Puri Agung Kesiman

Puri Agung Kesiman terbentuk berdasarkan atas pembagian daerah kekuasaan I Gusti Ngurah Made Pemecutan (Raja Puri Denpasar I)  kepada kedua anaknya yang bernama I Gusti Ngurah Gede, dan I Gusti Gede Kesiman. Puri Agung Kesiman berdiri sekitar abad XIX Masehi dengan pendirinya I Gusti Gede Kesiman yang naik tahta pada tahun 1813 hingga 20 November 1865 sebagai punggawa kesiman. Luas keseluruhan situs puri ini ± 12.192 m² dengan pembagian empat mandala, seperti Ancak Saji merupakan halamanan paling luar (depan), Sumengen/Senetan merupakan tempat melaksanakan upacara kematian, Pemereman/Dunungan merupakan areal tempat tinggal anggota keluarga puri, dan Pemrajan Agung  sebagai tempat suci puri.

1. Gapura/paduraksa 

Gapura pada halaman ancak saji sebagai pintu masuk ke halaman saren menghadap ke barat, terdiri dari tiga bagian yaitu kaki terbuat dari susunan batu bata berbentuk persegi dan ditengah-tengahnya terdapat anak tangga berjumlah tujuh buah. Bagian badan sangat tambun disusun menggunakan batu bata, pada tengah-tengahnya terdapat pintu masuk terbuat dari kayu, atas badan setiap sudutnya berhiaskan relief simbar gantung, samping badan masing-masingnya berhiaskan subeng, kuping, dan util. Atap gapura terbuat dari susunan batu padas bersusun satu pada keempat sudut nya berhiaskan simbar duduk berupa karang manuk dan antefik berdiri, serta pada tengah-tengahnya berhiaskan karang tapel.

Gapura sebagai pintu masuk ke halaman Pemrajan Agung Puri Kesiman terbuat dari susunan batu padas, bentuk arsitektur gapura menyerupai gapura di Pura Dalem Sakenan berbentuk tambun, pada samping badan masing-masing berhiaskan seluran daun membentuk sayap, ambang pintu di atasnya berhiaskan kepala kala dengan mata melotot dan menjulurkan lidahnya. Atap gapura bersusun tiga masing-masingnya berhiaskan kepala kala pada bagian tengahnya, pada beberapa sisinya berhiaskan antefik dan pada puncaknya berhiaskan bentala. 

2. Gapura Bentar 

Gapura bentar yang berada di halaman ancak saji dengan arah hadap berbeda-beda. Sebuah menghadap ke selatan dan satunya lagi menghadap ke barat. Candi bentar merupakan gapura yang terbelah dua yang seolah-olah seperti candi kembar. Candi bentar ini sangat tambun tetapi menjulang tinggi berhiaskan simbar gantung maupun simbar duduk, dan setiap sudutnya juga berhiaskan antefik. 

3. Candi Prasada

Candi prasada terbuat dari susunan batu bata, menghadap ke barat di halaman jeroan Pemrajan Agung Puri Kesiman, berbentuk ramping seperti menara yang sama dengan bangunan-bangunan candi di Jawa Timur (periode Majapahit), bagian kaki berbentuk persegi dengan hiasan relief simbar gantung, badan prasada di tengahnya berupa garbha graha, bagian atap bersusun 9 semakin ke atas semakin kecil dengan hiasan simbar gantung dan simbar duduk pada setiap sudut tingkatan atap, serta pada puncaknya berhiaskan murdha/menur. 

4. Meru

Meru menghadap ke barat di halaman jeroan Pemrajan Agung Puri Kesiman, secara vertikal dibagi menjadi tiga bagian yaitu, bagian kaki terbuat dari susunan batu bata berhiaskan pepalihan, diatas bebaturannya diletakkan arca berjumlah 8 buah yang disebut dengan arca Asta Bratha. Badan meru terbuat dari susunan batu bata, tetapi sudah dilapisi pewarna putih, pada tengah-tengah badan terdapat pintu yang terbuat dari kayu untuk menuju garbha graha meru. Bagian atap bersusun 11 menjulang tinggi terbuat dari susunan kayu dan ijuk. 

5. Kolam

Struktur kolam berada di halamanan utama (jeroan) Pemrajan Agung mengikuti sisi tembok penyengker pemrajan. Struktur kolam ini sangat lebar dan dalam, serta diperkirakan sezaman dengan prasada maupun pelinggih meru, karena dalam arsip foto-foto kolonial struktur kolam ini selalu ada jika prasada dan pelinggih meru menjadi objeknya. Diperkirakan berasal dari abad XIV-XV Masehi.

6. Arca Asta Brata

Arca ini berjumlah 8 buah terbuat dari batu padas, dan diletakkan berjajar pada selasar Pelinggih Meru. Kedelapan arca gaya dan bentuk perhiasannya sama, empat buah arca (sisi utara) kaki kiri ditekuk ke belakang, sedangkan kaki kanan ditekuk ke atas, empat buah arca (sisi selatan) kaki kanan ditekuk belakang, sedangkan kaki kiri ditekuk ke atas, dan semua arca kedua tangannya diletakan di samping pinggang. Arca-arca asta bratha ini adalah Indra, Candra, Kuwera, Bayu, Surya, Yama, Baruna, dan Agni.

Pura Agung Petilan Kesiman

Pura Agung Petilan Kesiman atau lebih populer disebut Pura Pangrebongan karena sebagai tempat dilaksanakannya ritual Ngerebong di Desa Adat Kesiman. Mengenai sejarah pendirian dan keberadaan Pura Agung Petilan Kesiman termuat dalam “Eka Ilikita Desa Adat Kesiman”, yaitu merupakan pura sentral dalam melaksanakan upacara besar keagamaan dan disungsung oleh seluruh masyarakat Desa Adat Kesiman. Pura Agung Petilan erat kaitannya dengan Pura Luhur Dalem Mutering Jagat yang terletak di tepi Sungai Ayung, dan tidak dapat terlepas dari keberadaan puri di Kedaton. 

Diceritakan Arya Wang Bang Pinatih di Puri Kertalangu yang juga membangun Pura Dalem Muter dikalahkan oleh Dukuh Pahang pada tahun saka 1527, kemudian meninggalkan puri menuju Sanur. Masyarakat, dan pengikut Arya Wang Bang Pinatih ketika itu yang tinggal di tepi sisi barat Sungai Ayung seperti Batanbuah dan Kedaton merasa kebingungan.  Akhirnya Ki Bendesa Sugriwa menuju Puri Pemecutan menghadap raja di Badung untuk memohon pengganti kepemimpinan Arya Wang Bang Pinatih. Permohonan itu dikabulkan dengan menempatkan Kyai Pemayun dan mendirikan puri di tepi timur Sungai Ayung bernama Tegal Kuwum. Kyai Pemayun juga melanjutkan nyungsung Pura Dalem Muter yang dibangun oleh Arya Wang Bang Pinatih bersama para pengikutnya yang masih bertempat tinggal di Batanbuah, Kehen, dan Kedaton (Eka Ilikita Desa Adat Kesiman, 1990: 5).

Istilah petilan juga ada yang menyebut berasal dari kata pailen-ilen yang dilaksanakan di penyawangan Pura Dalem Muter Kesiman, penyawangan itu berupa turus lumbung untuk dapat melaksanakan upacara ketika sulit melewati Sungai Ayung, dan di tempat penyawangan itulah dilaksanakan pangilen-ngilen (Subawa, 1990: 74). Kemudian dalam penelitian “Upacara Ngilen dalam Pangusaban di Pura Agung Petilan Kesiman” kata pethilan berasal dari istilah tila yang artinya menanam biji atau benih, kemudian agung diartikan besar dan memiliki arti seorang raja. Pura Agung Petilan dalam hal ini diartikan tempat suci seorang raja menanam biji atau benih pemikiran berupa konsep dan ide (Ranuara, 2017: 83-84).

Pura Agung Petilan Kesiman secara karakter dapat digolongkan sebagai pura teritorial, karena memiliki ciri kesatuan wilayah (territorial) sebagai tempat pemujaan dari anggota masyarakat suatu desa yang diikat oleh kesatuan wilayah, kesatuan wilayah desa tersebut adalah Desa Adat Kesiman yang diikat dengan Kahyangan Tiga. Upacara piodalan di Pura Agung Petilan Kesiman tidak sama pelaksanaannya seperti pura lainnya, karena  Pura Agung Petilan merupakan pura pasamuan sebagai pusat ritual di Desa Adat Kesiman, ditandai dengan berkumpulnya pratima, pacanangan, sesuhunan barong dan rangda dari berbagai pura se Desa Adat Kesiman. Ritual pangilen di Pura Agung Petilan dilaksanakan setiap enam bulan sekali, yaitu pertama disebut dengan Pangebekan dilaksanakan pada hari Kamis (Wraspati) Umanis Wuku Dungulan (sehari setelah Hari Raya Galungan), kemudian kedua disebut dengan Pamapagan/Pamendak Agung dilaksanakan pada hari Senin (Soma) Paing Wuku Langkir (dua hari setelah Hari Raya Kuningan), dan pangilen ketiga disebut dengan Ngarebong atau Pangrebongan dilaksanakan pada hari Minggu (Redite) Pon Wuku Medangsia (delapan hari setelah Hari Raya Kuningan).

1. Gapura Kori Agung

Kori Agung merupakan pintu pembatas, dan pintu masuk dari halaman jaba tengah (madya mandala) ke halaman jeroan (utama mandala). Struktur gapura/paduraksa ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kaki, badan, dan atap. Bagian kaki terbuat dari susunan batu bata, tetapi bagian tangga permukaan atasnya telah dilapisi dengan beton di depan, dan dilengkapi sembilan anak tangga, sedangkan pada bagian kaki sisi dalam memiliki 11 anak tangga.

