Rambut-siwi

Pura Rambut Siwi Tonja

Secara administratif Pura Rambut Siwi Tonja berlokasi di Jl. Ratna, Gang Seruni, Kelurahan Tonja, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar. Secara geografis pura ini terletak pada koordinat 50 L 0305046, 9044164 UTM. Pura Rambut Siwi Tonja sampai saat ini belum diketahui status kepemilikannya, serta status dari puranya sendiri. Saat ini Pura Rambut Siwi Tonja dikelola oleh keluarga Ketut Kani yang bertempat tinggal di barat pura. Dalam areal pura terdapat satu bangunan Prasada dari bahan batu bata merah yang terletak di sisi timur halaman menghadap ke Barat dan satu struktur sisa bangunan di sebelah utara bangunan prasada..

Secara administratif Pura Rambut Siwi Tonja berlokasi di Jl. Ratna, Gang Seruni, Kelurahan Tonja, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar. Secara geografis pura ini terletak pada koordinat 50 L 0305046, 9044164 UTM. Pura Rambut Siwi Tonja sampai saat ini belum diketahui status kepemilikannya, serta status dari puranya sendiri. Saat ini Pura Rambut Siwi Tonja dikelola oleh keluarga Ketut Kani yang bertempat tinggal di barat pura. Dalam areal pura terdapat satu bangunan Prasada dari bahan batu bata merah yang terletak di sisi timur halaman menghadap ke Barat dan satu struktur sisa bangunan di sebelah utara bangunan prasada..

1. Candi Prasada

Candi Prasada adalah bangunan suci tempat berstananya para dewa atau dapat juga raja yang telah meninggal dan kembali ke brahmaloka. Prasada merupakan bangunan suci di Bali yang bentuknya sangat mirip sekali dengan candi khas Jawa Timur. Prasada bangunan suci yang terbuat dari batu bata keseluruhannya tapi ada yang terbuat dari batu karang seperti Prasada yang ada di Pulau Serangan. Demikian juga pada badannya terdapat bilik atau ruangan untuk menempatkan pratima yang lebih meyakinkan lagi persamaannya dengan candi. Prasada berarti tempat duduk yang menjulang tinggi teras tingkat teratas dari bangunan diatas pondasi yang tinggi, istana, kuil, candi, pura, tempat pemujaan. Prasada di Bali adalah hasil perpaduan antara candi atau Prasada biasa dengan punden berundak-undak pada zaman prehistoric. (Kempers, 1979 : 13).

Bangunan Prasada ini memiliki kesamaan tipe dengan dua Prasada yang terdapat di Pura Maospahit Tonja. Bentuknya ramping, menggunakan bahan batu bata merah, terdiri dari bagian batur / dasar, kaki, badan dan atap dengan susunan 5 (lima) tingkat Tingkatan semakin keatas semakin mengecil dengan penutup atap disebut dengan Murda semacam ratna, terdapat satu ruang yang difungsikan untuk menempatkan sebuah arca atau pratima (saat ini ruang tersebut kosong). Pada bagian kaki dan badan Prasada terdapat hiasan tumpal segitiga terbalik dengan motif suluran daun, pada sudut-sudutnya terdapat hiasan karang goak (kepala burung),  pada bagian atap terdapat hiasan karang mata, karang goak (kepala burung) setiap sudutnya, dan hiasan simbar gantung polos. Pada bagian atas pintu terdapat satu panil relief yang berisikan gambar matahari dan awan. Selain itu pada bagian kaki dan badan Prasada terdapat cekungan-cekungan yang dulunya merupakan tempat untuk menempel piring-piring, mangkok-mangkok keramik sebagai hiasan Prasada. Prasada ini memiliki 5 (lima) undak (tangga) yang difungsikan untuk masuk kedalam ruangan atau bilik. Prasada ini memiliki ukuran :

Bangunan Prasada ini menghadap ke Barat dengan orientasi arah Timur (matahari terbit), di depan prasada terdapat sebuah altar yang difungsikan untuk menaruh sesajian penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu di atas altar diletakan fragmen-fragmen arca terakota yang merupakan temuan lepas yang terdapat di areal Pura Rambut Siwi Tonja. Jika dilihat dari langgam dan gaya arsitekturnya dapat dikatakan bahwa Prasada ini memiliki kesamaan umur dengan Prasada yang terdapat di Pura Maospahit Tonja. Karakteristik arsitektur Prasada ini dipengaruhi oleh karakter candi-candi di Jawa Timur, ada kemungkinan karakter Prasada ini berkembang di Bali setelah pengaruh Majapahit masuk di Bali sekitar abad XIV – XVI Masehi. Fragmen-fragmen arca dari bahan tanah liat (terakota) yang ditemukan di Pura Rambut Siwi Tonja berupa patahan kepala, tangan, kaki, badan, dan hingga alat kelamin laki-laki.

1. Candi Prasada

Candi Prasada adalah bangunan suci tempat berstananya para dewa atau dapat juga raja yang telah meninggal dan kembali ke brahmaloka. Prasada merupakan bangunan suci di Bali yang bentuknya sangat mirip sekali dengan candi khas Jawa Timur. Prasada bangunan suci yang terbuat dari batu bata keseluruhannya tapi ada yang terbuat dari batu karang seperti Prasada yang ada di Pulau Serangan. Demikian juga pada badannya terdapat bilik atau ruangan untuk menempatkan pratima yang lebih meyakinkan lagi persamaannya dengan candi. Prasada berarti tempat duduk yang menjulang tinggi teras tingkat teratas dari bangunan diatas pondasi yang tinggi, istana, kuil, candi, pura, tempat pemujaan. Prasada di Bali adalah hasil perpaduan antara candi atau Prasada biasa dengan punden berundak-undak pada zaman prehistoric. (Kempers, 1979 : 13).

Bangunan Prasada ini memiliki kesamaan tipe dengan dua Prasada yang terdapat di Pura Maospahit Tonja. Bentuknya ramping, menggunakan bahan batu bata merah, terdiri dari bagian batur / dasar, kaki, badan dan atap dengan susunan 5 (lima) tingkat Tingkatan semakin keatas semakin mengecil dengan penutup atap disebut dengan Murda semacam ratna, terdapat satu ruang yang difungsikan untuk menempatkan sebuah arca atau pratima (saat ini ruang tersebut kosong). Pada bagian kaki dan badan Prasada terdapat hiasan tumpal segitiga terbalik dengan motif suluran daun, pada sudut-sudutnya terdapat hiasan karang goak (kepala burung),  pada bagian atap terdapat hiasan karang mata, karang goak (kepala burung) setiap sudutnya, dan hiasan simbar gantung polos. Pada bagian atas pintu terdapat satu panil relief yang berisikan gambar matahari dan awan. Selain itu pada bagian kaki dan badan Prasada terdapat cekungan-cekungan yang dulunya merupakan tempat untuk menempel piring-piring, mangkok-mangkok keramik sebagai hiasan Prasada. Prasada ini memiliki 5 (lima) undak (tangga) yang difungsikan untuk masuk kedalam ruangan atau bilik. Prasada ini memiliki ukuran :

Bangunan Prasada ini menghadap ke Barat dengan orientasi arah Timur (matahari terbit), di depan prasada terdapat sebuah altar yang difungsikan untuk menaruh sesajian penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu di atas altar diletakan fragmen-fragmen arca terakota yang merupakan temuan lepas yang terdapat di areal Pura Rambut Siwi Tonja. Jika dilihat dari langgam dan gaya arsitekturnya dapat dikatakan bahwa Prasada ini memiliki kesamaan umur dengan Prasada yang terdapat di Pura Maospahit Tonja. Karakteristik arsitektur Prasada ini dipengaruhi oleh karakter candi-candi di Jawa Timur, ada kemungkinan karakter Prasada ini berkembang di Bali setelah pengaruh Majapahit masuk di Bali sekitar abad XIV – XVI Masehi. Fragmen-fragmen arca dari bahan 

1. Candi Prasada

Candi Prasada adalah bangunan suci tempat berstananya para dewa atau dapat juga raja yang telah meninggal dan kembali ke brahmaloka. Prasada merupakan bangunan suci di Bali yang bentuknya sangat mirip sekali dengan candi khas Jawa Timur. Prasada bangunan suci yang terbuat dari batu bata keseluruhannya tapi ada yang terbuat dari batu karang seperti Prasada yang ada di Pulau Serangan. Demikian juga pada badannya terdapat bilik atau ruangan untuk menempatkan pratima yang lebih meyakinkan lagi persamaannya dengan candi. Prasada berarti tempat duduk yang menjulang tinggi teras tingkat teratas dari bangunan diatas pondasi yang tinggi, istana, kuil, candi, pura, tempat pemujaan. Prasada di Bali adalah hasil perpaduan antara candi atau Prasada biasa dengan punden berundak-undak pada zaman prehistoric. (Kempers, 1979 : 13).

Bangunan Prasada ini memiliki kesamaan tipe dengan dua Prasada yang terdapat di Pura Maospahit Tonja. Bentuknya ramping, menggunakan bahan batu bata merah, terdiri dari bagian batur / dasar, kaki, badan dan atap dengan susunan 5 (lima) tingkat Tingkatan semakin keatas semakin mengecil dengan penutup atap disebut dengan Murda semacam ratna, terdapat satu ruang yang difungsikan untuk menempatkan sebuah arca atau pratima (saat ini ruang tersebut kosong). Pada bagian kaki dan badan Prasada terdapat hiasan tumpal segitiga terbalik dengan motif suluran daun, pada sudut-sudutnya terdapat hiasan karang goak (kepala burung),  pada bagian atap terdapat hiasan karang mata, karang goak (kepala burung) setiap sudutnya, dan hiasan simbar gantung polos. Pada bagian atas pintu terdapat satu panil relief yang berisikan gambar matahari dan awan. Selain itu pada bagian kaki dan badan Prasada terdapat cekungan-cekungan yang dulunya merupakan tempat untuk menempel piring-piring, mangkok-mangkok keramik sebagai hiasan Prasada. Prasada ini memiliki 5 (lima) undak (tangga) yang difungsikan untuk masuk kedalam ruangan atau bilik. Prasada ini memiliki ukuran :

Bangunan Prasada ini menghadap ke Barat dengan orientasi arah Timur (matahari terbit), di depan prasada terdapat sebuah altar yang difungsikan untuk menaruh sesajian penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu di atas altar diletakan fragmen-fragmen arca terakota yang merupakan temuan lepas yang terdapat di areal Pura Rambut Siwi Tonja. Jika dilihat dari langgam dan gaya arsitekturnya dapat dikatakan bahwa Prasada ini memiliki kesamaan umur dengan Prasada yang terdapat di Pura Maospahit Tonja. Karakteristik arsitektur Prasada ini dipengaruhi oleh karakter candi-candi di Jawa Timur, ada kemungkinan karakter Prasada ini berkembang di Bali setelah pengaruh Majapahit masuk di Bali sekitar abad XIV – XVI Masehi. Fragmen-fragmen arca dari bahan tanah liat (terakota) yang ditemukan di Pura Rambut Siwi Tonja berupa patahan kepala, tangan, kaki, badan, dan hingga alat kelamin laki-laki

Tags: No tags

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *