Keberadaan Pura Penataran Agung Penatih dikaitkan dengan perjalanan Maha Rsi Markandeya yang diiringi oleh muridnya bernama Bhujangga Sari dengan membangun Pura Gunung Raung, Pura Payogan, dan juga di Campuhan membangun Pura Tangga Hyang Api ditepian Sungai Hoos. Bhujangga Sari diceritakan telah lama menuntut ilmu, dan ingin mendirikan pasraman di sebuah tanah berwarna putih yang ternyata telah ditempati oleh orang Bali Aga berasal dari daerah Taro. Pura yang dibangun di Tanah Putih ini bernama Payogan Hyang Api sebagai pemujaan tri sakti dan tempat pemujaan pakraman.
Tanah Putih merupakan cikal bakal dari nama Penatih yang berasal dari kata pinih dan tih yang berarti pertama (tih) (Dhaksa, t.t). Setelah Bali berhasil ditaklukan oleh Kerajaan Majapahit sekitar abad XIV Masehi, maka Patih Gajah Mada atas perintah Ratu Tribhuwana Tunggadewi mengirim Dalem Ketut Kresna Kepakisan (Dalem Samprangan) untuk dijadikan Adipati Bali beserta dengan beberapa pengiring seperti Arya Kanuruhan, Arya Demung, Arya Belog, Arya Mengori, Arya Tumenggung, Arya Kenceng, Arya Delancang, Arya Kepakisan, Arya Pangalasan, Arya Kutawaringin, Arya Gajah Para, Arya Getas, dan Arya Wang Bang.
Wilayah Penatih ditempati oleh Arya Wang Bang Pinatih yang bergelar Kyai Anglurah Pinatih Mantra dengan pasukan sejumlah 35.000. Penatih dalam kekuasaan Kyai Anglurah Penatih Mantra banyak mengalami perubahan pembangunan, salah satunya adalah bangunan-bangunan suci. Pura Payogan Hyang Api yang sebelumnya sudah ada pada masa Bhujangga Sari juga ikut dipugar yang pada awalnya sebagai pemujaan tri sakti ditambahkan dengan beberapa pelinggih leluhur (kawitan), yaitu Palinggih Manik Angkeran, Pelinggih Dukuh Belatungan, Pelinggih Padma Siwa, dan Palinggih Padma Budha (Padma Kurung). Pembangunan dua Padma (Siwa-Budha) ini sebagai penghormatan terhadap leluhurnya yang bernama Mpu Sidhimantra sebagai penganut ajaran Budha dan Mpu Sedah penganut ajaran Siwa (Dhaksa, t.t).
Pura Penataran Agung Penatih memiliki struktur tri mandala, yaitu jaba sisi (nista mandala), jaba tengah (madya mandala), jeroan (utama mandala). Pura Penataran Agung Penatih ini memiliki karakter sebagai Pura Kahyangan Tiga Tunggal (Puseh, Desa, Dalem) tempat pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi, selain itu memiliki karakter geneologis (kawitan/keluarga) dengan bukti adanya Pelinggih Manik Angkeran dan Pelinggih Dukuh Belatungan.
1. Kemuncak Bangunan Candi
Fragmen bangunan ini ditempatkan di sebelah kiri Pelinggih Gedong Ratu Agung yang merupakan bagian dari material bangunan candi seperti kemuncak/manara sudut memiliki pasak untuk dipasangkan ke lubang di bawahnya yang berbentuk persegi. Badan fragmen bangunan ini memiliki lubang pada bagian atas dengan hiasan pelipit dan sisi genta dilengkapi dengan purus lingkaran. Hiasan simbar gantung hanya tersisa di satu sudut saja dan bagian umpak berbentuk persegi empat. Susunan kemuncak dengan badannya ini diperkirakan bukan pasangan aslinya, karena ukuran pasak dan lubangnya tidak cocok atau sesuai.
2. Susunan Batu
Susunan batu ini berada di depan Pelinggih Gedong Ratu Agung yang terdiri dari empat susunan, yaitu paling bawah merupakan fragmen batu padas dengan goresan-goresan yang diperkirakan digunakan untuk mengasah senjata. Susunan batu di atasnya merupakan batu padas yang berukuran lebih kecil dan susunan batu paling atas terdiri dari dua buah batu andesit yang berukuran lebih kecil.
