Pura Dalem Bungkeneng Tonja

Pura Dalem Bungkeneng merupakan salah satu Pura Khayangan Tiga Desa Adat Tonja. Secara administratif Pura Dalem Bungkeneng berlokasi di Jl. Ratna, Kelurahan Tonja, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar. Secara geografis pura ini terletak pada koordinat 50 L 0365081, 9044539 UTM. 

Pura Dalem Bungkeneng memiliki susunan dua halaman dengan arah hadap pura ke Barat, halaman pura terdiri dari jeroan dan bagian jaba tengah. Adapun halaman yang paling luar jaba sisi merupakan halaman terbuka. Secara simbolis, tiga halaman ini dihubungkan dengan konsep Tri Bhuwana yaitu tingkatan alam semesta atau makrokosmos (bhuwana agung). Jaba sisi melambangkan bhurloka yaitu alam fana tempat manusia, jaba tengah melambangkan bwahloka yaitu alam pitra atau roh, alam peralihan. Jeroan melambangkan swah loka, alam para dewa atau dunia baka. Sesuai dengan pola pembangunan pura di Bali, Pura dalem Bungkeneng Tonja juga mempunyai tiga halaman. Di sini akan tampak adanya suatu variasi kecil yaitu bagian jaba sisi (halaman paling luar) tidak dikelilingi oleh tembok, tetapi berupa sebuah halaman yang terbuka (jalan umum) yang berada di sisi Barat. Di sini hanya bagian jeroan (halaman paling suci) dan jaba tengah (halaman tengah) yang dikelilingi oleh tembok keliling, yang terbuat dari batu bata, sedangkan antara jaba tengah dengan jeroan dibatasi oleh sebuah tembok dan terdapat kori agung. Antara jaba tengah dengan jaba sisi dibatasi pula dengan sebuah tembok keliling dan dihubungkan dengan sebuah candi bentar.

Pura Dalem Bungkeneng merupakan salah satu Pura Khayangan Tiga Desa Adat Tonja. Secara administratif Pura Dalem Bungkeneng berlokasi di Jl. Ratna, Kelurahan Tonja, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar. Secara geografis pura ini terletak pada koordinat 50 L 0365081, 9044539 UTM. 

Pura Dalem Bungkeneng memiliki susunan dua halaman dengan arah hadap pura ke Barat, halaman pura terdiri dari jeroan dan bagian jaba tengah. Adapun halaman yang paling luar jaba sisi merupakan halaman terbuka. Secara simbolis, tiga halaman ini dihubungkan dengan konsep Tri Bhuwana yaitu tingkatan alam semesta atau makrokosmos (bhuwana agung). Jaba sisi melambangkan bhurloka yaitu alam fana tempat manusia, jaba tengah melambangkan bwahloka yaitu alam pitra atau roh, alam peralihan. Jeroan melambangkan swah loka, alam para dewa atau dunia baka. Sesuai dengan pola pembangunan pura di Bali, Pura dalem Bungkeneng Tonja juga mempunyai tiga halaman. Di sini akan tampak adanya suatu variasi kecil yaitu bagian jaba sisi (halaman paling luar) tidak dikelilingi oleh tembok, tetapi berupa sebuah halaman yang terbuka (jalan umum) yang berada di sisi Barat. Di sini hanya bagian jeroan (halaman paling suci) dan jaba tengah (halaman tengah) yang dikelilingi oleh tembok keliling, yang terbuat dari batu bata, sedangkan antara jaba tengah dengan jeroan dibatasi oleh sebuah tembok dan terdapat kori agung. Antara jaba tengah dengan jaba sisi dibatasi pula dengan sebuah tembok keliling dan dihubungkan dengan sebuah candi bentar.

Pura Dalem Bungkeneng merupakan salah satu Pura Khayangan Tiga Desa Adat Tonja. Secara administratif Pura Dalem Bungkeneng berlokasi di Jl. Ratna, Kelurahan Tonja, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar. Secara geografis pura ini terletak pada koordinat 50 L 0365081, 9044539 UTM. 

