) gapura. Bagian atap pegandong terbuat dari batu bata yang disusun dengan hiasan simbar duduk lengkap dengan antefik pada setiap sudutnya, serta pada kemuncak atap pegandong diletakkan kemucak susunan batu bata seperti atap caping dengan ukuran lebih kecil.
5. Arca Dwarapala I
Lokasi : Pura Dalem Penataran
Ukuran : Tinggi : 29 cm
Lebar : 22 cm
Tebal : 18 cm
Arah Hadap : Barat
Latar Budaya : Hindu
Periodisasi : Abad XVIII – XIX Masehi
Bahan : Batu padas
Kondisi : Rusak
Deskripsi : Arca Dwarapala I di Pura Dalem Penataran ini berukuran sangat kecil, diletakkan pada selasar sisi barat Gedong Dalem, arca sudah dalam keadaan rusak keropos, muka arca bulat telur, rambutnya tebal, berbadan tambun, duduk di atas lapik persegi polos. Tangan kanan arca membawa gada menempel di samping kanan perut hingga samping kepala, sedangkan tangan kiri ditekuk di samping dada membawa prisai berbentuk bulat.
6. Arca Dwarapala II
Lokasi : Pura Dalem Penataran
Ukuran : Tinggi : 72 cm
Lebar : 40 cm
Tebal : 38 cm
Arah Hadap : Barat
Latar Budaya : Hindu
Periodisasi : Abad XVIII – XIX Masehi
Bahan : Batu padas
Kondisi : Baik
Deskripsi : Arca Dwarapala II di Pura Dalem Pentaran ini diletakkan pada selasar Gedong Dalem sisi barat sebelah kiri, arca bermuka raksasa, berbadan tambun, berdiri di atas lapik persegi berhiaskan karang batu dengan menekuk kaki kanan lebih tinggi, raut wajah sangat menyeramkan, mata melotot, menoleh ke kiri atas, gigi taring mencuat keluar, hidung besar, dan rambut ikal terurai tanpa menggunakan hiasan kepala. Tangan kanan arca membawa gada diletakkan di atas kepala, sedangkan tangan kiri ditekuk di samping perut, menggunakan kain bawah hanya sebatas lutut, lengkap dengan kain wiron ujungnya bercabang dua hingga menyentuh lapik, leher arca berhiaskan badong, dan ikat pinggang berhiaskan ceplok bunga.
7. Arca Dwarapala III
Lokasi : Pura Dalem Penataran
Ukuran : Tinggi : 77 cm
Lebar : 35 cm
Tebal : 33 cm
Arah Hadap : Barat
Latar Budaya : Hindu
Periodisasi : Abad XVIII – XIX Masehi
Bahan : Batu padas
Kondisi : Baik
Deskripsi : Arca Dwarapala III di Pura Dalem Pentaran ini diletakkan pada selasar Gedong Dalem sisi barat sebelah kanan, arca bermuka raksasa, berbadan tambun, berdiri di atas lapik persegi dengan menekuk kaki kanan lebih tinggi, raut wajah sangat menyeramkan, mata melotot, menoleh ke kiri atas, gigi taring mencuat keluar, hidung besar, dan rambut ikal terurai tanpa menggunakan hiasan kepala. Tangan kanan arca membawa gada diarahkan ke samping kiri kepala, sedangkan tangan kiri ditekuk di samping perut, menggunakan kain bawah hanya sebatas lutut, lengkap dengan kain wiron ujungnya bercabang dua hingga menyentuh lapik, leher arca berhiaskan badong, dan ikat pinggang berhiaskan ceplok bunga.
8. Arca Dwarapala IV
Lokasi : Pura Dalem Penataran
Ukuran : Tinggi : 107 cm
Lebar : 39 cm
Tebal : 41 cm
Arah Hadap : Tenggara
Latar Budaya : Hindu
Periodisasi : Abad XVIII – XIX Masehi
Bahan : Batu padas
Kondisi : Baik
Deskripsi : Arca Dwarapala IV di Pura Dalem Pentaran ini diletakkan pada lantai sudut tenggara Bale Pawedan, arca ini tidak sebagai penjaga pintu masuk, arca bermuka raksasa, berbadan tambun, berdiri di atas lapik persegi polos dengan menekuk kaki kanan lebih tinggi, raut wajah sangat menyeramkan, mata melotot, menoleh ke depan, gigi taring mencuat keluar, hidung besar, dan terikat di atas kepala. Kedua tangan masing-masing diletekkan di samping pinggang. Arca menggunakan baju rompi dengan memperlihatkan perutnya yang buncit, menyelipkan keris dipinggang belakang, menggunakan kain bawah hanya sebatas lutut, dan lengkap dengan kain wiron ujungnya bercabang dua hingga menyentuh lapik.
9. Arca Dwarapala V
Lokasi : Pura Dalem Penataran
Ukuran : Tinggi : 94 cm
Lebar : 33 cm
Tebal : 37 cm
Arah Hadap : Barat daya
Latar Budaya : Hindu
Periodisasi : Abad XVIII – XIX Masehi
Bahan : Batu padas
Kondisi : Baik
Deskripsi : Arca Dwarapala V di Pura Dalem Pentaran ini diletakkan pada lantai sudut barat daya Bale Pawedan, arca bermuka raksasa, berbadan tambun, berdiri di atas lapik persegi dengan sikap menekuk kedua kakinya, raut wajah sangat menyeramkan, mata melotot, gigi taring mencuat keluar, hidung besar, dan rambut ikal terurai tanpa menggunakan hiasan kepala. Tangan kanan arca membawa gada disamping dada, sedangkan tangan kiri ditekuk di depan dada, menggunakan kain bawah hanya sebatas lutut, lengkap dengan kain wiron ujungnya bercabang dua hingga menyentuh lapik, leher arca berhiaskan badong, menggunakan upawita, dan ikat pinggang berhiaskan karang bentulu.
10. Arca Dwarapala VI
Lokasi : Pura Dalem Penataran
Ukuran : Tinggi : 97 cm
Lebar : 38 cm
Tebal : 36 cm
Arah Hadap : Barat laut
Latar Budaya : Hindu
Periodisasi : Abad XVIII – XIX Masehi
Bahan : Batu padas
Kondisi : Baik
Deskripsi : Arca Dwarapala VI di Pura Dalem Pentaran ini diletakkan pada lantai sudut barat laut Bale Pawedan, arca bermuka raksasa, berbadan tambun, berdiri di atas lapik persegi dengan sikap menekuk kedua kakinya, raut wajah sangat menyeramkan, mata melotot, gigi taring mencuat keluar, hidung besar, dan rambut diikat di atas kepala. Tangan kanan arca membawa pedang golok di depan dada, sedangkan tangan kiri ditekuk di samping dada, menggunakan kain bawah hanya sebatas lutut, lengkap dengan kain wiron ujungnya bercabang dua hingga menyentuh lapik, leher arca berhiaskan badong, menggunakan upawita, dan ikat pinggang berhiaskan karang bentulu.
11. Arca Dwarapala VII
Lokasi : Pura Dalem Penataran
Ukuran : Tinggi : 97 cm
Lebar : 38 cm
Tebal : 36 cm
Arah Hadap : Barat laut
Latar Budaya : Hindu
Periodisasi : Abad XVIII – XIX Masehi
Bahan : Batu padas
Kondisi : Baik
Deskripsi : Arca Dwarapala VII di Pura Dalem Pentaran ini diletakkan pada lantai sudut timur laut Bale Pawedan, arca bermuka raksasa, berbadan tambun, berdiri di atas lapik persegi dengan sikap menekuk kedua kakinya, raut wajah sangat menyeramkan, mata melotot, gigi taring mencuat keluar, hidung besar, dan rambut diikat di atas kepala. Tangan kanan arca membawa pedang golok di depan dada, sedangkan tangan kiri ditekuk di samping dada, menggunakan kain bawah hanya sebatas lutut, lengkap dengan kain wiron ujungnya bercabang dua hingga menyentuh lapik, leher arca berhiaskan badong, menggunakan upawita, dan ikat pinggang berhiaskan ceplok bunga.
12. Arca Dwarapala VIII
Lokasi : Pura Dalem Penataran
Ukuran : Tinggi : 132 cm
Lebar : 48 cm
Tebal : 51 cm
Arah Hadap : Barat
Latar Budaya : Hindu
Periodisasi : Abad XVIII – XIX Masehi
Bahan : Batu padas
Kondisi : Baik
Deskripsi : Arca Dwarapala VIII di Pura Dalem Pentaran ini diletakkan sebelah kiri depan Kori Agung, arca bermuka raksasa, berbadan tambun, berdiri di atas lapik persegi polos dengan menekuk kaki kanan lebih tinggi, raut wajah sangat menyeramkan, mata melotot, menoleh ke kanan atas, gigi taring mencuat keluar, hidung besar, menggunakan mahkota dan petitis. Tangan kanan arca membawa gada menempel di samping kiri kepala, sedangkan tangan kiri ditekuk disamping perut, menggunakan kain bawah hanya sebatas lutut, lengkap dengan kain wiron bercabang dua hingga menyentuh lapik, menggunakan badong, dan ikat pinggang berhiaskan karang bentulu.
13. Arca Dwarapala IX
Lokasi : Pura Dalem Penataran
Ukuran : Tinggi : 136 cm
Lebar : 49 cm
Tebal : 52 cm
Arah Hadap : Barat
Latar Budaya : Hindu
Periodisasi : Abad XVIII – XIX Masehi
Bahan : Batu padas
Kondisi : Baik
Deskripsi : Arca Dwarapala IX di Pura Dalem Pentaran ini diletakkan sebelah kanan depan Kori Agung, ciri-ciri raksasanya sama dengan arca dwarapala VIII disebelahnya, berbadan tambun, berdiri di atas lapik persegi polos dengan menekuk kaki kiri lebih tinggi. Tangan kanan arca membawa gada disamping dada, sedangkan tangan kiri ditekuk di depan perut, menggunakan kain bawah hanya sebatas lutut, lengkap dengan kain wiron bercabang dua hingga menyentuh lapik, menggunakan badong, dan ikat pinggang berhiaskan karang bentulu.