Sejarah Sumerta

Mengenai latar belakang sejarah Desa Sumerta secara pasti dan tertulis sampai saat ini belum ditemukan, tetapi penulis berusaha menyusun sejarah keberadaan Desa Sumerta berdasarkan hasil wawancara dan studi kepustakaan. Menurut kisah dari panglingsir/tetua yang tercantum dalam Eka Suwarnita Desa Adat Sumerta (2014: 2-3) dikatakan Desa Sumerta dahulunya bernama Wongaya dan lama kelamaan menjadi Sumerta Wongaya. Mengenai kata Sumerta ini diturunkan dari nama salah seorang penguasa wilayah pada saat itu yang ditemukan dalam Babad Ki Bandesa Krobokan Badung. Adapun kutipan babad tersebut sebagai berikut.

“…walian ikang kata, ceritanen mangke tmajanira Ki Gusti Pasek Gelgel Aan, pada sahing Hyang Widi, apasanakan rahning nalikang rat, tembenia Gde Pasek Sumerta tmajanira Ki Gusti Pasek Aan, angalih lungguh mareng jagat bandana, sira kawuwus Pasek Sumerta, muang lungguh hira raju ingaranan Sumerta, apan sira Ki Pasek Gegel winuwus widagda wicaksana, sida pwa sira anampa sajnira Sang Natheng Bandana…” (Anonim, 2014: 3)

Kepergian Ki Pasek Sumerta ke jagat bandana (Badung) menurut cerita di atas diperkirakan pada akhir masa pemerintahan Dalem Waturenggong. Kata-kata Sumerta dalam kutipan di atas muncul beberapa kali dalam menyebutkan nama tokoh dan berdasarkan hasil wawancara dengan Pemangku Pura Puseh Sumerta (I Made Rai Suta Maskaya, 2018) juga menerangkan dulu Desa Sumerta pernah dipimpin oleh seorang tokoh yang bernama I Gusti Ngurah Sumerta. Hal tersebut memunculkan sebuah asumsi bahwa wilayah yang dulunya bernama Wongaya berubah namanya menjadi Sumerta yang disebabkan oleh turunan nama tokoh yang pernah memimpin wilayah ini, yaitu menurut Babad Ki Bandesa Krobokan Badung ialah Gde Pasek Sumerta dan menurut penuturan Pemangku Pura Puseh Sumerta ialah I Gusti Ngurah Sumerta. 

Mengenai keberadaan Pura Puseh Sumerta dan Pura Kebon Sumerta yang  menjadi objek inventarisasi dapat diketahui latar belakang pembangunannya berdasarkan atas piagam abad XV Śaka yang masih dibawa sampai saat ini oleh keluarga Pemangku Puseh Sumerta di Banjar Sima. Piagam tersebut isinya kurang lebih mengenai perintah dari I Gusti Ngurah Sumerta kepada Ki Bendesa Bekung di Sumerta Wongaya agar secepatnya membangun Pura Puseh dan Pura Kebon dalam waktu setahun dengan mendapatkan imbalan berupa tanah lengkap dengan biji/bibit tanaman (Anonim, 2014: 3).

Tags: No tags

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *