Rumah Panggung Tradisional Bugis

Serangan memiliki warisan bangunan yang serupa dengan gaya tradisional muslim Bugis, Sulawesi Selatan. Satu bangunan rumah panggung tradisional Bugis di Serangan, menjadi harta warisan budaya yang masih mewakili sejarah di abad XVIII-XIX Masehi. Rumah panggung ini persis berhadapan dengan Masjid Assyuhada.

Kepala Lingkungan Kampung Bugis, Mohadi, menceritakan rumah panggung Bugis ini milik keturunan Makasar, Sulawesi Selatan, Haji Muhamad Taib. Bersama keluarganya membangun dan menetap di Pulau Serangan. Ia membantu Raja Badung, pada abad itu, mengalahkan Kerajaan Mengwi.

Saat ini, rumah ini milik atas nama Haji Muhamad Toha. Hanya saja, kondisinya memang sudah tidak seperti awalnya karena usia bangunan, meski sudah beberapa kali restorasi. Dan tak lagi ditempati.

Rumah ini mampu menampung hingga 10 kepala keluarga. Berdasarkan ukurannya, rumah panggung ini dapat dikelompokan ke dalam tipe soa piti, di Bugis atau taratak, di Makasar. Hanya saja rumah panggung di Serangan ini tidak memiliki atap bersusun dua.

Detail Rumah Panggung Tradisional Bugis 

Serangan memiliki warisan bangunan yang serupa dengan gaya tradisional muslim Bugis, Sulawesi Selatan. Satu bangunan rumah panggung tradisional Bugis di Serangan, menjadi harta warisan budaya yang masih mewakili sejarah di abad XVIII-XIX Masehi. Rumah panggung ini persis berhadapan dengan Masjid Assyuhada.

Kepala Lingkungan Kampung Bugis, Mohadi, menceritakan rumah panggung Bugis ini milik keturunan Makasar, Sulawesi Selatan, Haji Muhamad Taib. Bersama keluarganya membangun dan menetap di Pulau Serangan. Ia membantu Raja Badung, pada abad itu, mengalahkan Kerajaan Mengwi.

Saat ini, rumah ini milik atas nama Haji Muhamad Toha. Hanya saja, kondisinya memang sudah tidak seperti awalnya karena usia bangunan, meski sudah beberapa kali restorasi. Dan tak lagi ditempati.

Rumah ini mampu menampung hingga 10 kepala keluarga. Berdasarkan ukurannya, rumah panggung ini dapat dikelompokan ke dalam tipe soa piti, di Bugis atau taratak, di Makasar. Hanya saja rumah panggung di Serangan ini tidak memiliki atap bersusun dua.

Rumah Panggung Tradisional Bugis 

Serangan memiliki warisan bangunan yang serupa dengan gaya tradisional muslim Bugis, Sulawesi Selatan. Satu bangunan rumah panggung tradisional Bugis di Serangan, menjadi harta warisan budaya yang masih mewakili sejarah di abad XVIII-XIX Masehi. Rumah panggung ini persis berhadapan dengan Masjid Assyuhada.

Kepala Lingkungan Kampung Bugis, Mohadi, menceritakan rumah panggung Bugis ini milik keturunan Makasar, Sulawesi Selatan, Haji Muhamad Taib. Bersama keluarganya membangun dan menetap di Pulau Serangan. Ia membantu Raja Badung, pada abad itu, mengalahkan Kerajaan Mengwi.

Saat ini, rumah ini milik atas nama Haji Muhamad Toha. Hanya saja, kondisinya memang sudah tidak seperti awalnya karena usia bangunan, meski sudah beberapa kali restorasi. Dan tak lagi ditempati.

Rumah ini mampu menampung hingga 10 kepala keluarga. Berdasarkan ukurannya, rumah panggung ini dapat dikelompokan ke dalam tipe soa piti, di Bugis atau taratak, di Makasar. Hanya saja rumah panggung di Serangan ini tidak memiliki atap bersusun dua.

Tampak dari Atas Rumah Panggung Tradisional Bugis

Keterangan untuk foto rumah panggung atau peta dari atas.

Luas lahan                         : 21 x 15 m²

Panjang bangunan            : 1023 cm

Lebar bangunan                :   750 cm

Bahan                             : Kayu

Bagian rumah

Rumah panggung tradisional Bugis ini bentuknya mengikuti prinsip rancang bangun rumah-rumah Bugis – Makasar. Yaitu, fungsi dan bagiannya terbagi menjadi tiga.

Bagian atas dibawah atap disebut dengan rakkeang (bugis) atau pamarakkang (makasar). Fungsinya untuk menyimpan bahan makanan dan benda-benda pusaka.

Bagian tengah merupakan tempat tinggal penghuni disebut dengan alebele (bugis) atau kallo bela (makasar). Peruntukkannya yang dibagi beberapa bagian lagi, di antaranya kamar tidur, kamar tamu, dan dapur.

Bagian paling bawah disebut juga awase (bugis) atau passiringan (makasar). Tempat ini berupa kolong tanpa dinding. Mereka memfungsikan untuk menyimpan alat-alat pertanian dan kandang binatang. Ruang ini di Kampung Bugis digunakan untuk menyimpan perahu dan alat-alat menangkap ikan lainnya, sesuai mata pencaharian masyarakatnya sebagai nelayan.

Rancang bangunan rumah panggung tradisional ini ditopang dengan 18 buah tiang. Denahnya persegi panjang dengan orientasi arah timur-barat, tiang-tiang disusun menggunakan paku-paku kayu ataupun bambu, tangga kayu penghubung lantai satu dengan lantai dua berada di samping kanan depan menghadap ke barat dan kiri belakang menghadap ke timur.

Rumah panggung ini memiliki serambi depan dengan satu set meja dan tempat duduk dari kayu, lantai dua dibatasi dengan pagar yang terbuat dari kayu, memiliki empat pintu masuk, yaitu satu pintu utama di depan rumah menghadap ke barat, satu di ruang tengah penghubung ruang tidur, satu di kamar tidur bagain selatan, dan satu pintu di sebelah utara kamar tidur.

Atap rumah telah diganti dengan asbes, pinggir atap terdapat pola-pola hias dari kayu khas Bugis, dinding-dinding rumah sebagian besar terbuat dari anyaman bambu dan rakitan kayu untuk menyangga atapnya.

Comments are closed.