Pura Dalem Bungkeneng memiliki susunan dua halaman dengan arah hadap pura ke Barat, halaman pura terdiri dari jeroan dan bagian jaba tengah. Adapun halaman yang paling luar jaba sisi merupakan halaman terbuka. Secara simbolis, tiga halaman ini dihubungkan dengan konsep Tri Bhuwana yaitu tingkatan alam semesta atau makrokosmos (bhuwana agung). Jaba sisi melambangkan bhurloka yaitu alam fana tempat manusia, jaba tengah melambangkan bwahloka yaitu alam pitra atau roh, alam peralihan. Jeroan melambangkan swah loka, alam para dewa atau dunia baka. Sesuai dengan pola pembangunan pura di Bali, Pura dalem Bungkeneng Tonja juga mempunyai tiga halaman. Di sini akan tampak adanya suatu variasi kecil yaitu bagian jaba sisi (halaman paling luar) tidak dikelilingi oleh tembok, tetapi berupa sebuah halaman yang terbuka (jalan umum) yang berada di sisi Barat. Di sini hanya bagian jeroan (halaman paling suci) dan jaba tengah (halaman tengah) yang dikelilingi oleh tembok keliling, yang terbuat dari batu bata, sedangkan antara jaba tengah dengan jeroan dibatasi oleh sebuah tembok dan terdapat kori agung. Antara jaba tengah dengan jaba sisi dibatasi pula dengan sebuah tembok keliling dan dihubungkan dengan sebuah candi bentar.

1. Arca Dwarapala I

Arca dipahatkan duduk kedua kaki ditekuk di atas lapik persegi polos tanpa sandaran (stela). Bentuk muka bulat, mata besar melotot, alis tebal, hidung besar, bibir tebal terbuka memperlihatkan taring, telinga lebar memakai simping dan anting-anting berbentuk bunga. Bentuk rambut ikal dipusung tiga, dan sisanya terurai di belakang sampai punggung. Memakai kalung (hara) motif garis polos, perut buncit, memakai ikat perut motif garis polos. Sikap tangan kanan lurus kaku ke bawah memegang lutut kaki kanan memakai gelang tangan (kankana) motif garis polos, sikap tangan kiri agak ditekuk dan telapak tangan memegang perut memakai gelang tangan (kankana) motif garis polos. 

2. Arca Dwarapala II

Arca dipahatkan duduk tanpa sandaran di atas lapik persegi dengan kaki kiri ditekuk ke atas. Bentuk muka bulat, dengan mata bulat besar melotot, alis tebal, hidung besar, bibir tebal, mulut terbuka memperlihatkan taring. Bagian kepala atas tidak ditumbuhi rambut (botak), bagian rambut tumbuh di bagian pinggir saja, dengan bentuk ikal dan panjang terurai di bagian punggung. Telinga kecil memakai hiasan telinga (simping) dan anting-anting (kundala) ceplok bunga dan ron ronan (daun). Berjenggot ikal panjang sampai ke bagian dada. sikap tangan kanan ditekuk dengan telapak tangan dikepal memakai gelang tangan (kankana) motif geometri garis dan bulatan polos. Sikap tangan kiri lurus dengan telapak tangan memegang lutut memakai gelang tangan (kankana) motif geometri garis dan bulatan polos. Perut buncit, memakai kain sepaha dan ikat pinggang bermotif geometri belah ketupat polos, bagian uncal diikatkan ke belakang pinggang.

3. Arca Macan 

Arca dipahat telungkup, seperti sedang tidur. Keempat kaki ditekuk ke depan,dengan ekor dikibaskan ke atas (bagian punggung), bentuk muka lonjong, mata bulat besar melotot, telinga lebar, hidung pesek, memakai kumis dan jenggot ikal, mulut lebar terbuka memperlihatkan gigi dan taring. Arca binatang ini merupakan salah satu wujud dari arca penjaga selain biasanya menggunakan wujud raksasa sebagai arca penjaga.

4. Arca Dwarapala III

Arca dipahatkan duduk tanpa sandaran dengan melipat kaki kanan di atas paha kaki kiri. Bentuk muka persegi, mata bulat besar, hidung besar pesek, bibir terbuka lebar memperlihatkan gigi dan taring, telinga besar dengan hiasan (simping) daun, rambut di pusung. Leher pendek, memakai upawita dari leher bersilangan di bagian depan arca ke bagian pinggang kanan dan kiri, memakai ikat perut polos. Sikap tangan kaku menempel di badan, tangan kanan mengarah ke depan dan bagian pergelangan tangan patah, tangan kiri menempel ke badan mengarah ke depan dan dikepalkan di depan dada. kedua tangan memakai gelang lengan (keyura) motif sulur, dan gelang tangan (kankana) polos. Sikap kaki duduk diatas batu seperti duduk diatas batu, pada bagian bawah perut terlihat kain (uncal) teruntai ke bawah sampai lapik dengan motif garis, tumpal segitiga terbalik dengan motif suluran. 

5. Arca Dwarapala IV 

Arca dipahatkan duduk tanpa sandaran dengan kedua kaki ditekuk di atas lapik segi empat dengan motif garis-garis geometris membentuk segitiga dan suluran daun tanpa sandaran. Bentuk muka persegi, mata bulat besar, hidung besar pesek, bibir terbuka lebar memperlihatkan gigi dan taring, telinga besar dengan hiasan (simping) daun, rambut di pusung. Leher pendek, memakai upawita dari leher bersilangan di bagian depan arca ke bagian pinggang kanan dan kiri, pada bagian upawita belakang terdapat motif tumpal, memakai ikat perut polos. Sikap tangan kaku menempel di badan, tangan kanan mengarah ke depan dengan membawa gada, tangan kiri menempel ke badan mengarah ke depan bagian pergelangan patah. kedua tangan memakai gelang lengan (keyura) motif tumpal, dan gelang tangan (kankana) polos. Sikap kaki seperti duduk diatas batu, dengan kaki kanan dinaikan di atas paha kiri, pada bagian bawah perut terlihat kain (uncal) teruntai ke bawah sampai lapik.

6. Arca Dwarapala V 

Arca dipahatkan bersimpuh di atas lapik persegi, mata bulat melotot, hidung besar, mulut terbuka bertaring, pada bagian kepala memakai jamang yang diikatkan sampai kebelakang kepala, rambut lurus dengan bagian ujung yang ikal. Memakai hiasan telinga (simping) yang lebar, memakai anting-anting, memakai kalung (hara) dengan motif sulur, tanpa busana. Sikap tangan kanan ditekuk menyilang didepan dada ke bahu kanan membawa kapak, tangan kiri ditekuk di sebelah badan mengarah ke depan dan bagian telapak tangan menempel pada lutut kaki kiri. Kedua tangan memakai gelang lengan dan gelang tangan dengan motif geometris garis polos dan segitiga polos. Terlihat memakai kain dari pinggang di masukan ke belakang polos tanpa motif. Sikap kaki kanan ditekuk ke depan, kaki kanan ditekuk kebelakang, dan kedua kaki menggunakan gelang dengan motif geometris garis polos susun tiga.

7. Arca Dwarapala VI

Arca dipahatkan duduk dengan melipat kaki ke depan dan ke belakang di atas lapik persegi. Bentuk muka bulat, mata bulat melotot, hidung besar, mulut terbuka bertaring, pada bagian kepala memakai jamang yang diikatkan sampai kebelakang kepala, rambut lurus dengan bagian ujung yang ikal. Memakai hiasan telinga (simping) yang lebar, memakai anting-anting, memakai kalung (hara) dengan motif sulur, tanpa busana. Sikap tangan kanan ditekuk ke atas dengan membawa gada menempel di kepala tanpa motif (polos), tangan kiri ditekuk di sebelah badan mengarah ke depan dan bagian telapak tangan menempel pada lutut kaki kiri. Kedua tangan memakai gelang lengan dan gelang tangan dengan motif geometris garis polos dan segitiga polos. Terlihat memakai kain dari pinggang di masukan ke belakang polos tanpa motif. Sikap kaki kanan ditekuk ke depan, kaki kanan ditekuk kebelakang, dan kedua kaki menggunakan gelang dengan motif geometris garis polos dan segitiga polos.

8. Fragmen Arca Terakota

Fragmen arca  ini merupakan bagian kepala arca terakota, terlihat bentuk muka persegi, alis tebal, mata bulat, hidung mancung, bibir tebal terbuka memperlihatkan gigi, berkumis. Bagian rambut nampaknya diikat menjadi satu (dipusung) pada bagian tengah kepala, terdapat hiasan bintang bersudut empat di kening, kedua telinga patah. Saat ini bagian kepala ini ditempel dengan semen pada sebuah batu andesit dan diletakkan di areal kebun dekat sumur di sisi timur. 

9. Arca Tokoh 

Arca dipahatkan berdiri di atas lapik persegi tanpa sandaran. Bentuk kepala bulat lonjong, dengan rambut jambul pada bagian depan, mata bulat melotot, hidung pesek, mulut terbuka dengan lidah menjulur keluar (terlihat seperti tertawa mengejek). Telinga panjang sampai ke bahu, sikap tangan kanan memegang kepala belakang, sikap tangan kiri memegang perut, tanpa menggunakan busana (telanjang), perut buncit, memperlihatkan kemaluan (palus). Tipe arca seperti ini berkembang periode abad ke 19 (modern), hanya saja dengan sifat arca yang memperlihatkan kemaluan seperti ini merupakan tipe-tipe arca yang sudah ada dan berkembang pada periode sebelumnya seperti pada masa-masa prasejarah, dan masa Bali Pertengahan abad 15 masehi. Sikap menunjukan kemaluan ini merupakan simbol dari penolak bala (bencana/bahaya), yang biasanya dimunculkan pada arca-arca penjaga (dwarapala), ada juga sebagai simbol kesuburan dan kemakmuran.

1. Arca Dwarapala I

Arca dipahatkan duduk kedua kaki ditekuk di atas lapik persegi polos tanpa sandaran (stela). Bentuk muka bulat, mata besar melotot, alis tebal, hidung besar, bibir tebal terbuka memperlihatkan taring, telinga lebar memakai simping dan anting-anting berbentuk bunga. Bentuk rambut ikal dipusung tiga, dan sisanya terurai di belakang sampai punggung. Memakai kalung (hara) motif garis polos, perut buncit, memakai ikat perut motif garis polos. Sikap tangan kanan lurus kaku ke bawah memegang lutut kaki kanan memakai gelang tangan (kankana) motif garis polos, sikap tangan kiri agak ditekuk dan telapak tangan memegang perut memakai gelang tangan (kankana) motif garis polos. 

1. Arca Dwarapala I

Arca dipahatkan duduk kedua kaki ditekuk di atas lapik persegi polos tanpa sandaran (stela). Bentuk muka bulat, mata besar melotot, alis tebal, hidung besar, bibir tebal terbuka memperlihatkan taring, telinga lebar memakai simping dan anting-anting berbentuk bunga. Bentuk rambut ikal dipusung tiga, dan sisanya terurai di belakang sampai punggung. Memakai kalung (hara) motif garis polos, perut buncit, memakai ikat perut motif garis polos. Sikap tangan kanan lurus kaku ke bawah memegang lutut kaki kanan memakai gelang tangan (kankana) motif garis polos, sikap tangan kiri agak ditekuk dan telapak tangan memegang perut memakai gelang tangan (kankana) motif garis polos. 

2. Arca Dwarapala II

Arca dipahatkan duduk tanpa sandaran di atas lapik persegi dengan kaki kiri ditekuk ke atas. Bentuk muka bulat, dengan mata bulat besar melotot, alis tebal, hidung besar, bibir tebal, mulut terbuka memperlihatkan taring. Bagian kepala atas tidak ditumbuhi rambut (botak), bagian rambut tumbuh di bagian pinggir saja, dengan bentuk ikal dan panjang terurai di bagian punggung. Telinga kecil memakai hiasan telinga (simping) dan anting-anting (kundala) ceplok bunga dan ron ronan (daun). Berjenggot ikal panjang sampai ke bagian dada. sikap tangan kanan ditekuk dengan telapak tangan dikepal memakai gelang tangan (kankana) motif geometri garis dan bulatan polos. Sikap tangan kiri lurus dengan telapak tangan memegang lutut memakai gelang tangan (kankana) motif geometri garis dan bulatan polos. Perut buncit, memakai kain sepaha dan ikat pinggang bermotif geometri belah ketupat polos, bagian uncal diikatkan ke belakang pinggang.

2. Arca Dwarapala II

Arca dipahatkan duduk tanpa sandaran di atas lapik persegi dengan kaki kiri ditekuk ke atas. Bentuk muka bulat, dengan mata bulat besar melotot, alis tebal, hidung besar, bibir tebal, mulut terbuka memperlihatkan taring. Bagian kepala atas tidak ditumbuhi rambut (botak), bagian rambut tumbuh di bagian pinggir saja, dengan bentuk ikal dan panjang terurai di bagian punggung. Telinga kecil memakai hiasan telinga (simping) dan anting-anting (kundala) ceplok bunga dan ron ronan (daun). Berjenggot ikal panjang sampai ke bagian dada. sikap tangan kanan ditekuk dengan telapak tangan dikepal memakai gelang tangan (kankana) motif geometri garis dan bulatan polos. Sikap tangan kiri lurus dengan telapak tangan memegang lutut memakai gelang tangan (kankana) motif geometri garis dan bulatan polos. Perut buncit, memakai kain sepaha dan ikat pinggang bermotif geometri belah ketupat polos, bagian uncal diikatkan ke belakang pinggang.

3. Arca Macan 

Arca dipahat telungkup, seperti sedang tidur. Keempat kaki ditekuk ke depan,dengan ekor dikibaskan ke atas (bagian punggung), bentuk muka lonjong, mata bulat besar melotot, telinga lebar, hidung pesek, memakai kumis dan jenggot ikal, mulut lebar terbuka memperlihatkan gigi dan taring. Arca binatang ini merupakan salah satu wujud dari arca penjaga selain biasanya menggunakan wujud raksasa sebagai arca penjaga.

3. Arca Macan 

Arca dipahat telungkup, seperti sedang tidur. Keempat kaki ditekuk ke depan,dengan ekor dikibaskan ke atas (bagian punggung), bentuk muka lonjong, mata bulat besar melotot, telinga lebar, hidung pesek, memakai kumis dan jenggot ikal, mulut lebar terbuka memperlihatkan gigi dan taring. Arca binatang ini merupakan salah satu wujud dari arca penjaga selain biasanya menggunakan wujud raksasa sebagai arca penjaga.

4. Arca Dwarapala III

Arca dipahatkan duduk tanpa sandaran dengan melipat kaki kanan di atas paha kaki kiri. Bentuk muka persegi, mata bulat besar, hidung besar pesek, bibir terbuka lebar memperlihatkan gigi dan taring, telinga besar dengan hiasan (simping) daun, rambut di pusung. Leher pendek, memakai upawita dari leher bersilangan di bagian depan arca ke bagian pinggang kanan dan kiri, memakai ikat perut polos. Sikap tangan kaku menempel di badan, tangan kanan mengarah ke depan dan bagian pergelangan tangan patah, tangan kiri menempel ke badan mengarah ke depan dan dikepalkan di depan dada. kedua tangan memakai gelang lengan (keyura) motif sulur, dan gelang tangan (kankana) polos. Sikap kaki duduk diatas batu seperti duduk diatas batu, pada bagian bawah perut terlihat kain (uncal) teruntai ke bawah sampai lapik dengan motif garis, tumpal segitiga terbalik dengan motif suluran. 

4. Arca Dwarapala III

Arca dipahatkan duduk tanpa sandaran dengan melipat kaki kanan di atas paha kaki kiri. Bentuk muka persegi, mata bulat besar, hidung besar pesek, bibir terbuka lebar memperlihatkan gigi dan taring, telinga besar dengan hiasan (simping) daun, rambut di pusung. Leher pendek, memakai upawita dari leher bersilangan di bagian depan arca ke bagian pinggang kanan dan kiri, memakai ikat perut polos. Sikap tangan kaku menempel di badan, tangan kanan mengarah ke depan dan bagian pergelangan tangan patah, tangan kiri menempel ke badan mengarah ke depan dan dikepalkan di depan dada. kedua tangan memakai gelang lengan (keyura) motif sulur, dan gelang tangan (kankana) polos. Sikap kaki duduk diatas batu seperti duduk diatas batu, pada bagian bawah perut terlihat kain (uncal) teruntai ke bawah sampai lapik dengan motif garis, tumpal segitiga terbalik dengan motif suluran. 

5. Arca Dwarapala IV 

Arca dipahatkan duduk tanpa sandaran dengan kedua kaki ditekuk di atas lapik segi empat dengan motif garis-garis geometris membentuk segitiga dan suluran daun tanpa sandaran. Bentuk muka persegi, mata bulat besar, hidung besar pesek, bibir terbuka lebar memperlihatkan gigi dan taring, telinga besar dengan hiasan (simping) daun, rambut di pusung. Leher pendek, memakai upawita dari leher bersilangan di bagian depan arca ke bagian pinggang kanan dan kiri, pada bagian upawita belakang terdapat motif tumpal, memakai ikat perut polos. Sikap tangan kaku menempel di badan, tangan kanan mengarah ke depan dengan membawa gada, tangan kiri menempel ke badan mengarah ke depan bagian pergelangan patah. kedua tangan memakai gelang lengan (keyura) motif tumpal, dan gelang tangan (kankana) polos. Sikap kaki seperti duduk diatas batu, dengan kaki kanan dinaikan di atas paha kiri, pada bagian bawah perut terlihat kain (uncal) teruntai ke bawah sampai lapik.

5. Arca Dwarapala IV 

Arca dipahatkan duduk tanpa sandaran dengan kedua kaki ditekuk di atas lapik segi empat dengan motif garis-garis geometris membentuk segitiga dan suluran daun tanpa sandaran. Bentuk muka persegi, mata bulat besar, hidung besar pesek, bibir terbuka lebar memperlihatkan gigi dan taring, telinga besar dengan hiasan (simping) daun, rambut di pusung. Leher pendek, memakai upawita dari leher bersilangan di bagian depan arca ke bagian pinggang kanan dan kiri, pada bagian upawita belakang terdapat motif tumpal, memakai ikat perut polos. Sikap tangan kaku menempel di badan, tangan kanan mengarah ke depan dengan membawa gada, tangan kiri menempel ke badan mengarah ke depan bagian pergelangan patah. kedua tangan memakai gelang lengan (keyura) motif tumpal, dan gelang tangan (kankana) polos. Sikap kaki seperti duduk diatas batu, dengan kaki kanan dinaikan di atas paha kiri, pada bagian bawah perut terlihat kain (uncal) teruntai ke bawah sampai lapik.

