PURA SUSUNAN WADON
PURA SUSUNAN WADON
Perjalanan wisata warisan budaya Pura Susunan Wadon ini sekitar setengah kilometer ke timur dari Pura Dalem Sakenan. Menurut pemangku pura, Jero Mangku Nengah Sudira, masih memiliki kaitan erat dengan Pura Dalem Sakenan. Perwujudan yang disucikan/dimuliakan di Pura Susunan Wadon adalah Ida Bhatari Istri sebagai pasangan dari Ida Bhatara Lanang yang bersthana di Pura Dalem Sakenan.
Kisah pura
Konon katanya karena dimadu atau beristri lagi, Ida Bhatari Istri Susunan Wadon marah kepada Ida Bhatara Lanang Dalem Sakenan. Beliau tak mau lagi bertemu muka dengan Ida Bhatara Lanang Dalem Sakenan sebagai suaminya.
Hal ini menjadi alasan mengapa candi prasada linggih Ida Bhatara Lanang Dalem Sakenan menghadap ke barat, sedangkan candi prasada linggih Ida Bhatari Istri Susunan Wadon menghadap ke timur.
Cerita lain, setelah Dang Hyang Nirartha selesai membangun Pura Dalem Sakenan di Pulau Serangan, perjalanannya dilanjutkan ke arah timur dengan menemukan tempat suci sebagai sthana Bhatari Durga. Beliau pun bersemedi.
Dalam samedinya bersabdalah Bhatari Durga, dengan menyarankan sebelum moksa agar Dang Hyang Nirartha terlebih dahulu menjadi penguasa (raja) Bali. Namun ditolaknya.
Akhirnya Bhatari Durga memberi petunjuk untuk mencapai moksa agar pergi ke arah barat daya, tempat bersthananya Dewa Rudra (Pura Uluwatu). Sebelum meninggalkan tempat suci itu kemudian Dang Hyang Nirartha bersama penduduk disana membangun pura yang kemudian diberi nama Pura Susunan Wadon. Kata wadon berarti perempuan yang dalam hal ini dikaitkan dengan tempat pemujaan Bhatari Durga sebagai sakti.
Pura Susunan Wadon termasuk sebagai pura Dang Kahyangan di Bali, dan upacara piodalannya dilaksanakan setiap 210 hari, yaitu pada hari Redite (minggu) Umanis, Wuku Kuningan (hari raya Umanis Kuningan). Dang Kahyangan yang berfungsi sebagai tempat pemujaan untuk kebesaran jasa-jasa seorang pendeta guru suci (dang guru), yakni Mpu Kuturan dan Danghyang Nirartha (Ida Pedanda Sakti Wawu Rawuh). Pura Susunan Wadon juga sebagai pura Kahyangan Jagat Bali.
Pura Susunan Wadon
Bangunan paras dan pembagian halaman
Struktur Pura Susunan Wadon posisinya jika dilihat dari pintu masuknya menghadap ke utara dengan terbagi atas tiga halaman. Yaitu, halaman dalam (utama mandala/jeroan), halaman tengah (madya mandala), dan halaman luar (nista mandala/jabaan).
Masing-masing halaman dibatasi dengan tembok keliling yang terbuat dari susunan batu gamping (kapur) atau disebut juga dengan paras tombong. halaman luar dengan halaman tengah dihubungkan dengan paduraksa berupa candi bentar, sedangkan halaman tengah dengan halaman dalam dihubungkan dengan paduraksa berupa candi kurung dan candi bentar.
Halaman dalam (utama mandala/jeroan) di dalamnya berdiri bangunan maupun arca seperti Candi Prasada sebagai sthana Ida Bhatari Lingsir Dalem Susunan Wadon. Selain itu, ada dua Bale Tajuk, Palinggih Ratu Gede Dalem Nusa, Palinggih Ratu Gede Blembong, Bale Pasucian, Palinggih Ratu Pancer Jagat, Palinggih Ratu Dukuh Sakti, Palinggih Pengayatan Naga Basuki, Palinggih Pasimpangan Kepaon, Palinggih Ratu Niang, Bale Pamiyosan, Bale Santian, Bale Pesanekan, Bale Gong, Pasimpangan Ulun Danu, Bale Pangolahan, Pawaregan.
Ada pula sumur, dua arca nandi, dua arca dwarapala, dua arca punakawan, dua arca tokoh panji, dan arca tokoh laki-laki.
Kemudian pada halaman tengah (madya mandala) terdapat juga bangunan maupun arca seperti wantilan, Bale Kulkul, Palinggih Ratu Mas Jegeg, candi bentar, dan dua arca dwarapala.
Halaman luar (nista mandala/jabaan) yang berada di sisi utara merupakan halaman kosong yang dikelilingi tembok.
Candi dan arca dibangun pada periode Abad XV – XVI
1. Candi (Prasada) Gedong Ida Bhatari Lingsir Dalem Susunan Wadon
Tinggi : – cm
Panjang : 367 cm
Lebar : 329 cm
Batu gamping (karang laut) / paras tombong
2. Paduraksa Candi Bentar
Batu gamping (karang laut) / paras tombong
Paduraksa Candi Bentar ini terletak di tengah-tengah sebagai penyambung tembok antara halaman dalam (utama mandala/jeroan) dengan halaman tengah (madya mandala) pura.
3. Arca Nandi I
Tinggi : 50 cm
Lebar : 36 cm
Panjang : 59 cm
Batu gamping (karang laut) / paras tombong
Arca Nandi I ini diletakkan di bawah sebelah selatan depan kaki prasada. Dalam ikonografi Hindu Bali adalah binatang lembu sebagai wahana Dewa Siwa, yang diberinama warga setempat, Kebo Dongol.
4. Arca Nandi II
Tinggi : 50 cm
Lebar : 36 cm
Panjang : 70 cm
Batu gamping (karang laut) / paras tombong
Sama halnya dengan Arca Nandi I, Arca Nandi II. Bedanya, arca ini terletak di bawah sebelah utara depan kaki prasada.
5. Arca Dwarapala I
Tinggi : 102 cm
Lebar : 37 cm
Tebal : 38 cm
Batu gamping (karang laut) / paras tombong
Arca Dwarapala I ini diletakkan sebelah selatan depan prasada.
6. Arca Dwarapala II
Tinggi : 101 cm
Lebar : 31 cm
Tebal : 35 cm
Batu gamping (karang laut) / paras tombong
Arca Dwarapala II ini diletakkan sebelah utara depan prasada.
7. Arca Dwarapala Bhatari I
Tinggi : 122 cm
Lebar : 53 cm
Tebal : 49 cm
Batu gamping (karang laut) / paras tombong
Arca Dwarapala Bhatari I ini diletakkan sebelah barat depan candi bentar. Disebut dengan Dwarapala Bhatari, sebagai arca penjaga pintu berwujud perempuan menyeramkan.
8. Arca Dwarapala Bhatari II
Tinggi : 122 cm
Lebar : 48 cm
Tebal : 49 cm
Batu gamping (karang laut) / paras tombong
Arca Dwarapala Bhatari II ini diletakkan sebelah timur depan candi bentar. Disebut dengan Dwarapala Bhatari, sebagai arca penjaga pintu berwujud perempuan menyeramkan.
9. Arca Tokoh Panji I
Tinggi : 69 cm
Lebar : 33 cm
Tebal : 29 cm
Batu gamping (karang laut) / paras tombong
Arca Tokoh Panji I ini dapat dikenali dengan mahkota yang digunakan, yaitu gelungan pepanjian atau disebut juga keklopingan. Dalam dramatari Gambuh di Bali, Panji biasanya sebagai tokoh raja.
10. Arca Tokoh Panji II
Tinggi : 72 cm
Lebar : 34 cm
Tebal : 32 cm
Batu gamping (karang laut) / paras tombong
Arca Tokoh Panji II sama dengan arca Tokoh Panji I menggunakan gelungan pepanjian.
11. Arca Tokoh Kadean-kadean
Tinggi : 81 cm
Lebar : 30 cm
Tebal : 32 cm
Batu gamping (karang laut) / paras tombong
Arca ini merupakan tokoh Kadean-kaden, karena menggunakan mahkota gegelungan jejempongan. Kadean-kadean merupakan tokoh-tokoh patih dalam dramatari Gambuh di Bali.
12. Arca Twalen
Tinggi : 73 cm
Lebar : 40 cm
Tebal : 34 cm
Batu gamping (karang laut) / paras tombong
Arca Twalen ini merupakan tokoh punakawan sebagai penasehat dan sekaligus abdi raja.
13. Arca Mredah
Tinggi : 76 cm
Lebar : 29 cm
Tebal : 30 cm
Batu gamping (karang laut) / paras tombong
Arca Mredah ini juga merupakan tokoh punakawan. Mredah dalam pewayangan Bali merupakan pasangan ayahnya sendiri, yaitu Twalen sebagai penasehat dan sekaligus abdi raja.