3. Lingga Semu
Lingga ini ditempatkan di depan sebelah kiri Pelinggih Bhatara Siwa, dan bukan merupakan lingga tri bhaga karena hanya berbentuk silinder diletakkan di atas umpak persegi. Lingkaran atas lingga lebih besar daripada lingkaran bawahnya.
4. Lumpang Batu dan Palung Batu
Lumpang batu, dan palung batu ini berada di depan kanan Pelinggih Bhatara Siwa. Lumpang batu keduanya terbuat dari batu andesit, sedangkan palung batu terbuat dari batu padas. Lumpang batu berfungsi sebagai landasan menumbuk/menghancurkan biji-bijian, sedangkan palung batu pada masa lampau difungsikan sebagai alat untuk menampung air dan tempat makan ternak.
5. Kemuncak Bangunan Candi
Kemuncak ini diletakkan di depan kiri Pelinggih Pangaruman Kelod yang merupakan bagian dari atap sebuah bangunan candi dengan memiliki pasak untuk dipasangkan pada lubang di bawahnya yang berbentuk persegi, bagian puncaknya berbentuk lingkaran bersusun tiga, dan bagian kaki pada keempat sisinya dihiasi simbar gantung. Badan fragmen bangunan ini memiliki lubang pada bagian atas dengan hiasan pelipit dan sisi genta dilengkapi dengan lubang di atasnya. Umpak bangunan pada susunan paling bawah berbentuk persegi delapan. Susunan kemuncak dengan badannya ini diperkirakan bukan pasangan aslinya, karena ukuran pasak dan lubangnya tidak cocok atau sesuai.
6. Arca di Atas Lilitan Ular
Arca diletakkan di depan kiri Palinggih Gedong Pangiasan duduk bersila di atas lilitan ular, tanpa menggunakan hiasan pada badannya, kepala sudah hilang, tangan kiri sudah hilang, dan tangan kanan diletakkan di atas paha. Arca-arca dengan ciri atribut ular dan tengkorak biasanya seni arca dengan ajaran tantris (bhairawa), seperti halnya beberapa arca yang ditemukan di Pura Kebo Edan Pejeng, Gianyar.
7. Arca Perwujudan Bhatari Bersayap
Arca diletakkan di depan Palinggih Gedong Pangiasan bersikap kedua kaki ditekuk ke belakang (bersimpuh) di atas lapik bulat, menggunakan mahkota papudakan dilengkapi dengan petitis dan ron-ronan, menonjolkan buah dada, mata setengah terpejam, telinga menggunakan subeng, kedua tangan di arahkan ke atas diikuti dengan sayapnya, dan menggunakan kain tebal dengan motif hiasan garis-garis.
8. Arca di Atas Lilitan Ular
Arca diletakkan di depan kiri Pelinggih Pangaruman duduk bersila di atas lilitan ular, tanpa menggunakan hiasan pada badannya, kepala sudah hilang, kedua tangan sudah hilang, dan hanya ada hiasan lipatan wiron pada belakang arca. Arca-arca dengan ciri atribut ular dan tengkorak biasanya seni arca dengan ajaran tantris (bhairawa), seperti halnya beberapa arca yang ditemukan di Pura Kebo Edan Pejeng, Gianyar.
9. Kemuncak Bangunan Candi
Fragmen bangunan ini terdiri dari empat susun diletakkan di depan kanan Pelinggih Pangaruman Kelod. Fragmen paling atas menyerupai miniatur candi atau bahkan memang bagian dari candi (hiasan sudut atap candi). Bentuknya semakin ke atas semakin kecil dengan dihiasi simbar pada masing-masing sudutnya dengan ukuran tinggi 62 cm dan lebar 41 cm. Fragmen di bawah kemuncak/menara sudut, tepatnya susunan kedua dari atas berbentuk persegi polos dengan ukuran tinggi 28 cm dan lebar 39 cm. Susunan ketiga dari atas merupakan fragmen berbentuk persegi dengan ukuran tinggi 16 cm dan lebar 70 cm. Kondisi fragmen sudah aus di semua bagiannya, serta pada salah satu sisi fragmen ini terdapat cerat untuk mengalirkan air (fragmen yoni). Fragmen paling bawah berbentuk persegi panjang polos dengan ukuran tinggi 46 cm dan lebar 33 cm.
Leave A Comment