6. Arca Dwarapala V 

Arca dipahatkan bersimpuh di atas lapik persegi, mata bulat melotot, hidung besar, mulut terbuka bertaring, pada bagian kepala memakai jamang yang diikatkan sampai kebelakang kepala, rambut lurus dengan bagian ujung yang ikal. Memakai hiasan telinga (simping) yang lebar, memakai anting-anting, memakai kalung (hara) dengan motif sulur, tanpa busana. Sikap tangan kanan ditekuk menyilang didepan dada ke bahu kanan membawa kapak, tangan kiri ditekuk di sebelah badan mengarah ke depan dan bagian telapak tangan menempel pada lutut kaki kiri. Kedua tangan memakai gelang lengan dan gelang tangan dengan motif geometris garis polos dan segitiga polos. Terlihat memakai kain dari pinggang di masukan ke belakang polos tanpa motif. Sikap kaki kanan ditekuk ke depan, kaki kanan ditekuk kebelakang, dan kedua kaki menggunakan gelang dengan motif geometris garis polos susun tiga.

6. Arca Dwarapala V 

Arca dipahatkan bersimpuh di atas lapik persegi, mata bulat melotot, hidung besar, mulut terbuka bertaring, pada bagian kepala memakai jamang yang diikatkan sampai kebelakang kepala, rambut lurus dengan bagian ujung yang ikal. Memakai hiasan telinga (simping) yang lebar, memakai anting-anting, memakai kalung (hara) dengan motif sulur, tanpa busana. Sikap tangan kanan ditekuk menyilang didepan dada ke bahu kanan membawa kapak, tangan kiri ditekuk di sebelah badan mengarah ke depan dan bagian telapak tangan menempel pada lutut kaki kiri. Kedua tangan memakai gelang lengan dan gelang tangan dengan motif geometris garis polos dan segitiga polos. Terlihat memakai kain dari pinggang di masukan ke belakang polos tanpa motif. Sikap kaki kanan ditekuk ke depan, kaki kanan ditekuk kebelakang, dan kedua kaki menggunakan gelang dengan motif geometris garis polos susun tiga.

7. Arca Dwarapala VI

Arca dipahatkan duduk dengan melipat kaki ke depan dan ke belakang di atas lapik persegi. Bentuk muka bulat, mata bulat melotot, hidung besar, mulut terbuka bertaring, pada bagian kepala memakai jamang yang diikatkan sampai kebelakang kepala, rambut lurus dengan bagian ujung yang ikal. Memakai hiasan telinga (simping) yang lebar, memakai anting-anting, memakai kalung (hara) dengan motif sulur, tanpa busana. Sikap tangan kanan ditekuk ke atas dengan membawa gada menempel di kepala tanpa motif (polos), tangan kiri ditekuk di sebelah badan mengarah ke depan dan bagian telapak tangan menempel pada lutut kaki kiri. Kedua tangan memakai gelang lengan dan gelang tangan dengan motif geometris garis polos dan segitiga polos. Terlihat memakai kain dari pinggang di masukan ke belakang polos tanpa motif. Sikap kaki kanan ditekuk ke depan, kaki kanan ditekuk kebelakang, dan kedua kaki menggunakan gelang dengan motif geometris garis polos dan segitiga polos.

7. Arca Dwarapala VI

Arca dipahatkan duduk dengan melipat kaki ke depan dan ke belakang di atas lapik persegi. Bentuk muka bulat, mata bulat melotot, hidung besar, mulut terbuka bertaring, pada bagian kepala memakai jamang yang diikatkan sampai kebelakang kepala, rambut lurus dengan bagian ujung yang ikal. Memakai hiasan telinga (simping) yang lebar, memakai anting-anting, memakai kalung (hara) dengan motif sulur, tanpa busana. Sikap tangan kanan ditekuk ke atas dengan membawa gada menempel di kepala tanpa motif (polos), tangan kiri ditekuk di sebelah badan mengarah ke depan dan bagian telapak tangan menempel pada lutut kaki kiri. Kedua tangan memakai gelang lengan dan gelang tangan dengan motif geometris garis polos dan segitiga polos. Terlihat memakai kain dari pinggang di masukan ke belakang polos tanpa motif. Sikap kaki kanan ditekuk ke depan, kaki kanan ditekuk kebelakang, dan kedua kaki menggunakan gelang dengan motif geometris garis polos dan segitiga polos.

8. Fragmen Arca Terakota

Fragmen arca  ini merupakan bagian kepala arca terakota, terlihat bentuk muka persegi, alis tebal, mata bulat, hidung mancung, bibir tebal terbuka memperlihatkan gigi, berkumis. Bagian rambut nampaknya diikat menjadi satu (dipusung) pada bagian tengah kepala, terdapat hiasan bintang bersudut empat di kening, kedua telinga patah. Saat ini bagian kepala ini ditempel dengan semen pada sebuah batu andesit dan diletakkan di areal kebun dekat sumur di sisi timur. 

8. Fragmen Arca Terakota

Fragmen arca  ini merupakan bagian kepala arca terakota, terlihat bentuk muka persegi, alis tebal, mata bulat, hidung mancung, bibir tebal terbuka memperlihatkan gigi, berkumis. Bagian rambut nampaknya diikat menjadi satu (dipusung) pada bagian tengah kepala, terdapat hiasan bintang bersudut empat di kening, kedua telinga patah. Saat ini bagian kepala ini ditempel dengan semen pada sebuah batu andesit dan diletakkan di areal kebun dekat sumur di sisi timur. 

9. Arca Tokoh 

Arca dipahatkan berdiri di atas lapik persegi tanpa sandaran. Bentuk kepala bulat lonjong, dengan rambut jambul pada bagian depan, mata bulat melotot, hidung pesek, mulut terbuka dengan lidah menjulur keluar (terlihat seperti tertawa mengejek). Telinga panjang sampai ke bahu, sikap tangan kanan memegang kepala belakang, sikap tangan kiri memegang perut, tanpa menggunakan busana (telanjang), perut buncit, memperlihatkan kemaluan (palus). Tipe arca seperti ini berkembang periode abad ke 19 (modern), hanya saja dengan sifat arca yang memperlihatkan kemaluan seperti ini merupakan tipe-tipe arca yang sudah ada dan berkembang pada periode sebelumnya seperti pada masa-masa prasejarah, dan masa Bali Pertengahan abad 15 masehi. Sikap menunjukan kemaluan ini merupakan simbol dari penolak bala (bencana/bahaya), yang biasanya dimunculkan pada arca-arca penjaga (dwarapala), ada juga sebagai simbol kesuburan dan kemakmuran.

9. Arca Tokoh 

Arca dipahatkan berdiri di atas lapik persegi tanpa sandaran. Bentuk kepala bulat lonjong, dengan rambut jambul pada bagian depan, mata bulat melotot, hidung pesek, mulut terbuka dengan lidah menjulur keluar (terlihat seperti tertawa mengejek). Telinga panjang sampai ke bahu, sikap tangan kanan memegang kepala belakang, sikap tangan kiri memegang perut, tanpa menggunakan busana (telanjang), perut buncit, memperlihatkan kemaluan (palus). Tipe arca seperti ini berkembang periode abad ke 19 (modern), hanya saja dengan sifat arca yang memperlihatkan kemaluan seperti ini merupakan tipe-tipe arca yang sudah ada dan berkembang pada periode sebelumnya seperti pada masa-masa prasejarah, dan masa Bali Pertengahan abad 15 masehi. Sikap menunjukan kemaluan ini merupakan simbol dari penolak bala (bencana/bahaya), yang biasanya dimunculkan pada arca-arca penjaga (dwarapala), ada juga sebagai simbol kesuburan dan kemakmuran.

Tags: No tags

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *