Lapangan I Gusti Ngurah Made Agung

Sebagai pengingat sejarah, pemerintah pada 12 November 1997, mendirikan Monumen Puputan Badung. Monumen ini berupa tiga patung, terdiri dari perempuan, laki-laki, dan anak dengan pakaian serba putih memegang keris dan tombak sebagai senjata untuk berperang. Bersamaan itu, terbitlah Surat Keputusan Wali Kota Denpasar Tahun 2009, lapangan pun resmi dinamakan Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung. Warga biasa menyebutnya Lapangan Puputan Badung. Begitulah sejarah singkat lapangan ini.

Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung, memang strategis berada di pusat keramaian, mudah dijangkau dari segala penjuru, lapangan yang dulunya sebagai ajang perang dalam mengusir penjajahan, kini menjadi ruang terbuka hijau tempat rekreasi. Lapangan yang memiliki luas kurang lebih 35.691 meter persegi dipadati juga aktivitas olahraga lain seperti bersepeda dan sepakbola, sejumlah fasilitas untuk rekreasi tersedia di kawasan ini, terdapat tempat bermain skateboard bagi kawula muda, tempat anak-anak bermain, tempat jalan-jalan atau jogging, toilet, papan catur besar, tempat duduk untuk bersantai di bawah rindangnya pepohonan, sejumlah alat olah raga, serta stage atau panggung terbuka yang sering digelar pertunjukan kesenian, dan semuanya tersebut bisa dinikmati dengan gratis. Waktu berkunjung terbaik di kawasan ini adalah pada sore hari.

Wisata keluarga bersama anak-anak terutama balita akan menjadi tempat yang ideal, di mana mereka bisa berinteraksi dengan lingkungan lebih leluasa, termasuk juga dengan teman-teman sebaya mereka, atau bisa mengajak bermain menikmati sejumlah permainan anak yang disediakan, bagi orang tua juga bisa refresh sejenak. Banyak hal yang bisa dilakukan baik itu anak, remaja dan juga orang tua.

Pelabuhan Benoa

Pelabuhan Benoa berdiri sejak tahun 1924, sebagaimana tertuang dalam Stb. 1924 No. 378, pada masa penjajahan Belanda di Denpasar. Pada awalnya, yurisdiksi pelabuhan dan aktivitasnya ditentukan oleh peta pelabuhan zaman Belanda yang didokumentasikan dalam Staatsblad nomor 16 tanggal 8 Januari 1926.

Kemudian, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Perhubungan secara bersama-sama menetapkan batas wilayah kerja pelabuhan dan wilayah kepentingan dalam surat keputusan nomor 15 Tahun 1990/KM.18 Tahun 1990 yang dikeluarkan pada tanggal 14 Februari 1990. Sebagai pengakuan atas keunggulannya jasa, Pelabuhan Benoa dianugerahi Best Port Welcome oleh majalah Dream World Cruise Destination pada tahun 2010.

Pelabuhan ini terletak di Denpasar Selatan, Bali, sekitar 8 km dari Kabupaten Kuta melalui Jl. Bypass Ngurah Rai, dan berjarak 8,6 km dari Sanglah Denpasar melalui Jalan Diponegoro Sesetan. Mereka yang masuk ke pelabuhan dikenakan biaya distribusi di loket gerbang pelabuhan Benoa.

Pelabuhan Benoa berlokasi strategis di dekat pintu masuk tol Bali Mandara, dapat diakses melalui desa Pesanggaran di Denpasar. Saat ini, pengembangan pelabuhan berfokus pada kearifan lokal Bali dan kesadaran lingkungan, menampilkan pengaruh Bali dan ruang hijau, sehingga sesuai dengan citra Bali sebagai tujuan wisata yang populer.

Pelabuhan Sanur

Pelabuhan Sanur mewakili kemajuan yang signifikan dalam infrastruktur pariwisata Denpasar, dengan desain yang sangat dipengaruhi oleh budaya Bali, termasuk perahu “Perahu Bercadik” dan pola “Gajah Mina”. Selain menjadi pusat transportasi, Pelabuhan Sanur menjadi ikon baru yang memberikan harapan pemulihan ekonomi Bali pasca pandemi Covid-19. Pelabuhan ini menarik wisatawan, terutama pengunjung kelas menengah ke atas, dan diharapkan dapat merangsang perluasan segmentasi wisatawan ke Nusa Penida dan Nusa Ceningan.

Baik Nusa Penida maupun Nusa Ceningan adalah tujuan wisata yang terkenal, terkenal dengan pesona alamnya, dan pelabuhan baru semakin memudahkan wisatawan untuk mengaksesnya. Sebelum pembangunan pelabuhan, wisatawan harus menaiki perahu, seringkali basah dalam prosesnya, tetapi sekarang mereka dapat menaiki kapal melalui jembatan apung.

Pelabuhan tidak hanya melayani wisatawan tetapi juga orang Bali yang ingin beribadah di pura di Nusa Penida. Meski demikian, pariwisata tetap menjadi sumber pendapatan utama masyarakat Bali, dan dampak pandemi terhadap perekonomian Bali sangat parah. Tanpa turis asing, pertumbuhan ekonomi pulau itu anjlok, dan pengangguran meningkat. Namun, pemerintah memanfaatkan pandemi untuk memperbaiki infrastruktur dengan membangun Pelabuhan Sanur yang sebelumnya fasilitas pendukungnya kurang memadai, ruang sempit, dan tidak ada tempat untuk kargo. Kapal melintas dari Sanur tanpa memenuhi standar keselamatan dan keamanan.

Taman Janggan

Taman bermain anak di pusat Kota Denpasar ini didesain modern, nyaman, dan edukatif. Taman Janggan merupakan bagian dari proyek Penataan Bangunan Kawasan Strategis Nasional (KSN) atau Civic Center Denpasar.

Aneka wahana bermain bagi anak ada di sini, mulai dari perosotan pendek, hingga perosotan panjang menyerupai belalai gajah. Ada dua platform deck untuk melatih ketangkasan anak di mana pada bagian bawah deck bisa digunakan untuk bermain hide and seek.

Semua wahana bermain ini melatih kemampuan motorik anak, khususnya yang berusia 18 bulan hingga enam tahun. Ada juga ayunan, jungkat-jungkit, area memanjat, tempat duduk, dan area lesehan bagi orang tua sembari mengawasi putra-putrinya bermain.

Setiap harinya, terlebih akhir pekan, Taman Janggan selalu ramai dikunjungi. Lantainya terbuat dari keramik empuk atau rubber pad, sehingga anak-anak tetap aman meski terjatuh.

Areanya aman karena dikelilingi pagar pengaman. Lokasinya pun strategis, di Jalan Raya Puputan, sekitar 800 meter di timur Monumen Bajra Sandhi, Renon.

Pada dasarnya Taman Janggan dibagi dua bagian. Bagian pertama area playground anak, sedangkan bagian kedua area santai untuk anak dan dewasa, dilengkapi sarana olah raga, seperti  sepeda udara (air walker), alat bantu sit up, horse rider machine, elliptical machine, jogging track, dan jalur bebatuan khusus pijat refleksi kaki.

Taman yang diresmikan awal 2017 ini memiliki aturan khusus. Pengunjung wajib melepas alas kaki saat masuk ke dalam. Areanya telah dilengkapi kamera pengawas (CCTV) dan lampu penerangan yang memadai.

Taman Kota Lumintang

Sebuah taman di tengah kota bisa menjadi lokasi favorit warga untuk sekedar jalan-jalan santai. Seperti halnya Taman Kota Lumintang Denpasar. Taman Kota Lumintang ini merupakan kebanggaan warga Denpasar pada khususnya yang selalu ramai dikunjungi oleh semua kalangan masyarakat.

Suasana Taman Kota Lumintang Denpasar kian semarak dengan adanya air mancur menari yang tepat berada di tengah kolam buatan. Air mancur menari inilah yang menjadi primadona warga tatkala datang ke Taman Kota Lumintang.

Warga bisa menikmati keindahan air mancur menari mulai pukul 19.00-21.00 WITA dan hanya pada akhir pekan saja. Pada sekitar pukul 18.00 WITA, musik di areal danau mulai berbunyi. Namun air mancur menari baru melakukan atraksinya ketika langit benar-benar telah gelap.

Air mancur menari ini memang sangat unik. Air mancur yang diterangi dengan berbagai macam warna, tampak semakin memesona dengan liuk-liuk gerakan layaknya sedang menari. Atraksi air mancur menari ini sangat diminati oleh warga yang datang, terutama anak-anak yang datang bersama orang tua mereka. Anak-anak dibuat takjub oleh keindahan warna dan liuk gerakan air mancur yang selalu berubah-ubah

Meskipun tak sebesar dan seluas Lapangan Renon, Taman Kota Lumintang juga memiliki fasilitas penunjang yang cukup memadai. Diantaranya terdapat jogging track yang dimanfaatkan untuk kegiatan olahraga, arena permainan anak, sebuah sangkar burung yang besar dan berada di sudut taman yang sangat menarik perhatian anak-anak, toilet, area parkir serta warung-warung penjual makanan atau para pedagang makanan ringan.

Datang ke Taman Kota Lumintang sebaiknya menjelang petang agar tidak terlalu lama menunggu atraksi air mancur menari. Sambil menunggu Anda bisa menghabiskan waktu sambil jalan-jalan santai berkeliling taman, berolahraga ringan, duduk-duduk santai di balai-balai yang sudah ada atau menunggu anak-anak yang sedang asyik bermain.

Menikmati beberapa kuliner yang dijual di warung-warung atau pedagang yang ada di Taman Kota Lumintang juga bisa menjadi pilihan sambil menunggu waktu. Bagi Anda yang membawa anak, sebaiknya membawa makanan dari rumah karena kebanyakan kuliner yang dijual kurang pas dilidah anak-anak seperti makanan pedas. Walau demikian masih ada beberapa menu yang juga disukai oleh anak-anak seperti bakso, es atau makanan ringan lainnya.

Yang suka olahraga, bisa berolahraga sepanjang hari di Taman Kota Lumintang ini. Karena area jogging track ataupun area olahraga terbuka untuk umum mulai dari pagi hingga malam hari. Pada malam hari, setiap area taman dilengkapi penerangan yang sangat memadai sehingga kegiatan olahraga dapat dilakukan dengan aman dan nyaman.

Taman Kota Lumintang Denpasar berada Jalan Mulawarman, Lumintang. Anda dapat menghabiskan waktu bersama keluarga dengan refreshing murah meriah di Taman Kota Lumintang.

Turtle Conservation & Education Center (TCEC)

Turtle Conservation and Education Centre (TCEC) yang berlokasi di jalan Tukad Wisata no 4 Desa Serangan, Denpasar. Sebagai pusat konservasi penyu, tempat ini menjadi alternatif destinasi wisata bagi masyarakat maupun wisatawan asing yang berkunjung ke Bali.

Menurut pengelola TCEC Serangan Made Sukanta, meskipun merupakan balai konservasi, namun kunjungan wisatawan asing maupun lokal ke balai konservasi ini cukup banyak. “Hal ini dapat dilihat dari jumlah kunjungan yang setiap bulannya ada peningkatan sekitar 20 persen. Tingginya minat kunjungan wisatawan yang datang berkunjung ke TCEC ini disebabkan karena jenis wisata yang ditawarkan cukup unik, yakni pengetahuan mengenai siklus kehidupan penyu yang merupakan hewan langka. Sehingga minat wisatawan untuk melihat secara langsung bagaimana siklus kehidupan penyu sangat tinggi.

Di TCEC ini, wisatawan tidak saja diajak untuk melihat tiga spesies spesies yang ada di Bali yakni Penyu Hijau, Penyu Lekang dan Penyu sisik, namun wisatawan juga akan diajak melihat proses pengeraman telur penyu yang dilakukan secara alami di kolam pasir yang disediakan, tukik yang sedang dikarantina hingga tukik yang sudah siap lepas.

Bahkan jika ada telur penyu yang menetas, wisatawan yang datang juga akan dilibatkan untuk ikut memindahkan tukik ke kolam karantina. “Proses ini sangat disukai oleh wisatawan, karena mereka bisa berkesempatan untuk ikut dalam proses konservasi penyu.

Keramat Agung Pemecutan

Di Kota Denpasar terdapat sebuah makam seorang puteri muslim yang bernama Raden Ayu Siti Khotijah. Namanya di kalangan muslim tentu sangat familiar, walau berbeda penulisan dan pengucapannya, bahwa nama tersebut sama dengan nama istri Nabi Muhammad SAW, Siti Khadijah. Dari buku yang dijual di sekitar makam, Raden Ayu Siti Khotijah, yang punya nama asli Gusti Ayu Made Rai atau disebut juga dengan Raden Ayu Pemecutan ini adalah seorang putri dari Raja Pemecutan. Namun tidak jelas dari Raja Pemecutan yang mana.

Cerita awal sang Raden Ayu Pemecutan, seperti cerita legenda putri-putri keraton di seluruh nusantara. Sang putri terkenal cantik dan disayang hingga menjadi kembang kerajaan. Tak sedikit para pembesar kerajaan di Bali yang ingin meminang sang putri. Namun musibah datang, sang putri mengidap penyakit kuning. Raja Pemecutan berusaha untuk menyembuhkan sang anak kesayangan, namun tak berhasil menyembuhkan sang putri. Hingga Raja Pemecutan membuat sebuah sayembara yang bisa menyembuhkan penyakit sang putri, jika perempuan akan diangkat jadi anak raja dan jika laki-laki akan dikawinkan dengan Raden Ayu Pemecutan.

Kabar tentang sayembara ini terdengar oleh seorang ulama di Yogyakarta dan mempunyai seorang anak didik yang jadi raja di Madura yaitu Pangeran Cakraningrat IV. Ulama yang dalam buku Sejarah keramat Raden Ayu Pemecutan disebut Syech ini memanggil Pangeran Cakraningrat IV ke Yogyakarta untuk mengikuti sayembara tersebut. Raja Madura ini berangkat ke Bali, hasilnya dapat ditebak Raden Ayu Pemecutan dapat disembuhkan oleh Pangeran Cakraningrat IV.

Setelah sang putri sembuh, lalu Raden Ayu Pemecutan dan Pangeran Cakraningrat IV dikawinkan. Tentunya dalam perkawinan muslim, keduanya harus beragama Islam, Raden Ayu Pemecutan pun jadi mualaf dan bergelar Raden Ayu Siti Khotijah. Sang putri lalu di boyong ke Madura oleh Pangeran Cakraningrat IV.

Suatu ketika Raden Ayu  pulang ke Bali beserta 40 orang pengiring dan pengawal. Pangeran Cakraningrat IV memberikan bekal berupa guci, keris dan sebuah pusaka berbentuk tusuk konde yang diselipkan di rambut sang putri. Sesampainya di kerajaan Pemecutan, Siti Khotijah disambut dengan riang gembira. Namun, kala itu tidak ada yang mengetahui bahwa sang putri telah memeluk agama Islam. Suatu hari ketika ada suatu upacara Meligia atau Nyekah yaitu upacara Atma Wedana yang dilanjutkan dengan Ngelinggihan (Menyetanakan) Betara Hyang di Pemerajan (tempat suci keluarga) Puri Pemecutan, Raden Ayu Pemecutan berkunjung ke Puri tempat kelahirannya. Pada suatu hari saat sandikala (menjelang petang) di Puri, Raden Ayu Pemecutan alias Raden Ayu Siti Khotijah menjalankan persembahyangan (ibadah sholat maghrib) di Merajan Puri dengan menggunakan Mukena (Kerudung). Ketika itu salah seorang Patih di Puri melihat hal tersebut. Para patih dan pengawal kerajaan tidak menyadari bahwa Puri telah memeluk islam dan sedang melakukan ibadah sholat. Menurut kepercayaan di Bali, hal tersebut dianggap aneh dan dikatakan sebagai penganut aliran ilmu hitam.

Akibat ketidaktahuan pengawal istana, ‘keanehan’ yang disaksikan di halaman istana membuat pengawal dan patih kerajaan menjadi geram dan melaporkan hal tersebut kepada Raja. Mendengar laporan Ki Patih tersebut, Sang Raja menjadi murka. Ki Patih diperintahkan kemudian untuk membunuh Raden Ayu Siti Khotijah. Raden Ayu Siti Khotijah dibawa ke kuburan areal pemakaman yang luasnya 9 Ha. Sesampai di depan Pura Kepuh Kembar, Raden Ayu berkata kepada patih dan pengiringnya “aku sudah punya firasat sebelumnya mengenai hal ini. Karena ini adalah perintah raja, maka laksanakanlah. Dan perlu kau ketahui bahwa aku ketika itu sedang sholat atau sembahyang menurut kepercayaan Islam, tidak ada maksud jahat apalagi ngeleak.” Demikian kata Siti Khotijah.

Raden Ayu berpesan kepada Sang patih “jangan aku dibunuh dengan menggunakan senjata tajam, karena senjata tajam tak akan membunuhku. Bunuhlah aku dengan menggunakan tusuk konde yang diikat dengan daun sirih serta dililitkan dengan benang tiga warna, merah, putih dan hitam (Tri Datu), tusukan ke dadaku. Apabila aku sudah mati, maka dari badanku akan keluar asap. Apabila asap tersebut berbau busuk, maka tanamlah aku. Tetapi apabila mengeluarkan bau yang harum, maka berikanlah aku tempat suci yang disebut kramat”.

 Setelah meninggalnya Raden Ayu, bahwa memang betul dari badanya keluar asap dan ternyata bau yang keluar sangatlah harum. Peristiwa itu sangat mengejutkan para patih dan pengawal. Perasaan dari para patih dan pengiringnya menjadi tak menentu, ada yang menangis. Sang raja menjadi sangat menyesal dengan keputusan belia . Jenazah Raden Ayu dimakamkan di tempat tersebut serta dibuatkan tempat suci yang disebut kramat, sesuai dengan permintaan beliau menjelang dibunuh. Untuk merawat makam kramat tersebut, ditunjuklah Gede Sedahan Gelogor yang saat itu menjadi kepala urusan istana di Puri Pemecutan. Pangeran 

Living World

Living World Denpasar tidak hanya pusat perbelanjaan tetapi juga merupakan tujuan populer bagi penduduk lokal Bali dan wisatawan yang mencari hiburan, pengalaman budaya, dan berbagai layanan. Mal ini dirancang dengan tema budaya Bali, termasuk gapura, air mancur, dan ornamen dekoratif. Arsitekturnya menggabungkan konsep ramah lingkungan seperti sistem hemat energi, panel surya, pencahayaan LED, dan pengelolaan air limbah yang diminimalkan untuk irigasi tanaman dan pengisian kolam.

Living World Denpasar menghadirkan merek-merek bisnis Kawan Lama Group seperti ACE, INFORMA, INFORMA Custom Furniture, INFORMA ELECTRONICS, Toys Kingdom, Pet Kingdom, ATARU, Pendopo, EYE SOUL, dan THYS, melayani kebutuhan furniture dan perbaikan rumah, gaya hidup, dan hiburan. Merek kuliner seperti Chatime Atelier, Cupbop, Gindaco, dan Go! Pergi! CURRY – Genki no Minamoto, serta brand ternama seperti Uniqlo, H&M, Cinema XXI, Funworld, Kidzlandia, iBox, Puma, Giordano, The Body Shop, dan Guardian juga hadir di mall ini.

Pengunjung juga dapat menikmati area outdoor seperti area trotoar untuk berolahraga atau jalan-jalan santai di sepanjang sungai, acara budaya dan seni di amfiteater dan taman komunitas rooftop, serta area ramah hewan peliharaan. Living World Denpasar berusaha memberikan dampak positif yang signifikan bagi penduduk Bali melalui berbagai inisiatif keberlanjutan.

Trans Studio Theme Park Bali

Ada banyak wahana seru di taman hiburan ini, menjadikannya tempat yang cocok untuk pengunjung segala usia, termasuk mereka yang mencari kencan romantis. Saat memasuki dan naik lift ke wahana pertama, pengunjung akan tenggelam dalam pengalaman sci-fi ala Hollywood dengan ubur-ubur dan angin sejuk.

Trans Studio Bali menawarkan harga tiket promo untuk sebagian besar wahana, dengan pemegang KTP Bali menerima harga khusus Rp 150.000 per orang hingga dua tiket hingga Sabtu. Untuk wisatawan domestik, harga tiket berkisar antara Rp 150.000 hingga Rp 275.000 tergantung usia.

Jam operasional taman mulai pukul 11.00 WITA hingga 18.00 WITA pada hari kerja dan pukul 10.30 WITA hingga 19.00 WITA pada akhir pekan dan hari libur nasional. Trans Studio Bali juga dikenal sebagai “The Most Instagrammable Theme Park in The World” dengan spot foto di replika kapal Titanic dan Illusion House.

Taman ini dibagi menjadi lima zona: Pelabuhan Liverpool, Zona Kamera, Zona Budaya, Zona Petualangan, dan Zona Aksi. Setiap zona menawarkan aktivitas unik dan seru, seperti terbang di atas Indonesia di Zona Budaya atau melawan zombie di wahana Kota Mati di Zona Petualangan.

Zona Aksi memungkinkan pengunjung untuk merasakan sensasi Kota New York dan menghadapi tantangan di Kursus Ninja. Dengan begitu banyak wahana dan zona menarik untuk dijelajahi, Trans Studio Bali adalah tujuan yang harus dikunjungi bagi siapa saja yang mencari petualangan yang menyenangkan.