Pura Siwa Dampati

Pura Siwa Dampati, pura yang terletak di Jalan Danau Buyan, Banjar Taman Sari, Desa Intaran, diperkirakan terbangun diperiode abad XVIII-XIX. Khas bangunan ini bertahan dengan batu bata merah asli sejak berdirinya.

Mengenai keberadaan Pura Siwa Dampati tidak dapat terlepas dari keberadaan Griya Gede Taman Intaran, yang masih sebagai pengempon pura ini, begitu juga Banjar Taman Sari sebagai penyungsungnya.  Menurut para tetua banjar tersebut, pura ini sangat erat kaitannya dengan perjalanan Ida Pedanda Made Alangkajeng dari Griya Delod Pasar. Beliau membuat parahyangan di sekitar tetamanan Mimba/Intaran (Udiyana Mimba).

Pura ini juga erat kaitannya dengan Pura Dalem Penataran yang pertemuan niskalanya terjadi di pura ini.  Cikal bakal inilah yang menyebabkan disebut dengan Siwa Dampati.

Kata dampati berarti pertemuan. Dalam Regweda bisa diartikan sebagai laki dan perempuan yang sudah menjadi suami istri disebut dengan dampati, tidak dapat dipisahkan. Hal ini manifestasi dari penyatuan Dewa Siwa dengan Sakti, Dewi Durga yang bersthana di Pura Dalem Penataran.

Struktur bangunan

Pura Siwa Dampati

Bangunan cagar budayanya di antaranya, Gedong Siwa Dampati, Paduraksa Candi Kurung (Kori Agung), arca dwarapala, dan arca tokoh pendeta (Brahmana). Secara lengkap, Pura Siwa Dampati memiliki struktur tri mandala, yaitu jaba sisi (nista mandala) merupakan halaman terbuka langsung jalan raya, jaba tengah (madya mandala), dan jeroan (utama mandala).

Secara simbolis nista mandala melambangkan bhurloka yaitu alam fana tempat manusia, sedangkan madya mandala merupakan alam transisi menuju utama mandala yang melambangkan swahloka yaitu sebagai alam para dewa atau dunia baka. Utama mandala (jeroan/halaman paling suci) dan jaba tengah (madya mandala) dikelilingi dengan tembok keliling, serta dihubungkan dengan candi bentar dari jaba sisi ke jaba tengah, dan candi kurung atau Kori Agung dari jaba tengah ke jeroan pura.

Halaman jeroan (utama mandala) di dalamnya terdapat bangunan-bangunan utama dan penunjang dalam melaksanakan kegiatan keagamaan pemujaan, seperti Tugu Pengapit Gedong Siwa Dampati,  Bale Tajuk, Gedong Siwa Dampati, Piyasan, Sumur, Bale Pesanekan, dan Bale Gong. Sedangkan di halaman jaba tengah (madya mandala) terdapat beberapa bangunan utama dan penunjang seperti Gedong Parerepan untuk menyimpan Sasuhunan Tapakan Barong dan Rangda, Tugu Pangameng, Tajuk Ida Dewa Rangda, dan Bale Gong Parerepan.

Pura Siwa Dampati memiliki karakteristik pura geneologis dan territorial, karena secara geneologis ditandai dengan keluarga Griya Gede Taman Intaran sebagai pangemponnya, dan masyarakat umum Banjar Taman Sari sebagai penyungsungnya. Upacara piodalan Pura Siwa Dampati dilaksanakan setiap tahun yang jatuh pada hari Purnamaning Sasih Kapat (sekitar bulan September – Oktober), sedangkan piodalan di Parerepan atau Sasuhunan Tapakan Barong dan Rangda yang terletak di jaba tengah (madya mandala) dilaksanakan setiap enam bulan sekali, yaitu pada hari Saniscara Wuku Wayang (Tumpek Wayang).

Setelah mengetahui letak, sejarah, struktur, dan karakteristik Pura Siwa Dampati, sekarang dibahas potensi-potensi heritage menarik yang terkandung di dalamnya, sehingga nantinya dapat sebagai daya tarik wisata heritage di kawasan Sanur, seperti Gedong Siwa Dampati, Paduraksa Candi Kurung (Kori Agung), arca dwarapala, dan arca tokoh pendeta (Brahmana).

1. Gedong Siwa Dampati

Lokasi                  : Pura Siwa Dampati

Ukuran                : Lebar kaki              : 240 cm

                                Panjang kaki         : 325 cm

                                Panjang badan     : 247 cm

                                 Lebar badan         :   99 cm

Arah Hadap       : Barat

Latar Budaya     : Hindu

Periodisasi         : Abad XVIII – XIX Masehi

Bahan                  : Batu bata, kayu, dan ijuk

Kondisi                : Baik

Deskripsi             : Gedong Siwa Dampati merupakan bangunan utama di Pura Siwa Dampati, terletak di halaman jeroan (utama mandala) pura, sisi timur menghadap ke barat. Kaki bangunan berbentuk bebaturan, sudah pernah mengalami renovasi, terbuat dari batu bata merah yang setiap sisi dan sudutnya menggunakan hiasan pepalihan khas bebadungan, beberapa bagiannya ditempelkan ornament keramik piring, pada sisi baratnya terdapat lima susun anak tangga untuk menuju garbhagraha pada bagian badan gedong. Badan bangunan gedong juga terbuat dari batu bata merah yang masih asli, bagian depannya terdapat pintu untuk memasuki ruangan suci (garbha graha) yang terbuat dari kayu berukir berwarna coklat, sama halnya dengan kaki setiap sisi dan sudutnya menggunakan hiasan pepalihan khas bebadungan, di atas ambang pintu terdapat lubang persegi dikelilingi dengan garis-garis berbentuk segitiga menyerupai sinar matahari, lubang persegi tersebut ditutup dengan kaca. Ketiga sisi badan, yaitu depan dan samping dihiasi dengan keramik piring maupun mangkuk berwarna putih, abu-abu, dan biru, sedangkan pada selasar badan gedong diletakkan dua arca, yaitu sebuah arca dwarapa dan sebuah arca pendeta (Brahmana). Atap bangunan gedong berbentuk limasan terbuat dari susunan kayu dan ijuk yang ditopang dengan empat tiang kayu berwarna coklat, pada puncak atap diletakkan murdha terbuat dari batu padas berbentuk ratna dengan hiasan karang bentulu dan karang manuk.

2. Paduraksa Candi Kurung (Kori Agung)

Lokasi                  : Pura Siwa Dampati

Ukuran                : Lebar keseluruhan            : 558 cm

                                Tebal                                      :   97 cm

Arah Hadap       : Utara – selatan

Latar Budaya     : Hindu

Periodisasi         : Abad XVIII – XIX Masehi

Bahan                  : Batu bata, kayu

Kondisi                : Baik

Deskripsi             : Paduraksa Candi Kurung (Kori Agung) di Pura Siwa Dampati merupakan gapura penghubung jaba tengah (madya mandala) ke jeroan (utama mandala). Kori Agung ini terbuat dari susunan batu bata secara vertikal dibagi menjadi tiga bagian yaitu kaki, badan dan atap. Kaki Kori Agung terbuat dari susunan batu bata, bagian kaki ini sudah pernah direnovasi dengan menggunakan bahan bata baru, pada sisi depan yang merupakan tempat meletakkan arca dwarapala juga sudah direnovasi dengan bahan bata baru, arca dwarapala di depan Kori Agung adalah Mahakala dan Nandiswara membawa gada, serta pada bagian kaki sisi luar terdapat undakan berupa anak tangga bertingkat lima.

Bagian badan Kori Agung terbuat dari susunan batu bata secara keseluruhan terdiri dari badan pengawak gede dan badan caping sekaligus sebagai badan pegandong. Badan pengawak gede terbuat dari batu bata, ditengah-tengahnya tedapat pintu masuk yang terbuat dari kayu dengan ambang pintu (dedanga/ulap-ulap) bersusun tiga, pada setiap sudut badan masing-masing sisinya dihiasi dengan relief simbar gantung pada bagian atas dan simbar duduk pada bagian bawahnya, Badan caping merupakan bagian badan yang mengapit badan pengawak gede, terbuat dari susunan batu bata polos tanpa hiasan, serta pada bagian kuping juga berhiaskan balok persegi terbuat dari batu bata berbahan baru yang biasa disebut dengan subeng.

Atap Kori Agung terbuat dari susunan batu bata disusun bertingkat tiga yang semakin ke atas semakin kecil, puncak atap berbentuk rata tanpa hiasan ratna, setiap sudutnya berhiaskan antefik yang terbuat dari batu bata berupa simbar duduk maupun simbar gantung.

3. Arca Dwarapala I

Lokasi                  : Pura Siwa Dampati

Ukuran                 : Tinggi       : 74 cm

                                 Lebar        : 37 cm

                                 Tebal        : 33 cm

Arah Hadap       : Barat

Latar Budaya     : Hindu

Periodisasi         : Abad XVIII – XIX Masehi

Bahan                  : Batu padas

Kondisi                : Baik

Deskripsi             : Arca Dwarapala I di Pura Siwa Dampati ini diletakkan sebelah utara depan sumur, arca bermuka raksasa, berbadan tambun, berdiri di atas lapik bulat dengan kedua lutut sedikit ditekuk, raut wajah sangat menyeramkan, mata melotot, menoleh ke kiri, gigi taring mencuat keluar, hidung besar, dan rambut ikal terurai tanpa menggunakan hiasan kepala. Tangan kanan arca membawa gada menempel di samping kanan perut, sedangkan tangan kiri ditekuk di depan perut dengan memperlihatkan kuku panjang tajam, menggunakan kain bawah hanya sebatas lutut, lengkap dengan kain wiron ujungnya bercabang dua hingga menyentuh lapik.

4. Arca Dwarapala II

Lokasi                  : Pura Siwa Dampati

Ukuran                 : Tinggi       : 75 cm

                                 Lebar        : 38 cm

                                 Tebal        : 31 cm

Arah Hadap       : Barat

Latar Budaya     : Hindu

Periodisasi         : Abad XVIII – XIX Masehi

Bahan                  : Batu padas

Kondisi                : Baik

Deskripsi             : Arca Dwarapala II di Pura Siwa Dampati ini diletakkan sebelah selatan depan sumur, ciri-ciri arca sama dengan arca Dwarapala I, karena kedua arca ini memang sepasang, tetapi yang membedakan adalah arca ini menoleh ke kanan, tangan kiri arca menempel di samping perut, sedangkan tangan kanan membawa gada diletakkan di samping kiri kepalanya.

5. Arca Dwarapala III

Lokasi                  : Pura Siwa Dampati

Ukuran                 : Tinggi       : 80 cm

                                 Lebar        : 33 cm

                                 Tebal         : 31 cm

Arah Hadap       : Barat

Latar Budaya     : Hindu

Periodisasi         : Abad XVIII – XIX Masehi

Bahan                  : Batu padas

Kondisi                : Baik

Deskripsi             : Arca Dwarapala III di Pura Siwa Dampati ini diletakkan pada selasar sisi barat sebelah kiri Gedong Siwa Dampati, arca bermuka raksasa, berbadan tambun, berdiri di atas lapik persegi dengan kedua lutut sedikit ditekuk, raut wajah sangat menyeramkan, mata melotot, menoleh ke kiri, gigi taring mencuat keluar, hidung besar, menggunakan petitis di atas dahi, dan ron-ronan pada belakang telinga arca. Tangan kanan arca membawa gada menempel di sebelah kanan perut, sedangkan tangan kiri ditekuk di depan perut, menggunakan kain bawah hanya sebatas lutut, lengkap dengan kain wiron bercabang dua hingga menyentuh lapik.

6. Arca Dwarapala Mahakala

Lokasi                   : Pura Siwa Dampati

Ukuran                 : Tinggi       : 116 cm

                                 Lebar       :   47 cm

                                 Tebal        :   53 cm            

Arah Hadap       : Selatan

Latar Budaya     : Hindu

Periodisasi         : Abad XVIII – XIX Masehi

Bahan                  : Batu padas

Kondisi                : Baik

Deskripsi             : Arca Dwarapala Mahakala ini diletakkan sebelah barat depan paduraksa, berpasangan dengan Arca Dwarapala Nandiswara, dalam ikonografi Hindu kedua arca dwarapala ini memang bertugas untuk menjaga kuil Dewa Siwa, Arca Dwarapala Mahakala bermuka raksasa, berbadan tambun, berdiri di atas lapik berhiaskan suluran daun dan karang batu, kaki kiri diangkat lebih tinggi daripada kaki kanan, tidak menggunakan gelang pada pergelangan kaki, raut wajah sangat menyeramkan, mata melotot, menoleh ke depan, gigi taring mencuat keluar, hidung besar, rambut ikal, dan menggunakan ikat pinggang berhiaskan karang bentulu. Tangan kanan arca membawa gada disamping perut, sedangkan tangan kanan dilipat ke depan dada terkepal memperlihatkan kuku ibu jari yang panjang.

7. Arca Dwarapala Nandiswara

Lokasi                   : Pura Siwa Dampati

Ukuran                 : Tinggi       : 114 cm

                                 Lebar       :   43 cm

                                 Tebal        :   43 cm            

Arah Hadap       : Selatan

Latar Budaya     : Hindu

Periodisasi         : Abad XVIII – XIX Masehi

Bahan                  : Batu padas

Kondisi                : Baik

Deskripsi             : Arca Dwarapala Nandiswara ini diletakkan sebelah timur depan paduraksa, berpasangan dengan Arca Dwarapala Mahakala, dalam ikonografi Hindu kedua arca dwarapala ini memang bertugas untuk menjaga kuil Dewa Siwa, Arca Dwarapala Nandiswara bermuka kera, berbadan tambun, berdiri di atas lapik berhiaskan suluran daun dan karang bentulu, kaki kiri diangkat lebih tinggi, tanpa menggunakan gelang kaki, raut wajah sangat menyeramkan, mata melotot, menoleh ke depan, gigi taring mencuat keluar, hidung kecil, menggunakan mahkota, dan menggunakan ikat pinggang berhiaskan samar-samar karang bentulu. Tangan kiri arca dilipat disamping dada, sedangkan tangan kanan membawa gada diletakkan di samping kiri kepalanya.

8. Arca Pendeta (Brahmana)

Lokasi                  : Pura Siwa Dampati

Ukuran                 : Tinggi       : 82 cm

                                 Lebar        : 34 cm

                                 Tebal        : 30 cm

Arah Hadap       : Barat

Latar Budaya     : Hindu

Periodisasi         : Abad XVIII – XIX Masehi

Bahan                  : Batu padas

Kondisi                : Baik

Deskripsi             : Arca Pendeta (Brahmana) di Pura Siwa Dampati ini dapat dikenali melalui ciri-ciri ikonografinya, seperti jenggot, menggunakan baju, upawita, dan mahkota berupa ketu. Arca diletakkan pada selasar sisi barat sebelah kanan Gedong Siwa Dampati, arca berdiri di atas lapik persegi dengan menekuk lutut kanan lebih tinggi, bibir tersenyum memperlihatkan gigi, mata melotot, menoleh ke depan, hidung besar, menggunakan petitis di atas dahi, dan ron-ronan pada belakang telinga. Tangan kanan arca ditekuk di depat dada dengan sikap nyambir, sedangkan tangan kiri ditekuk di samping pinggang membawa bulatan, menggunakan kain bawah tebal hanya sebatas lutut kanan, sadangkan lutut kirinya tertutup kain, menggunakan baju lengkap dengan upawita. Kemungkinan arca Pendeta (Brahmana) ini merupakan wujud simbolisasi tokoh Ida Pedanda Made Alangkajeng dari Griya Delod Pasar yang membangun Pura Siwa Dampati di Udiyana Mimba (Taman Mimba/Intaran).

Tags: No tags

Comments are closed.