Bagian badan gapura/paduraksa terbuat dari susunan batu bata secara keseluruhan berukuran panjang 1.623 cm terdiri dari badan pengawak gede, badan caping, dan badan pegandong. Badan pengawak gede terbuat dari batu bata, daun pintu dan kusen terbuat dari kayu dengan ambang pintu (dedanga/ulap-ulap) bersusun enam, pada atas ambang pintu dipahatkan ukiran dasar kepala kala bersayap dengan susunan batu bata menjorok keluar, tetapi belum selesai diukir, setiap sudut badan masing-masing sisinya dihiasi dengan relief simbar gantung pada bagian atas dan simbar duduk pada bagian bawahnya. Badan caping merupakan bagian badan yang mengapit badan pengawak gede, terbuat dari susunan batu bata, badan caping masing-masing pada setiap sudutnya berhiaskan susunan pola simbar duduk pada bagian bawah dan simbar gantung pada bagian atas, serta pada bagian kuping juga berhiaskan balok persegi terbuat dari batu bata yang biasa disebut dengan subeng berbentuk tapak dara. Bagian atap gapura/paduraksa terbuat dari susunan batu bata yang terdiri dari atap pengawak gede, atap caping, dan atap pegandong. Atap pengawak gede terbuat dari susunan batu bata, disusun bertingkat tujuh semakin ke atas semakin kecil, pada bagian puncak berbentuk murdha terbuat dari batu padas, keempat sudut atap berhiaskan antefik yang terbuat dari susunan batu bata berbentuk segitiga tumpal atau disebut juga dengan simbar duduk lengkap dengan ornamen ikut celedu. 

2. Tugu Pangrebongan

Tugu Pangrebongan terletak di depan Gapura/paduraksa Kori Agung Pura Agung Petilan, terbuat dari susunan batu bata, tidak menggunakan atap, terdiri dari bagian kaki dan badan lengkap dengan hiasan simbar gantung dan duduk. Bagian puncak bentuknya menyerupai singgasana terbuat dari batu padas lengkap dengan alas dan sandaran, di Bali disebut dengan ulon. Alas puncak pada sisi depannya dipahat tanggal pendiriannya yaitu 5 – 9 – 1966. 

3. Gedong Manca Desa

Gedong Manca Desa terletak di sisi timur paling selatan  halaman jeroan (utama mandala) menghadap ke barat, di tengahnya terdapat pintu menuju garbhagraha, pada selasar depan terdapat empat buah umpak menopang tiang kayu penyangga atap bangunan, selasar depan pintu garbha graha juga terdapat selasar berbentuk U difungsikan untuk meletakkan arca pratima dan pecanangan ketika upacara berlangsung. 

4. Gedong Agung Petilan

Gedong Agung Petilan disebut juga Gedong Dalem atau Gedong Mandaragiri terletak pada sisi timur menjadi bangunan sentral di halaman jeroan (utama mandala) menghadap ke barat. Bagian kaki paling dasar berupa badan kura-kura dililit naga, di atasnya berbentuk bujur sangkar terbuat dari susunan batu bata. Badan bangunan memiliki hiasan pepalihan khas bebadungan pada ketiga sisinya, memiliki lubang pintu garbha graha pada sisi barat, terdapat sembilan buah umpak menopang tiang kayu penyangga atap bangunan, pada bagian depan bangunan terdapat relung dari susunan batu bata, di atasnya diletakkan arca Siwa Mahadewa, Nandiswara, Mahakala, dan dua arca tokoh, sedangkan di dalam relung terdapat kepala kura-kura di lilit naga (bedawang nala). Garbhagraha merupakan ruangan suci untuk meletakkan arca pratima seperti Ratu Dalem, Ratu Pura Pauman, Ratu Kahyangan, Ratu Panji, dan Ratu Cakraningrat ketika upacara berlangsung. 

5. Gedong Pangerob

Gedong Pangerob terletak pada sisi timur tepatnya di sebelah utara Gedong Agung Petilan/Gedong Dalem/Gedong Mandaragiri di halaman jeroan (utama mandala) menghadap ke barat. Bagian kaki berhiaskan pepalihan khas bebadungan pada sisi utara dan selatan, beberapa bagiannya sudah rusak, terdapat tujuh anak tangga menuju selasar badan bangunan. Reling tangga disusun dengan batu bata, setiap ujungnya terdapat tempat arca berbentuk bebaturan. Badan bangunan terbuat dari susunan batu bata dengan hiasan tonjolan pelipit membentuk pepalihan khas bebadungan, ditengahnya terdapat altar untuk meletakkan arca pratima ketika upacara berlangsung, seperti pratima Pura Tojan, Pura Siman, Pura Daton, Pura Dalem Wirasana, Pura Sekar Ambara, Pura Kahyangan Bajangan, dan Pura Petapan Dalem Denpasar. Pada selasar depan terdapat dua buah umpak menopang tiang kayu penyangga atap bangunan.

6. Pelinggih Pangenter Pangider Bhuwana

Pelinggih Pangenter Pangider Bhuwana terletak di halaman jeroan (utama mandala) menghadap ke timur, tepat berada di sisi timur sebelah selatan gapura/paduraksa Kori Agung. Badan bangunan juga terbuat dari batu bata dengan hiasan tonjolan pelipit, memiliki ruang suci atau garbha graha, serta atap bangunan terbuat dari susunan batu bata bersusun lima semakin ke atas semakin mengecil dan puncaknya dilengkapi dengan kemuncak berbentuk murdha.

7. Pelinggih Pengrurah Agung

Pelinggih Pangrurah Agung terletak di halaman jeroan (utama mandala) menghadap ke timur, tepat berada di sisi timur sebelah utara gapura/paduraksa Kori Agung, secara struktur bentuknya sama dengan Pelinggih Pangenter Pangider Bhuwana, memiliki ruang suci atau garbha graha, serta atap bangunan terbuat dari susunan batu bata bersusun lima semakin ke atas semakin mengecil dan puncaknya dilengkapi dengan murdha.

8. Arca Balagana I

Arca berdiri dengan kedua kakinya ditekuk di atas lapik berhiaskan karang bentolu, tangan kanan ditekuk di samping perut, jari tangan tergenggam lengkap dengan kuku ibu jari yang panjang, sedangkan tangan kiri ditekuk menumpu ujung belalai. Arca dipahatkan berkepala gajah dengan mata melotot, belalai terjuntai hingga perut mengarah ke kiri. 

9. Arca Balagana II

berdiri dengan kedua kakinya ditekuk di atas lapik berhiaskan karang bentolu, tangan kiri ditekuk di samping perut, jari tangan tergenggam lengkap dengan kuku ibu jari yang panjang, sedangkan tangan kanan ditekuk menumpu ujung belalai. Arca dipahatkan berkepala gajah dengan mata melotot, belalai terjuntai hingga perut mengarah ke kiri. Kepala arca menggunakan jamang bersusun tiga dengan motif manik-manik dan karang simbar, rambut ikal dibiarkan terurai, sedangkan ikat kepala dengan motif manik-manik dan karang simbar.

10. Arca Dwarapala Nawasari I

Arca diletakkan berdiri dengan kaki kiri ditekuk lebih tinggi di atas lapik bermotif karang simbar, tangan kanan ditekuk di sebelah perut dengan posisi menggenggam dimana ibu jari terlipat keluar di antara jari telunjuk dan jari tengah, sedangkan tangan kiri ditekuk di belakang kepala membawa kuncup bunga/sari bunga. Atribut yang dibawa inilah membuat arca dwarapala ini bernama nawasari. 

11. Arca Dwarapala Nawasari II

Arca diletakkan berdiri dengan kaki kanan ditekuk lebih tinggi di atas lapik bermotif karang simbar, tangan kiri ditekuk di sebelah perut dengan posisi menggenggam dimana ibu jari terlipat keluar di antara jari telunjuk dan jari tengah, sedangkan tangan kanan ditekuk di belakang kepala membawa kuncup bunga/sari bunga. Atribut yang dibawa inilah membuat arca dwarapala ini bernama nawasari. 

12. Arca Tokoh I (Dewa Brahma)

Arca diletakkan di atas relung depan Gedong Agung Petilan/Gedong Dalem/Gedong Mandaragiri. Kondisi arca sudah dicat dengan warna merah kombinasi prada mas, dipahatkan dengan sikap berdiri kedua kaki ditekuk di atas lapik bermotif karang batu. Tangan kanan arca dipahat ditekuk ke depan dada memegang sampur, sedangkan tangan kiri ditekuk di sebelah perut memegang ujung kain. Kepala arca menggunakan mahkota cecandian lengkap dengan karang asti di belakangnya, petitis di atas dahi berbentuk polos. 

13. Arca Tokoh II (Dewa Wisnu)

Arca diletakkan di atas relung depan Gedong Agung Petilan/Gedong Dalem/Gedong Mandaragiri. Kondisi arca sudah dicat dengan warna hijau kombinasi prada mas, dipahatkan dengan sikap berdiri kedua kaki ditekuk di atas lapik bermotif karang batu. Tangan kiri arca dipahat ditekuk ke depan dada memegang sampur. Gaya dan motif hiasan arca tokoh II sama dengan arca tokoh I, yang membedakan hanya ekspresi wajahnya. Ekspresi wajah arca tokoh II tenang, sedangkan arca tokoh I matanya melotot.

14. Arca Tokoh III (Siwa Mahadewa)

Arca diletakkan di atas relung paling tengah depan Gedong Agung Petilan/Gedong Dalem/Gedong Mandara Giri. Kondisi arca sudah dicat dengan warna putih kombinasi prada mas, dipahatkan dengan sikap berdiri kedua kaki ditekuk di atas lapik kelopak padma. Arca dipahatkan betangan empat, kedua tangan depan disatukan di depan dada dengan sikap mudra, tangan kanan nyambir membawa bunga ditopang dengan tangan kiri, sedangkan kedua tangan belakang ditekuk ke atas membawa atribut laksana yang kondisinya sudah patah. Kepala arca menggunakan mahkota cecandian lengkap dengan karang manuk di belakangnya, petitis di atas dahi berbentuk polos. 

15. Arca Mahakala

Arca Mahakala diletakkan di atas relung depan Gedong Agung Petilan/Gedong Dalem/Gedong Mandara Giri, kondisi arca sudah dicat dengan warna hitam kombinasi prada mas, sikap arca setengah duduk dengan kaki bersilang di atas lapik bermotif karang batu, wajah dipahatkan menyeramkan, mata melotot, dan gigi taring mencuat keluar. Tangan kanan ditekuk ke depan dada menyilang membawa gada, sedangkan tangan kiri memegang sampur di samping perut. Arca Mahakala sebenarnya arca penjaga pintu (dwarapala) yang umumnya berpasangan dengan Arca Nandiswara, tetapi di Pura Agung Petilan tepatnya di Gedong Agung Petilan kedua arca ini diletakkan di bawah dan mengapit arca Siwa Mahadewa.

16. Arca Nandiswara

Arca Nandiswara diletakkan di atas relung depan Gedong Agung Petilan/Gedong Dalem/Gedong Mandara Giri, sebagai penjaga pintu (dwarapala) yang umumnya berpasangan dengan Arca Mahakala, tetapi di Pura Agung Petilan tepatnya di Gedong Agung Petilan kedua arca ini diletakkan di bawah dan mengapit arca Siwa Mahadewa.

Pura Dalem Kahyangan Kesiman

Pura Dalem Kahyangan sebagai tempat pemujaan Dewi Durga oleh masyarakat Desa Adat Kesiman dalam melaksanakan sistem religi dengan menggunakan konsep panca lingga, yaitu Pura Pahoman dan pura Dalem menjadi satu lingga tempat pemujaan Siwa Ludra/Siwa Adhi Guru dan Hyang Giri Putri/Uma Dewi, Pura Desa dan Pura Puseh menjadi 1 lingga tempat memuja Dewa Brahma dan Dewi Sri, Pura Dalem Kahyangan tempat memuja Dewi Durga, Pura Budha Cemeng tempat memuja Dewa Wisnu, dan Pura Kahyangan Sala khusus memuja Dewa Siwa Ludra dan Agni. Pura Dalem Kahyangan kesiman memiliki dua pintu masuk, yaitu sisi utara dibangun aling-aling dengan relief arca rangda dan sisi barat dibangun aling-aling dengan relief arca Garuda. Pura Dalem Kahyangan memiliki struktur tri mandala, yaitu terdiri dari jaba sisi (nista mandala), jaba tengah (madya mandala), dan jeroan (utama mandala). Masing-masing halaman dibatasi oleh tembok, dan candi bentar terbuat dari susunan batu bata. Pada bagian jaba sisi dan jaba tengah terdapat dua buah candi bentar, yaitu di sisi utara dan di sisi barat. 

1. Aling-aling Garuda

Aling-Aling garuda terletak di sisi barat jaba tengah (madya mandala) di pintu masuk sisi barat pura. Aling-aling ini berbentuk Burung Garuda dengan sayap mengembang. Kemungkinan aling-aling ini berkisah tentang cerita Garudeya dalam kisah Samudramanthana. Di bagian bawah kaki Garuda terdapat binatang-binatang seperti Gajah, Kura-Kura, Empas (Bedawangnala), Ular, Macan. Garuda digambarkan dengan Posisi jongkok dengan tangan kanan dan kiri memegang lutut. Pada bagian belakang aling-aling terdapat hiasan sulur-suluran, kepala raksasa yang digambarkan berwajah menyeramkan, mata melotot, bertaring, menggunakan mahkota, tangan berada di samping rahang dengan kuku yang panjang, di bawahnya terdapat relief-relief binatang, namun keadaan yang aus membuat sulit mengidentifikasikan jenis-jenis binatang yang di pahatkan.

2. Aling-aling Rangda (Prajapati)

Aling-aling Rangda atau disebut juga Pura Prajapati berada di sisi utara halaman menggunakan kain di atas lutut motif simbar dengan sampur polos terjuntai di kanan dan kiri sampai ke lapik, wiru tanpa motif terjuntai sampai lapik, ujung wiru terbagi dua dengan tiga lipatan, gelang kaki motif simbar.

3. Arca Balagana I 

Arca diletakkan pada Pelinggih Tajuk Ratu Agung berdiri di atas lapik persegi motif karang bentolu dengan kedua kaki sedikit ditekuk. Bertangan dua, masing – masing dengan sikap, yaitu tangan kanan sikap abhaya dengan jari ditekuk, tangan kanan kiri sikap abhaya tetapi jari sudah patah. Wajah bulat, mata melotot, belalai terjuntai hingga perut mengarah ke kanan/walampiri, mulut lebar, bibir tebal, dagu lancip, kuping besar, rambut ikal sampai pinggang, leher pendek, dada besar, perut buncit, tangan besar, kaki besar. Menggunakan hiasan kankana motif simbar, hara motif simbar, menggunakan udarabandha dengan gasper motif karang bentolu, menggunakan kain di atas lutut motif polos dengan sampur polos terjuntai di kanan dan kiri sampai ke lapik, wiru tanpa motif terjuntai sampai lapik, ujung wiru terbagi dua dengan tiga lipatan, gelang kaki motif simbar.

4. Arca balagana II

Arca diletakkan pada Pelinggih Tajuk Ratu Agung dengan kondisi mulai aus, dan dilapisi pamor, berdiri di atas lapik persegi motif karang bentolu dengan kedua kaki sedikit ditekuk. Bertangan dua, masing – masing dengan sikap, yaitu tangan kanan sikap seperti abhaya dengan jari ditekuk, tangan kanan kiri sikap seperti abhaya dengan jari ditekuk. Wajah bulat, mata melotot, belalai terjuntai hingga perut mengarah ke kiri/itampiri, mulut lebar, bibir tebal, dagu lancip, kuping besar, rambut ikal sampai pinggang, leher pendek, dada besar, perut buncit, tangan besar, kaki besar. Menggunakan kankana motif simbar, hara motif simbar, menggunakan udarabandha dengan gasper motif karang bentulu.

5. Arca Balagana III

Arca berdiri di atas lapik persegi motif karang bentolu dengan kedua kaki sedikit ditekuk. Bertangan dua, masing – masing dengan sikap, yaitu tangan kanan memegang belalai, tangan kanan kiri sikap seperti abhaya tetapi jari sudah patah. Wajah bulat, mata melotot, belalai terjuntai hingga perut mengarah ke kanan/walampiri, mulut lebar, bibir tebal, dagu lancip, kuping besar, rambut ikal sampai pinggang, leher pendek, dada besar, perut buncit, tangan besar, kaki besar. Menggunakan hiasan kankana motif simbar, hara motif simbar, menggunakan udarabandha, menggunakan kain di atas lutut motif garis dan bunga dengan sampur polos terjuntai di kanan dan kiri sampai ke lapik, wiru tanpa motif terjuntai sampai lapik, ujung wiru terbagi dua dengan tiga lipatan, gelang kaki motif simbar.

6. Arca Balagana IV

Arca berdiri di atas lapik persegi motif garis – garis dengan kedua kaki sedikit ditekuk. Bertangan dua, masing – masing dengan sikap, yaitu tangan kanan sikap seperti abhaya dengan jari ditekuk, tangan kanan kiri menempel di perut. Wajah bulat, mata melotot, belalai terjuntai hingga perut mengarah ke kiri/itampiri, mulut lebar, bibir tebal, dagu lancip, kuping besar, rambut ikal sampai pinggang, leher pendek, dada besar, perut buncit, tangan besar, kaki besar. Menggunakan kankana motif simbar, hara motif simbar, menggunakan udarabandha dengan gasper motif karang simbar, menggunakan kain di atas lutut motif simbar dengan sampur polos terjuntai di kanan dan kiri sampai ke lapik, wiru tanpa motif terjuntai sampai lapik, ujung wiru terbagi dua dengan tiga lipatan, gelang kaki motif simbar.

7. Bentala 

Bentala merupakan kemuncak sebuah bangunan, diletakkan di bawah sebelah selatan ruang utama mandala. Kondisi bentala baik tetapi sudah ditumbuhi lumut. Terdapat beberapa hiasan, seperti karang manuk, karang bentulu, karang simbar.

8.  Arca Mahakala

Arca diletakkan pada Bale Pengaruman dengan kondisi mulai aus, dan dilapisi pamor yang sudah pudar. Arca digambarkan dengan sikap kaki kanan ditekuk ke depan dan kaki kiri dilipat ke belakang di atas lapik persegi motif karang bentulu. Bertangan dua, masing – masing dengan sikap, yaitu tangan kanan membawa gada, tangan kanan kiri sikap abhaya dengan jempol dilipat ke dalam. 

9. Arca Nandishwara

Arca diletakkan di Bale Pengaruman dengan kondisi mulai aus, dan dilapisi pamor yang sudah pudar. Arca digambarkan dengan sikap kaki kanan dilipat ke belakang dan kaki kiri ditekuk ke depan di atas lapik persegi motif karang bentulu. Bertangan dua, masing – masing dengan sikap, yaitu tangan kanan membawa gada, tangan kanan kiri memegang wiru.

10. Arca Dwarapala I

Arca dipahatkan dengan sikap kaki kanan dilipat ke belakang dan kaki kiri ditekuk ke depan di atas lapik persegi motif karang bentulu. Bertangan dua, masing – masing dengan sikap, yaitu tangan kanan membawa gada, tangan kanan kiri memegang wiru. Menggunakan mahkota ketu terdapat hiasan karang manuk, jamang motif karang simbar, simping motif sulur daun, kundala aus, kankana motif karang bentulu, keyura motif karang simbar, gelang lengan motif sulur dan bunga, menggunakan udarabandha, menggunakan kain di atas lutut motif polos, sampur terjuntai di kanan dan kiri, wiru motif garis vertikal terjuntai sampai lapik, ujung wiru terbelah dua. Gelang kaki motif karang simbar.

11. Arca Pendeta

Arca dipahatkan bersikap bersila di atas lapik yang sudah aus. Bertangan dua, masing – masing, yaitu tangan kanan dengan sikap jari menggenggam dan tangan kiri membawa genta. Wajah persegi, mata aus, hidung sedang, bibir aus, dagu datar berjenggot, menggunakan mahkota ketu dengan hiasan karang manuk.

12. Arca Dwarapala II

Arca dipahatkan sangat menyeramkan menjaga pintu masuk pura, kaki kanan ditekuk ke depan dan kaki kiri dilipat ke belakang di atas lapik persegi motif karang bentolu dan karang manuk. Menggunakan hiasan petitis, kankana motif karang simbar, menggunakan udarabandha, menggunakan kain di atas lutut motif polos, wiru motif bunga terjuntai sampai lapik. Gelang kaki motif karang simbar.

13. Arca dwarapala III

Arca dipahatkan menyeramkan berpasangan dengan arca dwarapala II, bertangan dua, masing – masing, yaitu tangan kanan membawa pedang dan tangan kiri ditekuk di sebelah pinggang posisi menggenggam. Menggunakan hiasan petitis, kankana motif karang simbar, menggunakan udarabandha, menggunakan kain di atas lutut motif polos, wiru motif bunga terjuntai sampai lapik. Gelang kaki motif karang simbar.

1. Aling-aling Garuda

Aling-Aling garuda terletak di sisi barat jaba tengah (madya mandala) di pintu masuk sisi barat pura. Aling-aling ini berbentuk Burung Garuda dengan sayap mengembang. Kemungkinan aling-aling ini berkisah tentang cerita Garudeya dalam kisah Samudramanthana. Di bagian bawah kaki Garuda terdapat binatang-binatang seperti Gajah, Kura-Kura, Empas (Bedawangnala), Ular, Macan. Garuda digambarkan dengan Posisi jongkok dengan tangan kanan dan kiri memegang lutut. Pada bagian belakang aling-aling terdapat hiasan sulur-suluran, kepala raksasa yang digambarkan berwajah menyeramkan, mata melotot, bertaring, menggunakan mahkota, tangan berada di samping rahang dengan kuku yang panjang, di bawahnya terdapat relief-relief binatang, namun keadaan yang aus membuat sulit mengidentifikasikan jenis-jenis binatang yang di pahatkan.

2. Aling-aling Rangda (Prajapati)

Aling-aling Rangda atau disebut juga Pura Prajapati berada di sisi utara halaman menggunakan kain di atas lutut motif simbar dengan sampur polos terjuntai di kanan dan kiri sampai ke lapik, wiru tanpa motif terjuntai sampai lapik, ujung wiru terbagi dua dengan tiga lipatan, gelang kaki motif simbar.

3. Arca Balagana I 

Arca diletakkan pada Pelinggih Tajuk Ratu Agung berdiri di atas lapik persegi motif karang bentolu dengan kedua kaki sedikit ditekuk. Bertangan dua, masing – masing dengan sikap, yaitu tangan kanan sikap abhaya dengan jari ditekuk, tangan kanan kiri sikap abhaya tetapi jari sudah patah. Wajah bulat, mata melotot, belalai terjuntai hingga perut mengarah ke kanan/walampiri, mulut lebar, bibir tebal, dagu lancip, kuping besar, rambut ikal sampai pinggang, leher pendek, dada besar, perut buncit, tangan besar, kaki besar. Menggunakan hiasan kankana motif simbar, hara motif simbar, menggunakan udarabandha dengan gasper motif karang bentolu, menggunakan kain di atas lutut motif polos dengan sampur polos terjuntai di kanan dan kiri sampai ke lapik, wiru tanpa motif terjuntai sampai lapik, ujung wiru terbagi dua dengan tiga lipatan, gelang kaki motif simbar.

4. Arca balagana II

Arca diletakkan pada Pelinggih Tajuk Ratu Agung dengan kondisi mulai aus, dan dilapisi pamor, berdiri di atas lapik persegi motif karang bentolu dengan kedua kaki sedikit ditekuk. Bertangan dua, masing – masing dengan sikap, yaitu tangan kanan sikap seperti abhaya dengan jari ditekuk, tangan kanan kiri sikap seperti abhaya dengan jari ditekuk. Wajah bulat, mata melotot, belalai terjuntai hingga perut mengarah ke kiri/itampiri, mulut lebar, bibir tebal, dagu lancip, kuping besar, rambut ikal sampai pinggang, leher pendek, dada besar, perut buncit, tangan besar, kaki besar. Menggunakan kankana motif simbar, hara motif simbar, menggunakan udarabandha dengan gasper motif karang bentulu.

5. Arca Balagana III

Arca berdiri di atas lapik persegi motif karang bentolu dengan kedua kaki sedikit ditekuk. Bertangan dua, masing – masing dengan sikap, yaitu tangan kanan memegang belalai, tangan kanan kiri sikap seperti abhaya tetapi jari sudah patah. Wajah bulat, mata melotot, belalai terjuntai hingga perut mengarah ke kanan/walampiri, mulut lebar, bibir tebal, dagu lancip, kuping besar, rambut ikal sampai pinggang, leher pendek, dada besar, perut buncit, tangan besar, kaki besar. Menggunakan hiasan kankana motif simbar, hara motif simbar, menggunakan udarabandha, menggunakan kain di atas lutut motif garis dan bunga dengan sampur polos terjuntai di kanan dan kiri sampai ke lapik, wiru tanpa motif terjuntai sampai lapik, ujung wiru terbagi dua dengan tiga lipatan, gelang kaki motif simbar.

6. Arca Balagana IV

Arca berdiri di atas lapik persegi motif garis – garis dengan kedua kaki sedikit ditekuk. Bertangan dua, masing – masing dengan sikap, yaitu tangan kanan sikap seperti abhaya dengan jari ditekuk, tangan kanan kiri menempel di perut. Wajah bulat, mata melotot, belalai terjuntai hingga perut mengarah ke kiri/itampiri, mulut lebar, bibir tebal, dagu lancip, kuping besar, rambut ikal sampai pinggang, leher pendek, dada besar, perut buncit, tangan besar, kaki besar. Menggunakan kankana motif simbar, hara motif simbar, menggunakan udarabandha dengan gasper motif karang simbar, menggunakan kain di atas lutut motif simbar dengan sampur polos terjuntai di kanan dan kiri sampai ke lapik, wiru tanpa motif terjuntai sampai lapik, ujung wiru terbagi dua dengan tiga lipatan, gelang kaki motif simbar.

7. Bentala 

Bentala merupakan kemuncak sebuah bangunan, diletakkan di bawah sebelah selatan ruang utama mandala. Kondisi bentala baik tetapi sudah ditumbuhi lumut. Terdapat beberapa hiasan, seperti karang manuk, karang bentulu, karang simbar.

8.  Arca Mahakala

Arca diletakkan pada Bale Pengaruman dengan kondisi mulai aus, dan dilapisi pamor yang sudah pudar. Arca digambarkan dengan sikap kaki kanan ditekuk ke depan dan kaki kiri dilipat ke belakang di atas lapik persegi motif karang bentulu. Bertangan dua, masing – masing dengan sikap, yaitu tangan kanan membawa gada, tangan kanan kiri sikap abhaya dengan jempol dilipat ke dalam. 

9. Arca Nandishwara

Arca diletakkan di Bale Pengaruman dengan kondisi mulai aus, dan dilapisi pamor yang sudah pudar. Arca digambarkan dengan sikap kaki kanan dilipat ke belakang dan kaki kiri ditekuk ke depan di atas lapik persegi motif karang bentulu. Bertangan dua, masing – masing dengan sikap, yaitu tangan kanan membawa gada, tangan kanan kiri memegang wiru.

10. Arca Dwarapala I

Arca dipahatkan dengan sikap kaki kanan dilipat ke belakang dan kaki kiri ditekuk ke depan di atas lapik persegi motif karang bentulu. Bertangan dua, masing – masing dengan sikap, yaitu tangan kanan membawa gada, tangan kanan kiri memegang wiru. Menggunakan mahkota ketu terdapat hiasan karang manuk, jamang motif karang simbar, simping motif sulur daun, kundala aus, kankana motif karang bentulu, keyura motif karang simbar, gelang lengan motif sulur dan bunga, menggunakan udarabandha, menggunakan kain di atas lutut motif polos, sampur terjuntai di kanan dan kiri, wiru motif garis vertikal terjuntai sampai lapik, ujung wiru terbelah dua. Gelang kaki motif karang simbar.

11.Arca Pendeta

Arca dipahatkan bersikap bersila di atas lapik yang sudah aus. Bertangan dua, masing – masing, yaitu tangan kanan dengan sikap jari menggenggam dan tangan kiri membawa genta. Wajah persegi, mata aus, hidung sedang, bibir aus, dagu datar berjenggot, menggunakan mahkota ketu dengan hiasan karang manuk.

12. Arca Dwarapala II

Arca dipahatkan sangat menyeramkan menjaga pintu masuk pura, kaki kanan ditekuk ke depan dan kaki kiri dilipat ke belakang di atas lapik persegi motif karang bentolu dan karang manuk. Menggunakan hiasan petitis, kankana motif karang simbar, menggunakan udarabandha, menggunakan kain di atas lutut motif polos, wiru motif bunga terjuntai sampai lapik. Gelang kaki motif karang simbar.

13. Arca dwarapala III

Arca dipahatkan menyeramkan berpasangan dengan arca dwarapala II, bertangan dua, masing – masing, yaitu tangan kanan membawa pedang dan tangan kiri ditekuk di sebelah pinggang posisi menggenggam. Menggunakan hiasan petitis, kankana motif karang simbar, menggunakan udarabandha, menggunakan kain di atas lutut motif polos, wiru motif bunga terjuntai sampai lapik. Gelang kaki motif karang simbar.

1. Aling-aling Garuda

Aling-Aling garuda terletak di sisi barat jaba tengah (madya mandala) di pintu masuk sisi barat pura. Aling-aling ini berbentuk Burung Garuda dengan sayap mengembang. Kemungkinan aling-aling ini berkisah tentang cerita Garudeya dalam kisah Samudramanthana. Di bagian bawah kaki Garuda terdapat binatang-binatang seperti Gajah, Kura-Kura, Empas (Bedawangnala), Ular, Macan. Garuda digambarkan dengan Posisi jongkok dengan tangan kanan dan kiri memegang lutut. Pada bagian belakang aling-aling terdapat hiasan sulur-suluran, kepala raksasa yang digambarkan berwajah menyeramkan, mata melotot, bertaring, menggunakan mahkota, tangan berada di samping rahang dengan kuku yang panjang, di bawahnya terdapat relief-relief binatang, namun keadaan yang aus membuat sulit mengidentifikasikan jenis-jenis binatang yang di pahatkan.

2. Aling-aling Rangda (Prajapati)

Aling-aling Rangda atau disebut juga Pura Prajapati berada di sisi utara halaman menggunakan kain di atas lutut motif simbar dengan sampur polos terjuntai di kanan dan kiri sampai ke lapik, wiru tanpa motif terjuntai sampai lapik, ujung wiru terbagi dua dengan tiga lipatan, gelang kaki motif simbar.

3. Arca Balagana I 

Arca diletakkan pada Pelinggih Tajuk Ratu Agung berdiri di atas lapik persegi motif karang bentolu dengan kedua kaki sedikit ditekuk. Bertangan dua, masing – masing dengan sikap, yaitu tangan kanan sikap abhaya dengan jari ditekuk, tangan kanan kiri sikap abhaya tetapi jari sudah patah. Wajah bulat, mata melotot, belalai terjuntai hingga perut mengarah ke kanan/walampiri, mulut lebar, bibir tebal, dagu lancip, kuping besar, rambut ikal sampai pinggang, leher pendek, dada besar, perut buncit, tangan besar, kaki besar. Menggunakan hiasan kankana motif simbar, hara motif simbar, menggunakan udarabandha dengan gasper motif karang bentolu, menggunakan kain di atas lutut motif polos dengan sampur polos terjuntai di kanan dan kiri sampai ke lapik, wiru tanpa motif terjuntai sampai lapik, ujung wiru terbagi dua dengan tiga lipatan, gelang kaki motif simbar.

4. Arca balagana II

Arca diletakkan pada Pelinggih Tajuk Ratu Agung dengan kondisi mulai aus, dan dilapisi pamor, berdiri di atas lapik persegi motif karang bentolu dengan kedua kaki sedikit ditekuk. Bertangan dua, masing – masing dengan sikap, yaitu tangan kanan sikap seperti abhaya dengan jari ditekuk, tangan kanan kiri sikap seperti abhaya dengan jari ditekuk. Wajah bulat, mata melotot, belalai terjuntai hingga perut mengarah ke kiri/itampiri, mulut lebar, bibir tebal, dagu lancip, kuping besar, rambut ikal sampai pinggang, leher pendek, dada besar, perut buncit, tangan besar, kaki besar. Menggunakan kankana motif simbar, hara motif simbar, menggunakan udarabandha dengan gasper motif karang bentulu.

5. Arca Balagana III

Arca berdiri di atas lapik persegi motif karang bentolu dengan kedua kaki sedikit ditekuk. Bertangan dua, masing – masing dengan sikap, yaitu tangan kanan memegang belalai, tangan kanan kiri sikap seperti abhaya tetapi jari sudah patah. Wajah bulat, mata melotot, belalai terjuntai hingga perut mengarah ke kanan/walampiri, mulut lebar, bibir tebal, dagu lancip, kuping besar, rambut ikal sampai pinggang, leher pendek, dada besar, perut buncit, tangan besar, kaki besar. Menggunakan hiasan kankana motif simbar, hara motif simbar, menggunakan udarabandha, menggunakan kain di atas lutut motif garis dan bunga dengan sampur polos terjuntai di kanan dan kiri sampai ke lapik, wiru tanpa motif terjuntai sampai lapik, ujung wiru terbagi dua dengan tiga lipatan, gelang kaki motif simbar.

6. Arca Balagana IV

Arca berdiri di atas lapik persegi motif garis – garis dengan kedua kaki sedikit ditekuk. Bertangan dua, masing – masing dengan sikap, yaitu tangan kanan sikap seperti abhaya dengan jari ditekuk, tangan kanan kiri menempel di perut. Wajah bulat, mata melotot, belalai terjuntai hingga perut mengarah ke kiri/itampiri, mulut lebar, bibir tebal, dagu lancip, kuping besar, rambut ikal sampai pinggang, leher pendek, dada besar, perut buncit, tangan besar, kaki besar. Menggunakan kankana motif simbar, hara motif simbar, menggunakan udarabandha dengan gasper motif karang simbar, menggunakan kain di atas lutut motif simbar dengan sampur polos terjuntai di kanan dan kiri sampai ke lapik, wiru tanpa motif terjuntai sampai lapik, ujung wiru terbagi dua dengan tiga lipatan, gelang kaki motif simbar.

7. Bentala 

Bentala merupakan kemuncak sebuah bangunan, diletakkan di bawah sebelah selatan ruang utama mandala. Kondisi bentala baik tetapi sudah ditumbuhi lumut. Terdapat beberapa hiasan, seperti karang manuk, karang bentulu, karang simbar.

8.  Arca Mahakala

Arca diletakkan pada Bale Pengaruman dengan kondisi mulai aus, dan dilapisi pamor yang sudah pudar. Arca digambarkan dengan sikap kaki kanan ditekuk ke depan dan kaki kiri dilipat ke belakang di atas lapik persegi motif karang bentulu. Bertangan dua, masing – masing dengan sikap, yaitu tangan kanan membawa gada, tangan kanan kiri sikap abhaya dengan jempol dilipat ke dalam. 

9. Arca Nandishwara

Arca diletakkan di Bale Pengaruman dengan kondisi mulai aus, dan dilapisi pamor yang sudah pudar. Arca digambarkan dengan sikap kaki kanan dilipat ke belakang dan kaki kiri ditekuk ke depan di atas lapik persegi motif karang bentulu. Bertangan dua, masing – masing dengan sikap, yaitu tangan kanan membawa gada, tangan kanan kiri memegang wiru.

10. Arca Dwarapala I

Arca dipahatkan dengan sikap kaki kanan dilipat ke belakang dan kaki kiri ditekuk ke depan di atas lapik persegi motif karang bentulu. Bertangan dua, masing – masing dengan sikap, yaitu tangan kanan membawa gada, tangan kanan kiri memegang wiru. Menggunakan mahkota ketu terdapat hiasan karang manuk, jamang motif karang simbar, simping motif sulur daun, kundala aus, kankana motif karang bentulu, keyura motif karang simbar, gelang lengan motif sulur dan bunga, menggunakan udarabandha, menggunakan kain di atas lutut motif polos, sampur terjuntai di kanan dan kiri, wiru motif garis vertikal terjuntai sampai lapik, ujung wiru terbelah dua. Gelang kaki motif karang simbar.

11. Arca Pendeta

Arca dipahatkan bersikap bersila di atas lapik yang sudah aus. Bertangan dua, masing – masing, yaitu tangan kanan dengan sikap jari menggenggam dan tangan kiri membawa genta. Wajah persegi, mata aus, hidung sedang, bibir aus, dagu datar berjenggot, menggunakan mahkota ketu dengan hiasan karang manuk.

12. Arca Dwarapala II

Arca dipahatkan sangat menyeramkan menjaga pintu masuk pura, kaki kanan ditekuk ke depan dan kaki kiri dilipat ke belakang di atas lapik persegi motif karang bentolu dan karang manuk. Menggunakan hiasan petitis, kankana motif karang simbar, menggunakan udarabandha, menggunakan kain di atas lutut motif polos, wiru motif bunga terjuntai sampai lapik. Gelang kaki motif karang simbar.

13. Arca dwarapala III

Arca dipahatkan menyeramkan berpasangan dengan arca dwarapala II, bertangan dua, masing – masing, yaitu tangan kanan membawa pedang dan tangan kiri ditekuk di sebelah pinggang posisi menggenggam. Menggunakan hiasan petitis, kankana motif karang simbar, menggunakan udarabandha, menggunakan kain di atas lutut motif polos, wiru motif bunga terjuntai sampai lapik. Gelang kaki motif karang simbar.

Pura Dalem Mutering Jagat Kesiman

Pura Dalem Mutering Jagat terletak di tepi Sungai Ayung. Keberadaanya erat kaitannya dengan Pura Agung Petilan (Pura Ngerebong). Berdasarkan data yang termuat dalam “Eka Ilikita Desa Adat Kesiman”, Pura Dalem Muter dibangun oleh Arya Wang Bang Pinatih di Puri Kertalangu. Lokasinya berada di tempat Ida Dalem Batu Ireng mencapai moksa di tepi We Ayu. “we” berarti air dan “ayu” berarti kedamaian. Lokasi ini sekarang dikenal dengan Sungai Ayung. 

Diceritakan, bahwa setelah Ida Dalem Batu Ireng  mencapai moksa, para pengikutnya mendirikan sebuah tugu peringatan berupa batu besar yang dinamakan Batu Sima. Putranya yang bernama Arya Panji kemudian mendirikan kerajaan yang terletak di Buruan Tegal Asah Sanur sekitar Tahun Saka 1265. Batu peringatan yang terletak di Sungai Ayung kemudian dikenal bernama Batumenjong. 

Seiring berjalannya waktu, ketiga keturunan Ida Dalem Batu Ireng menuju Sungai Ayung yang diikuti oleh Bendesa Manik Mas. Mereka kemudian bertemu di Gaduh mengambil batu peringatan (Batu Sima), dan diletakkan di tepi Sungai Ayung. Ketiga keturunan Dalem Batu Ireng mengikuti yadnya moksa di Sungai Ayung. Bendesa Mas dan Gaduh kemudian membangun grema (desa pakraman) bernama Pendem, lengkap dengan Prahyangan Desa Puseh dan Manik Aji di Hutan Ambengan Abian Nangka (Eka Ilikita Desa Adat Kesiman, 1990: 3-4).

Di tepi Sungai Ayung tepat di tempat Ida Dalem Batu Ireng moksa, Arya Wang Bang Pinatih bertemu dengan masyarakat Bali, dan memperkenalkan diri sebagai utusan dari Sang Prabhu Majapahit untuk melanjutkan Simakrama yang dijalankan oleh masyarakat Bali di wilayah kekuasaan Dalem Batu Ireng. Wilayah tersebut bernama Ngerebongan. Setelah Arya Wang Bang  menerima warisan dari Ida Dalem Batu Ireng (Dalem Moksa) di tepi Sungai Ayung, kemudian Arya Wang Bang mengukuhkan tempat peninggalan Ida Dalem Batu Ireng dengan nama Kusima dan tempat inti Ida Dalem Batu Ireng moksa apengrebongan bernama Amuter Bhuana. Arya Wang Bang menegaskan arti Kusima, yaitu “ku” berarti kukuh atau kuat dan “sima” merupakan wilayah Prahyangan Dalem Muter. Prahyangan yang dibangun oleh Arya Wang Bang di tepi Sungai Ayung selesai pada hari Wraspati wuku Sungsang (Sugihan Jawa), sebagai penanda masyarakat Bali yang berasal dari Jawa melaksanakan upacara piodalan Sugihan Jawa. Kemudian kata Kusima lama kelamaan disebut dengan Kesiman hingga saat ini (Eka Ilikita Desa Adat Kesiman, 1990: 4). 

Pura Dalem Mutering Jagat Kesiman terletak pada koordinat  50 L 0307399; UTM 9043602; 38 Mdpl, tepat di timur Dam Sungai Ayung di lingkungan Kertapura, Desa Kesiman Kertalangu. Pura ini memiliki halaman yang begitu luas. Selain itu, pura ini juga menggunakan konsep Tri Mandala yang terdiri dari halaman luar (nista mandala/jaba sisi), halaman tengah (madya mandala/jaba tengah) dan halaman utama (utama mandala/jeroan). Halaman tengah dihubungkan dengan gapura Kori Agung untuk masuk ke halaman utama.

1. Tugu (Pelinggih Ratu Penglurah Pengider Bhuana)

Struktur bangunan pelinggih ini terbuat dari susunan batu bata yang disusun sederhana, serta berdenah persegi empat. Pelinggih terdiri dari 3 bagian yakni bagian kaki, badan, dan atap. Pada bagian kaki dibuat polos dengan bentuk persegi empat, sementara pada bagian badan terdapat ceruk persegi empat sebagai tempat bersthananya Tuhan, dan tempat untuk meletakkan sesaji (banten/canang). Pada bagian atap pelinggih dibuat bertumpang 3 dengan hiasan kemuncak seperti mahkota di bagian atasnya.

2. Tugu (Pelinggih Ratu Penglurah Agung)

Struktur bangunan pelinggih ini terbuat dari susunan batu bata yang disusun sederhana, serta berdenah persegi empat. Pelinggih terdiri dari 3 bagian yakni bagian kaki, badan dan atap. Pada bagian kaki dibuat polos dengan bentuk persegi empat, sementara pada bagian badan terdapat ceruk persegi empat sebagai tempat bersthananya Tuhan dan tempat untuk meletakkan sesaji (banten/canang). Pada bagian atap pelinggih dibuat semakin keatas semakin mengecil seperti piramida, serta terdapat hiasan kuncup bulat pada puncaknya.

3. Tugu (Pelinggih Ratu Penglurah Jong)

Struktur bangunan pelinggih ini terbuat dari susunan batu bata yang disusun sederhana, serta berdenah persegi empat. Pelinggih terdiri dari 3 bagian, yakni bagian kaki, badan, dan atap. Pada bagian kaki dibuat polos dengan bentuk persegi empat, dan terdapat tangga berjumlah 4 pada sisi depannya. Sementara pada bagian badan terdapat ceruk persegi empat sebagai tempat bersthananya Tuhan, dan tempat untuk meletakkan sesaji (banten/canang). Pada bagian atap pelinggih dibuat bertumpang 3 dengan hiasan kemuncak seperti kuncup bulat di bagian atasnya.

4. Gapura Kori Agung 

Gapura ini terbuat dari susunan batu bata yang disusun sederhana dengan 3 pintu masuk untuk menuju halaman utama (jeroan). Pada sisi depan gapura bagian bawah, tepatnya di tengah-tengah terdapat 7 buah anak tangga yang dibuat dengan susunan batu kali. Pada bagian tengah gapura dibuat dengan pola bangunan lebih besar dan tinggi, serta bagian atapnya terdiri dari 5 tingkatan berbentuk persegi empat semakin keatas semakin mengecil dengan hiasan simbar pada setiap sisinya. 

5. Belong 

Belong merupakan tempat air yang terbuat dari batu padas, atau disebut juga gentong berbentuk polos tanpa hiasan dengan bentuk bulat. Bagian kaki kendi dibuat agak mengecil pada bagian bawahnya, sementara bagian atas kendi terdapat tepian bibir untuk penyangga tutup kendi. Tutup kendi dibuat agak meruncing, serta di dalam kendi terdapat lubang yang cukup dalam dan lebar untuk tempat menaruh air.

6. Arca Perwujudan Bhatari

Arca perwujudan bhatari dengan sikap duduk bersimpuh diatas lapik yang berhiaskan sulur-suluran. Posisi tangan kanan ditekuk di sebelah pinggang, sementara tangan kiri lurus diletakkan diatas paha kiri. Pada bagian telinga memakai perhiasan, bagian leher menggunakan kalung, bagian dada di tengah-tengah terdapat hiasan menjuntai, serta pada bagian pinggang terlihat menggunakan kain hingga ke lutut. Bibir dalam keadaan tersenyum, sementara rambut berbentuk ikal dan terurai di belakang.

7. Arca Perwujudan Bhatara

Arca perwujudan bhatara duduk diatas lapik berhiaskan sulur-suluran dengan posisi kaki kiri dilipat ke belakang seperti bersimpuh dan kaki kanan ditekuk ke depan. Posisi tangan kiri agak ditekuk ke belakang seperti memegang ikat pinggang dan tangan kanan dilipat kedepan seperti memegang benda menghadap keatas. Telinga menggunakan anting, lengan kiri dan kanan menggunakan gelang, pada bagian dada, dan pinggang menggunakan hiasan, serta pada bagian paha kanan dan kiri terlihat menggunakan kain yang menjuntai hingga kaki. Posisi mulut dalam keadaan tersenyum.

8. Arca Perwujudan Wanita

Arca perwujudan seorang wanita dengan posisi kaki bersimpuh ditutupi kain yang terjuntai pada bagian depannya. Posisi tangan dalam sikap asana menempel di depan dada di tengah-tengah. Kepala memakai hiasan, telinga memakai anting, kedua tangan memakai gelang, jari manis memakai cincin, leher memakai hiasan, dada memakai hiasan, mulut tertutup, serta pandangan mata menghadap kebawah.

9. Arca Perwujudan Laki-laki

Arca perwujudan seorang laki-laki dengan posisi kaki bersila ditutupi kain yang terjuntai pada bagian depannya. Posisi tangan dalam sikap asana menempel di depan dada di tengah-tengah. Kepala memakai hiasan, telinga memakai anting, kedua tangan memakai gelang, jari manis memakai cincin, leher memakai hiasan, dada memakai hiasan,  mulut tertutup, serta mata menghadap ke bawah.

10.Arca Dwarapala I

Arca penjaga dalam posisi jongkok diatas lapik berhiaskan sulur-suluran dengan posisi kaki kanan dilipat kedalam dan kaki kiri ditekuk di depan. Posisi kedua tangan ditekuk di sebelah pinggang dengan jari-jari mengepal. Wajah arca terlihat menyeramkan dengan mata melotot dan mulut terbuka, serta terdapat taring. Lengan memakai hiasan gelang, kepala memakai hiasan, serta rambut diikat agak tinggi. Terlihat memakai kancut pada bagian tengah kaki

11. Arca Dwarapala II

Arca penjaga dalam posisi jongkok diatas lapik berhiaskan sulur-suluran dengan posisi kaki kiri dilipat kedalam dan kaki kanan ditekuk di depan. Posisi kedua tangan ditekuk di sebelah pinggang dengan jari-jari mengepal. Wajah arca terlihat menyeramkan dengan mata melotot dan mulut terbuka, serta terdapat taring. Lengan memakai hiasan gelang, kepala memakai hiasan, memakai hiasan di dada, memakai ikat pinggang, serta rambut diikat agak tinggi. Terlihat memakai kancut pada bagian tengah kaki.

12. Fragmen Arca

Fragmen arca karena bagian kepala telah patah dan hilang. Terlihat arca dalam posisi berdiri diatas lapik. Sementara permukaan arca telah aus dan tidak dapat diidentifikasi secara ikonografi.

13. Batu Alam

Batu alam berbentuk persegi empat agak lonjong pada salah satu sudut, bentuknya tidak beraturan, ditemukan 6 buah batu alam di Pura Dalem Mutering Jagat Kesiman. 

14. Arca Dwarapala III

Arca dwarapala merupakan arca penjaga pintu berdiri diatas lapik berhias dengan sikap kaki agak ditekuk. Posisi tangan kanan dibentangkan di depan dada memegang senjata, sementara tangan kiri memegang sesuatu di pinggang. Tangan memakai gelang, memakai hiasan telinga, hiasan bahu. Terlihat memakai kain menjuntai ke samping kanan dan kiri, serta kancut pada bagian depan yang menjuntai ke bawah. Wajah terlihat seram dengan mata melotot, mulut terbuka memperlihatkan taring, rambut tergerai panjang di belakang.

15. Arca Dwarapala IV

Arca dwarapala berdiri diatas lapik berhiaskan sulur-suluran dan terdapat hiasan kedok muka. Posisi kaki keduanya agak ditekuk. Posisi tangan kanan ditekuk di sebelah dada memegang senjata, sementara tangan tangan kiri menempel di perut. Wajah terlihat seram dengan mata melotot, mulut terbuka memperlihatkan taring, rambut tergerai di belakang. Kedua tangan memakai gelang, leher memakai hiasan, memakai kain diatas lutut, serta terdapat kancut di bagian depan yang terjuntai kebawah.

16. Arca Dwarapala V 

Arca dwarapala duduk diatas lapik dengan posisi kaki kanan ditekuk di depan, sementara kaki kiri dilipat ke belakang. Posisi tangan kiri ditekuk menghadap ke depan di sebelah dada, serta tangan kanan diletakkan diatas paha kanan dengan posisi terlipat memegang sesuatu. Wajah terlihat seram dengan mata melotot, mulut terbuka memperlihatkan taring tajam, dan rambut ikal terurai di belakang. Memakai gelang pada kedua tangan, memakai hiasan telinga, memakai hiasan perut, serta terdapat kain pada bagian depan.

17. Arca Dwarapala VI

Arca dwarapala duduk diatas lapik dengan posisi kaki kanan ditekuk di depan, sementara kaki kiri dilipat ke belakang. Posisi tangan kanan dibentangkan ke bahu kiri memegang sesuatu, serta tangan kiri ditekuk di sebelah pinggang diletakkan diatas paha kiri dengan menjulurkan dua jari kedepan. Wajah terlihat seram dengan mata melotot, mulut terbuka memperlihatkan taring yang tajam, rambut ikal terurai di belakang. Kedua lengan dan pergelangan tangan memakai gelang, serta terlihat kain terjuntai kebawah pada sisi depan dengan motif hias bunga dan garis.

1. Tugu (Pelinggih Ratu Penglurah Pengider Bhuana)

Struktur bangunan pelinggih ini terbuat dari susunan batu bata yang disusun sederhana, serta berdenah persegi empat. Pelinggih terdiri dari 3 bagian yakni bagian kaki, badan, dan atap. Pada bagian kaki dibuat polos dengan bentuk persegi empat, sementara pada bagian badan terdapat ceruk persegi empat sebagai tempat bersthananya Tuhan, dan tempat untuk meletakkan sesaji (banten/canang). Pada bagian atap pelinggih dibuat bertumpang 3 dengan hiasan kemuncak seperti mahkota di bagian atasnya.

2. Tugu (Pelinggih Ratu Penglurah Agung)

Struktur bangunan pelinggih ini terbuat dari susunan batu bata yang disusun sederhana, serta berdenah persegi empat. Pelinggih terdiri dari 3 bagian yakni bagian kaki, badan dan atap. Pada bagian kaki dibuat polos dengan bentuk persegi empat, sementara pada bagian badan terdapat ceruk persegi empat sebagai tempat bersthananya Tuhan dan tempat untuk meletakkan sesaji (banten/canang). Pada bagian atap pelinggih dibuat semakin keatas semakin mengecil seperti piramida, serta terdapat hiasan kuncup bulat pada puncaknya.

3. Tugu (Pelinggih Ratu Penglurah Jong)

Struktur bangunan pelinggih ini terbuat dari susunan batu bata yang disusun sederhana, serta berdenah persegi empat. Pelinggih terdiri dari 3 bagian, yakni bagian kaki, badan, dan atap. Pada bagian kaki dibuat polos dengan bentuk persegi empat, dan terdapat tangga berjumlah 4 pada sisi depannya. Sementara pada bagian badan terdapat ceruk persegi empat sebagai tempat bersthananya Tuhan, dan tempat untuk meletakkan sesaji (banten/canang). Pada bagian atap pelinggih dibuat bertumpang 3 dengan hiasan kemuncak seperti kuncup bulat di bagian atasnya.

4. Gapura Kori Agung 

Gapura ini terbuat dari susunan batu bata yang disusun sederhana dengan 3 pintu masuk untuk menuju halaman utama (jeroan). Pada sisi depan gapura bagian bawah, tepatnya di tengah-tengah terdapat 7 buah anak tangga yang dibuat dengan susunan batu kali. Pada bagian tengah gapura dibuat dengan pola bangunan lebih besar dan tinggi, serta bagian atapnya terdiri dari 5 tingkatan berbentuk persegi empat semakin keatas semakin mengecil dengan hiasan simbar pada setiap sisinya. 

5. Belong 

Belong merupakan tempat air yang terbuat dari batu padas, atau disebut juga gentong berbentuk polos tanpa hiasan dengan bentuk bulat. Bagian kaki kendi dibuat agak mengecil pada bagian bawahnya, sementara bagian atas kendi terdapat tepian bibir untuk penyangga tutup kendi. Tutup kendi dibuat agak meruncing, serta di dalam kendi terdapat lubang yang cukup dalam dan lebar untuk tempat menaruh air.

6. Arca Perwujudan Bhatari

Arca perwujudan bhatari dengan sikap duduk bersimpuh diatas lapik yang berhiaskan sulur-suluran. Posisi tangan kanan ditekuk di sebelah pinggang, sementara tangan kiri lurus diletakkan diatas paha kiri. Pada bagian telinga memakai perhiasan, bagian leher menggunakan kalung, bagian dada di tengah-tengah terdapat hiasan menjuntai, serta pada bagian pinggang terlihat menggunakan kain hingga ke lutut. Bibir dalam keadaan tersenyum, sementara rambut berbentuk ikal dan terurai di belakang.

7. Arca Perwujudan Bhatara

Arca perwujudan bhatara duduk diatas lapik berhiaskan sulur-suluran dengan posisi kaki kiri dilipat ke belakang seperti bersimpuh dan kaki kanan ditekuk ke depan. Posisi tangan kiri agak ditekuk ke belakang seperti memegang ikat pinggang dan tangan kanan dilipat kedepan seperti memegang benda menghadap keatas. Telinga menggunakan anting, lengan kiri dan kanan menggunakan gelang, pada bagian dada, dan pinggang menggunakan hiasan, serta pada bagian paha kanan dan kiri terlihat menggunakan kain yang menjuntai hingga kaki. Posisi mulut dalam keadaan tersenyum.

8. Arca Perwujudan Wanita

Arca perwujudan seorang wanita dengan posisi kaki bersimpuh ditutupi kain yang terjuntai pada bagian depannya. Posisi tangan dalam sikap asana menempel di depan dada di tengah-tengah. Kepala memakai hiasan, telinga memakai anting, kedua tangan memakai gelang, jari manis memakai cincin, leher memakai hiasan, dada memakai hiasan, mulut tertutup, serta pandangan mata menghadap kebawah.

9. Arca Perwujudan Laki-laki

Arca perwujudan seorang laki-laki dengan posisi kaki bersila ditutupi kain yang terjuntai pada bagian depannya. Posisi tangan dalam sikap asana menempel di depan dada di tengah-tengah. Kepala memakai hiasan, telinga memakai anting, kedua tangan memakai gelang, jari manis memakai cincin, leher memakai hiasan, dada memakai hiasan,  mulut tertutup, serta mata menghadap ke bawah.

10.Arca Dwarapala I

Arca penjaga dalam posisi jongkok diatas lapik berhiaskan sulur-suluran dengan posisi kaki kanan dilipat kedalam dan kaki kiri ditekuk di depan. Posisi kedua tangan ditekuk di sebelah pinggang dengan jari-jari mengepal. Wajah arca terlihat menyeramkan dengan mata melotot dan mulut terbuka, serta terdapat taring. Lengan memakai hiasan gelang, kepala memakai hiasan, serta rambut diikat agak tinggi. Terlihat memakai kancut pada bagian tengah kaki.

11. Arca Dwarapala II

Arca penjaga dalam posisi jongkok diatas lapik berhiaskan sulur-suluran dengan posisi kaki kiri dilipat kedalam dan kaki kanan ditekuk di depan. Posisi kedua tangan ditekuk di sebelah pinggang dengan jari-jari mengepal. Wajah arca terlihat menyeramkan dengan mata melotot dan mulut terbuka, serta terdapat taring. Lengan memakai hiasan gelang, kepala memakai hiasan, memakai hiasan di dada, memakai ikat pinggang, serta rambut diikat agak tinggi. Terlihat memakai kancut pada bagian tengah kaki.

12. Fragmen Arca

Fragmen arca karena bagian kepala telah patah dan hilang. Terlihat arca dalam posisi berdiri diatas lapik. Sementara permukaan arca telah aus dan tidak dapat diidentifikasi secara ikonografi.

13. Batu Alam

Batu alam berbentuk persegi empat agak lonjong pada salah satu sudut, bentuknya tidak beraturan, ditemukan 6 buah batu alam di Pura Dalem Mutering Jagat Kesiman. 

14. Arca Dwarapala III

Arca dwarapala merupakan arca penjaga pintu berdiri diatas lapik berhias dengan sikap kaki agak ditekuk. Posisi tangan kanan dibentangkan di depan dada memegang senjata, sementara tangan kiri memegang sesuatu di pinggang. Tangan memakai gelang, memakai hiasan telinga, hiasan bahu. Terlihat memakai kain menjuntai ke samping kanan dan kiri, serta kancut pada bagian depan yang menjuntai ke bawah. Wajah terlihat seram dengan mata melotot, mulut terbuka memperlihatkan taring, rambut tergerai panjang di belakang.

15. Arca Dwarapala IV

Arca dwarapala berdiri diatas lapik berhiaskan sulur-suluran dan terdapat hiasan kedok muka. Posisi kaki keduanya agak ditekuk. Posisi tangan kanan ditekuk di sebelah dada memegang senjata, sementara tangan tangan kiri menempel di perut. Wajah terlihat seram dengan mata melotot, mulut terbuka memperlihatkan taring, rambut tergerai di belakang. Kedua tangan memakai gelang, leher memakai hiasan, memakai kain diatas lutut, serta terdapat kancut di bagian depan yang terjuntai kebawah.

16. Arca Dwarapala V 

Arca dwarapala duduk diatas lapik dengan posisi kaki kanan ditekuk di depan, sementara kaki kiri dilipat ke belakang. Posisi tangan kiri ditekuk menghadap ke depan di sebelah dada, serta tangan kanan diletakkan diatas paha kanan dengan posisi terlipat memegang sesuatu. Wajah terlihat seram dengan mata melotot, mulut terbuka memperlihatkan taring tajam, dan rambut ikal terurai di belakang. Memakai gelang pada kedua tangan, memakai hiasan telinga, memakai hiasan perut, serta terdapat kain pada bagian depan.

17. Arca Dwarapala VI

Arca dwarapala duduk diatas lapik dengan posisi kaki kanan ditekuk di depan, sementara kaki kiri dilipat ke belakang. Posisi tangan kanan dibentangkan ke bahu kiri memegang sesuatu, serta tangan kiri ditekuk di sebelah pinggang diletakkan diatas paha kiri dengan menjulurkan dua jari kedepan. Wajah terlihat seram dengan mata melotot, mulut terbuka memperlihatkan taring yang tajam, rambut ikal terurai di belakang. Kedua lengan dan pergelangan tangan memakai gelang, serta terlihat kain terjuntai kebawah pada sisi depan dengan motif hias bunga dan garis.

1. Tugu (Pelinggih Ratu Penglurah Pengider Bhuana)

Struktur bangunan pelinggih ini terbuat dari susunan batu bata yang disusun sederhana, serta berdenah persegi empat. Pelinggih terdiri dari 3 bagian yakni bagian kaki, badan, dan atap. Pada bagian kaki dibuat polos dengan bentuk persegi empat, sementara pada bagian badan terdapat ceruk persegi empat sebagai tempat bersthananya Tuhan, dan tempat untuk meletakkan sesaji (banten/canang). Pada bagian atap pelinggih dibuat bertumpang 3 dengan hiasan kemuncak seperti mahkota di bagian atasnya.

2. Tugu (Pelinggih Ratu Penglurah Agung)

Struktur bangunan pelinggih ini terbuat dari susunan batu bata yang disusun sederhana, serta berdenah persegi empat. Pelinggih terdiri dari 3 bagian yakni bagian kaki, badan dan atap. Pada bagian kaki dibuat polos dengan bentuk persegi empat, sementara pada bagian badan terdapat ceruk persegi empat sebagai tempat bersthananya Tuhan dan tempat untuk meletakkan sesaji (banten/canang). Pada bagian atap pelinggih dibuat semakin keatas semakin mengecil seperti piramida, serta terdapat hiasan kuncup bulat pada puncaknya.

3. Tugu (Pelinggih Ratu Penglurah Jong)

Struktur bangunan pelinggih ini terbuat dari susunan batu bata yang disusun sederhana, serta berdenah persegi empat. Pelinggih terdiri dari 3 bagian, yakni bagian kaki, badan, dan atap. Pada bagian kaki dibuat polos dengan bentuk persegi empat, dan terdapat tangga berjumlah 4 pada sisi depannya. Sementara pada bagian badan terdapat ceruk persegi empat sebagai tempat bersthananya Tuhan, dan tempat untuk meletakkan sesaji (banten/canang). Pada bagian atap pelinggih dibuat bertumpang 3 dengan hiasan kemuncak seperti kuncup bulat di bagian atasnya.

4. Gapura Kori Agung 

Gapura ini terbuat dari susunan batu bata yang disusun sederhana dengan 3 pintu masuk untuk menuju halaman utama (jeroan). Pada sisi depan gapura bagian bawah, tepatnya di tengah-tengah terdapat 7 buah anak tangga yang dibuat dengan susunan batu kali. Pada bagian tengah gapura dibuat dengan pola bangunan lebih besar dan tinggi, serta bagian atapnya terdiri dari 5 tingkatan berbentuk persegi empat semakin keatas semakin mengecil dengan hiasan simbar pada setiap sisinya. 

5. Belong 

Belong merupakan tempat air yang terbuat dari batu padas, atau disebut juga gentong berbentuk polos tanpa hiasan dengan bentuk bulat. Bagian kaki kendi dibuat agak mengecil pada bagian bawahnya, sementara bagian atas kendi terdapat tepian bibir untuk penyangga tutup kendi. Tutup kendi dibuat agak meruncing, serta di dalam kendi terdapat lubang yang cukup dalam dan lebar untuk tempat menaruh air.

6. Arca Perwujudan Bhatari

Arca perwujudan bhatari dengan sikap duduk bersimpuh diatas lapik yang berhiaskan sulur-suluran. Posisi tangan kanan ditekuk di sebelah pinggang, sementara tangan kiri lurus diletakkan diatas paha kiri. Pada bagian telinga memakai perhiasan, bagian leher menggunakan kalung, bagian dada di tengah-tengah terdapat hiasan menjuntai, serta pada bagian pinggang terlihat menggunakan kain hingga ke lutut. Bibir dalam keadaan tersenyum, sementara rambut berbentuk ikal dan terurai di belakang.

7. Arca Perwujudan Bhatara

Arca perwujudan bhatara duduk diatas lapik berhiaskan sulur-suluran dengan posisi kaki kiri dilipat ke belakang seperti bersimpuh dan kaki kanan ditekuk ke depan. Posisi tangan kiri agak ditekuk ke belakang seperti memegang ikat pinggang dan tangan kanan dilipat kedepan seperti memegang benda menghadap keatas. Telinga menggunakan anting, lengan kiri dan kanan menggunakan gelang, pada bagian dada, dan pinggang menggunakan hiasan, serta pada bagian paha kanan dan kiri terlihat menggunakan kain yang menjuntai hingga kaki. Posisi mulut dalam keadaan tersenyum.

8. Arca Perwujudan Wanita

Arca perwujudan seorang wanita dengan posisi kaki bersimpuh ditutupi kain yang terjuntai pada bagian depannya. Posisi tangan dalam sikap asana menempel di depan dada di tengah-tengah. Kepala memakai hiasan, telinga memakai anting, kedua tangan memakai gelang, jari manis memakai cincin, leher memakai hiasan, dada memakai hiasan, mulut tertutup, serta pandangan mata menghadap kebawah.

9. Arca Perwujudan Laki-laki

Arca perwujudan seorang laki-laki dengan posisi kaki bersila ditutupi kain yang terjuntai pada bagian depannya. Posisi tangan dalam sikap asana menempel di depan dada di tengah-tengah. Kepala memakai hiasan, telinga memakai anting, kedua tangan memakai gelang, jari manis memakai cincin, leher memakai hiasan, dada memakai hiasan,  mulut tertutup, serta mata menghadap ke bawah.

10.Arca Dwarapala I

Arca penjaga dalam posisi jongkok diatas lapik berhiaskan sulur-suluran dengan posisi kaki kanan dilipat kedalam dan kaki kiri ditekuk di depan. Posisi kedua tangan ditekuk di sebelah pinggang dengan jari-jari mengepal. Wajah arca terlihat menyeramkan dengan mata melotot dan mulut terbuka, serta terdapat taring. Lengan memakai hiasan gelang, kepala memakai hiasan, serta rambut diikat agak tinggi. Terlihat memakai kancut pada bagian tengah kaki.

11. Arca Dwarapala II

Arca penjaga dalam posisi jongkok diatas lapik berhiaskan sulur-suluran dengan posisi kaki kiri dilipat kedalam dan kaki kanan ditekuk di depan. Posisi kedua tangan ditekuk di sebelah pinggang dengan jari-jari mengepal. Wajah arca terlihat menyeramkan dengan mata melotot dan mulut terbuka, serta terdapat taring. Lengan memakai hiasan gelang, kepala memakai hiasan, memakai hiasan di dada, memakai ikat pinggang, serta rambut diikat agak tinggi. Terlihat memakai kancut pada bagian tengah kaki.

12. Fragmen Arca

Fragmen arca karena bagian kepala telah patah dan hilang. Terlihat arca dalam posisi berdiri diatas lapik. Sementara permukaan arca telah aus dan tidak dapat diidentifikasi secara ikonografi.

13. Batu Alam

Batu alam berbentuk persegi empat agak lonjong pada salah satu sudut, bentuknya tidak beraturan, ditemukan 6 buah batu alam di Pura Dalem Mutering Jagat Kesiman. 

14. Arca Dwarapala III

Arca dwarapala merupakan arca penjaga pintu berdiri diatas lapik berhias dengan sikap kaki agak ditekuk. Posisi tangan kanan dibentangkan di depan dada memegang senjata, sementara tangan kiri memegang sesuatu di pinggang. Tangan memakai gelang, memakai hiasan telinga, hiasan bahu. Terlihat memakai kain menjuntai ke samping kanan dan kiri, serta kancut pada bagian depan yang menjuntai ke bawah. Wajah terlihat seram dengan mata melotot, mulut terbuka memperlihatkan taring, rambut tergerai panjang di belakang.

15. Arca Dwarapala IV

Arca dwarapala berdiri diatas lapik berhiaskan sulur-suluran dan terdapat hiasan kedok muka. Posisi kaki keduanya agak ditekuk. Posisi tangan kanan ditekuk di sebelah dada memegang senjata, sementara tangan tangan kiri menempel di perut. Wajah terlihat seram dengan mata melotot, mulut terbuka memperlihatkan taring, rambut tergerai di belakang. Kedua tangan memakai gelang, leher memakai hiasan, memakai kain diatas lutut, serta terdapat kancut di bagian depan yang terjuntai kebawah.

16. Arca Dwarapala V 

Arca dwarapala duduk diatas lapik dengan posisi kaki kanan ditekuk di depan, sementara kaki kiri dilipat ke belakang. Posisi tangan kiri ditekuk menghadap ke depan di sebelah dada, serta tangan kanan diletakkan diatas paha kanan dengan posisi terlipat memegang sesuatu. Wajah terlihat seram dengan mata melotot, mulut terbuka memperlihatkan taring tajam, dan rambut ikal terurai di belakang. Memakai gelang pada kedua tangan, memakai hiasan telinga, memakai hiasan perut, serta terdapat kain pada bagian depan.

17. Arca Dwarapala VI

Arca dwarapala duduk diatas lapik dengan posisi kaki kanan ditekuk di depan, sementara kaki kiri dilipat ke belakang. Posisi tangan kanan dibentangkan ke bahu kiri memegang sesuatu, serta tangan kiri ditekuk di sebelah pinggang diletakkan diatas paha kiri dengan menjulurkan dua jari kedepan. Wajah terlihat seram dengan mata melotot, mulut terbuka memperlihatkan taring yang tajam, rambut ikal terurai di belakang. Kedua lengan dan pergelangan tangan memakai gelang, serta terlihat kain terjuntai kebawah pada sisi depan dengan motif hias bunga dan garis.