Menjelajah Waktu di Kebon Vintage Cars: Surga Bagi Penggemar Mobil Klasik di Denpasar

Destinasi ini ditujuan buat penggemar mobil klasik. Jangan mengira di Kota Denpasar tidak ada objek wisata yang memamerkan mobil-mobil klasik. Di Kebon Vintage Cars, dahaga Anda akan mobil klasik dari berbagai negara bisa dijamin akan terpuaskan. Ada lebih dari 100 unit mobil klasik keluaran tahun lama dipajang disini.

Beberapa mobil klasik yang bisa ditemukan disini seperti model Volvo 960 Limousine tahun 1991, Cadillac Fleetwood 75 Limousine tahun 1953, Austin A90 Atlantic tahun 1949-1952, sampai Dodge Brothers Spesial Series 116 Four Door tahun 1924 juga ada. Sejumlah mobil klasik itu terpajang rapi dan mudah untuk disentuh oleh pengunjung.

Bahkan, ada salah satu mobil jenis Plymouth Hudson Hornet keluaran tahun 1948 yang di BKPBnya tertera nama Fatmawati. Beliau adalah istri dari Presiden RI Soekarno. Beberapa mobil yang dipajang disini masih dapat digunakan untuk kegiataan.

Kebon Vintage ini dimiliki oleh Jos Dharmawan. Lokasinya berada di Jalan Tegal Harum No.13, Biaung, Kecamatan Denpasar Timur. Lokasinya mudah dijangkau jika Anda hendak menuju Gianyar. Meskipun dimiliki perorangan, tetapi destinasi ini dibuka untuk umum. Destinasi ini tergolong objek wisata baru karena baru dibuka pada saat pandemi Covid-19.

Awalnya oleh pemiliknya, tempat ini hanya garasi untuk mobil-mobil koleksi pribadinya. Adanya pandemi kemudian diputuskan untuk dibuka bagi masyarakat umum. Hingga saat ini cukup banyak pengunjung yang datang melihat-lihat koleksi mobil-mobil antik di Kebon Vintage Cars. Anda tidak perlu khawatir tiba disini, karena pengelola juga membuka layanan bagi pengunjung yang membutuhkan makanan dan minuman.

Pesona Spiritual Pura Luhur Candi Narmada Tanah Kilap: Perpaduan Sejarah dan Kemakmuran di Muara Tukad Badung

Pura Luhur Candi Narmada Tanah Kilap tidak hanya difungsikan untuk beribadah bagi umat Hindu semata. Pura ini juga menjadi salah satu destinasi wisata religi yang menarik di kota Denpasar. Bagi Anda yang ingin mendapatkan ketenangan berbalut aura spiritual, maka tidak ada salahnya mengunjungi pura yang dikelilingi oleh muara ini.

Pura Luhur Candi Narmada Tanah Kilap berlokasi di perbatasan Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Tepatnya, di Muara Tukad Badung di Jalan Bypass I Gusti Ngurah Rai Denpasar. Diyakini yang berstana Ida Ratu Bhatari Nihang Sakti, sebagai Dewi Kemakmuran. Sebagaimana difungsikan sebagai pura untuk mendapatkan kemakmuran, pura ini tidak pernah sepi dikunjungi pemedek. Keberadaan pura ini juga menjadi tujuan bagi para pedagang dan nelayan untuk memohon kemakmuran.

Dari penuturan Pemangku Pura Luhur Candi Narmada, IB Made Sudana, sebelum berdiri megah seperti saat ini, pura Luhur Tanah Kilap ini sudah ada, namun masih berupa pura sederhana. “Sejarah pura ini tertulis dalam lontar yang ditemukan di Griya Gede Gunung Beau Muncan- Karangasem,” jelasnya.

Adapun sejarah dari pura ini, seperti yang diceritakan Sudana, pada zaman pemerintahan kerajaan Bandana Raja, di pesisir bagian selatan pulau Bali hiduplah seorang Bendega (nelayan) bernama Pan Santeng, yang sehari-harinya hidup dari aktivitasnya sebagai nelayan di muara sungai yang menghadap ke laut Selatan Bali. Pada suatu hari, ketika sedang melaut, ternyata Pan Santeng sama sekali tidak mendapat hasil, dan kejadian tersebut berlangsung selama tiga hari berturut-turut.

Akhirnya pada hari ketiga, akhirnya Pan Santeng mengucapkan janji masesangi (kaul), jika mendapatkan ikan, maka dia akan menghaturkan pekelem dan doanya pun terkabul.

“Sehingga Pan Santeng membangun pelinggih di atas batu karang dan setiap hari dengan tekun sang Bendega menghaturkan Bhakti di pelinggih tersebut, seiring dengan semakin banyaknya hasil tangkapan yang diperolehnya,” lanjut Sudana.

Hingga suatu hari, Pan Santeng mendapat sabda jika pelinggih tersebut adalah tempat stana Ida Brahma Putri dari Patni Keniten yang bernama Ida Ayu Ngurah Saraswati Swabhawa.

Demikianlah intisari dari sejarah Pura Luhur Candi Narmada dan pura tersebut selama berabad-abad tetap berupa pelinggih batu sederhana di atas karang, hingga akhirnya dilanjutkan Sudana pada tahun 1958 ada seorang ibu dari Kuta menerima pawisik untuk membangun sanggar agung di kawasan pelinggih Ratu Niang Sakti.

Akhirnya sanggar agung dibangun, dan lambat lain pelinggih tersebut semakin banyak dikunjungi masyarakat dari seluruh Kota Denpasar maupun dari luar Denpasar. “Terutama oleh para pedagang dan nelayan, pura ini menjadi tempat untuk memohon anugrah,” lanjutnya.

Seiring dengan perkembangan zaman, secara perlahan, pembangunan pura Luhur Tanah Kilap semakin berkembang dengan beberapa gedong dan bangunan lainnya mulai dari Bale Kulkul, Pelinggih Ratu Gede Bendega, Gelung kuri dan Peletasan, Pelinggih Padmasana, Pelinggih Meru dan Negara Segara, Pelinggih Berada Rambut Sedana, Pelinggih Penglurah, Pelinggih Bhatara Wisnu, Pelinggih Ratu Bagus, Pelinggih Jineng, Pelinggih Bhatari Niang Sakti, Gedong Simpen dan Telaga Waja serta Bale Peselang.

Dikatakan Sudana, pelinggih tersebut berada di utama Mandala Pura Luhur Tanah Kilap. Sedangkan di areal palemahan, terdapat dua pelinggih lain yakni Pelinggih Persimpangan Bhatara Dalem Ped yang terletak di sebelah timur dan Pura Taman dan Tapa Gni yang terletak di sebelah Barat. Pelinggih dan pura-pura yang ada ini adalah satu kesatuan di Pura Luhur Candi Narmada Tanah Kilap.

Subak Sembung: Surga Ekowisata dan Lari di Tengah Hamparan Sawah Denpasar

Penyuka olahraga lari pantang untuk melewatkan destinasi satu ini. Subak Sembung atau Uma Pala. Lokasinya ada di Jalan Ahmad Yani, Desa Peguyangan, Kecamatan Denpasar Utara. Subak ini merupakan salah satu tujuan wajib bagi mereka penyuka olahraga lari. Pasalnya, disini Anda bisa menikmati udara segar sekaligus menikmati pemandangan berupa hamparan sawah. Pematang sawah ini dilengkapi dengan jalan beton selebar 2 meter sepanjang sekitar 1 km. Saluran air di sebelah jalan beton mengalirkan air dengan lancar, membelah dan mengairi sawah.

Sejumlah delegasi internasional sudah banyak menjadikan Subak Embung sebagai lokasi ekowisata. Lokasi ini sangat sayang untuk dilewatkan saat mencari tujuan wisata di daerah Denpasar Utara. Di lahan seluas 11 hektare ini, Anda bisa menghabiskan waktu dengan melihat bagaimana pemanfaatan subak sebagai salah satu bentuk ekowisata. Jika beruntung, Anda dapat berinteraksi dengan petani pemilik lahan yang jumlahnya sebanyak 200 orang. Mereka inilah yang setiap hari menjaga eksistensi Subak Embung di tengah-tengah ancaman alih fungsi lahan.

Keistimewaan destinasi ini, meskipun menjadi lokasi wisata, para petani tetap berproduksi normal seperti sedia kala. Sejumlah bale bengong untuk bersantai ditempatkan di pinggir jalan, tempat pengunjung melepas lelah atau beristirahat menikmati pemandangan hijau. Petani-petani di Subak Sembung tak lagi menggunakan pupuk kimia demi melestarikan sawah mereka. Pupuk organik diutamakan, sejalan dengan awig-awig (aturan adat) subak yang melarang anggotanya mengalihfungsikan sawah.

Ekowisata Subak Embung menjadi saksi bahwa pemanfaatan lahan sawah dapat bersinergi dengan industri pariwisata. Di subak ini, pengunjung juga dapat mencicipi jajanan tradisional yang dijual oleh warga lokal di dekat pintu masuk dan parkiran kendaraan. Oh iya, meskipun sebuah subak, pengelola ekowisata ini sudah menyiapkan lahan parkir luas sehingga tidak perlu khawatir jika Anda akan berkunjung ke sini. Disarankan, bagi yang enggan berpanas-panasan, datang pada pagi hari maupun sore hari sebelum matahari tenggelam. Dijamin semakin jatuh cinta dengan keindahan penataan Subak Embung atau Uma Sari.

Taman Inspirasi Muntig Siokan: Surga Alam dan Matahari Terbenam di Sanur

Taman ini berlokasi di Pantai Mertasari, Sanur. Lokasinya ada di sisi barat pantai dari parkiran.
Destinasi wisata ini dikembangkan oleh warga Desa Adat Intaran Sanur. Fasilitas yang ada di Taman Inspirasi Muntig Siokan sangat lengkap, mulai dari playground, jineng Bali, hingga kano. Di taman ini terdapat warung-warung yang menyediakan makanan dan minuman dengan harga terjangkau.

Salah satu wahana yang menjadi daya tarik utama di Taman Inspirasi Munting Siokan adalah wahana menaiki onta dan kuda. Wahana ini menjadi salah satu wahana favorit wisatawan, baik anak-anak maupun orang dewasa. Ada juga masyarakat adat setempat yang menyewakan kano bagi yang meyukai olahraga ini. Bagi pungunjung yang ingin berwisata sepanjang hari di taman ini, tersedia juga gazebo-gazebo dengan gaya Bali yang beratapkan alang-alang.

Ada juga tempat dan sarana bermain khusus bagi anak-anak, seperti ayunan dan bebek-bebekan. Tempat yang sangat tepat bersantai bersama keluarga sembari menikmati suasana pantai dan pemandangan kapal-kapal bersandar.

Taman Inspirasi Muntig siokan adalah tujuan wisata yang wajib dikunjungi bagi para pecinta alam dan pengagum matahari terbenam. Taman yang indah ini menawarkan kesempatan untuk mengagumi kehijauan hutan yang subur, serta menyaksikan matahari terbenam yang memukau menghilang di balik cakrawala.

Taman ini memiliki hutan yang subur yang menjadi rumah bagi beragam flora dan fauna. Taman ini adalah tempat yang ideal bagi para pecinta alam untuk melarikan diri dari hiruk-pikuk kota dan kembali bersatu dengan alam. Pengunjung dapat berjalan-jalan melalui hutan dan meresapi suasana yang tenang yang mengelilingi mereka. Taman ini juga memiliki danau yang menakjubkan, yang menambah keindahan alami taman.

Salah satu daya tarik utama dari Taman Inspirasi Muntig Siokan adalah matahari terbenam yang menakjubkan yang dapat disaksikan dari taman. Ketika matahari perlahan-lahan tenggelam di balik cakrawala, langit berubah menjadi beragam warna, menciptakan pemandangan yang indah yang akan membuat pengunjung terpesona. Taman ini menawarkan berbagai sudut pandang di mana pengunjung dapat menonton matahari terbenam.

Taman ini tidak hanya populer di kalangan pengunjung lokal tetapi juga menarik banyak wisatawan domestik dari luar Bali dan bahkan wisatawan asing. Keindahan alam taman dan suasana yang tenang menjadikannya sebagai tujuan yang ideal bagi mereka yang mencari istirahat dari kehidupan mereka yang sibuk. Taman ini menawarkan berbagai kegiatan seperti jogging, bersepeda, dan piknik, menjadikannya tempat yang sempurna untuk keluarga dan kelompok menghabiskan waktu berkualitas bersama.

Sebagai kesimpulan, Taman Inspirasi Mertasari adalah tujuan yang sempurna bagi mereka yang mencari untuk mengagumi keindahan alam Bali dan menyaksikan matahari terbenam yang menakjubkan menghilang di balik cakrawala. Suasana yang tenang di taman, ditambah dengan acara budaya dan seni, menjadikannya sebagai tujuan yang wajib dikunjungi bagi wisatawan dari seluruh dunia. Mari bergegas menikmati suasana temaram sunset di Muntik Siokan.

Menyelami Sejarah dan Tradisi Pura Tambang Badung: Dari Pura Taman ke Pura Penambangan Badung

Pura Tambang Badung terletak di Banjar Pemedilan Kerandan, Desa Pemecutan, Denpasar. Tepatnya di Jalan Gunung Batukaru, sebelah barat Pura Pasah Pemedilan. Pura Tambang Badung merupakan salah satu jajaran pura tua yang ada di Bali.

Pura ini dulunya bernama Pura Taman, kemudian berubah menjadi Pura Ayu Panesteran Panembahan Badung, baru akhirnya menjadi Pura Penambang Badung. Pura Tambangan Badung sendiri memiliki beberapa tradisi. Ada Tari Baris Tangklong yang dipentaskan setiap Penampahan Galungan dan Tradisi Siyat Sampian yang dilaksanakan setiap Manis Kuningan. Tujuan tradisi ini adalah untuk pembersihan mala dan menanamkan jiwa ksatria.

Pura Penambangan Badung merupakan pura yang berfungsi sebagai pura kerajaan Badung. Menurut sumber-sumber tradisional, pura ini didirikan pada awal-awal berdirinya kerajaan Badung oleh Kiyai Jambe Pule, yang bergelar Kiyai Anglurah Pemecutan I.

Nama Pura Penambangan erat kaitannya dengan anugerah yang diterima Kiyai Jambe Pule di Gunung Batukaru, yaitu berupa pecut (cemeti) dan tambang (tali). Pura ini dimaknai sebagai tali pengikat keluarga dan warga Pemecutan. Di pura ini berdiri berbagai palinggih (bangunan suci), termasuk paibon (ikatan keluarga) dari semua warga yang berjasa dalam pendirian Kerajaan Badung.

Tercatat ada 52 palinggih dengan 18 di antaranya merupakan palinggih paibon dan sisanya merupakan palinggih panyawangan berbagai pura penting di Bali. Pura ini di-empon (di bawah tanggung jawab) warga Puri Pemecutan. Upacara pujawali (hari peringatan berdirinya pura) dilaksanakan saban Purnama Kadasa (purnama pada bulan ke sepuluh dalam tradisi penanggalan Bali, sekitar bulan Maret).

Makam Ratu Ayu Siti Khodijah: Kisah Multikulturalisme dan Legenda di Kota Denpasar

Makam Ratu Ayu Siti Khodijah ini merupakan bukti multikuralisme sudah sejak lama ada di Kota Denpasar. Makam ini berada di utara Setra Agung Badung, Desa Pekraman Denpasar. Tepatnya di sebelah timur Pura Dalem Kahyangan Denpasar.

Ratu Ayu Siti Khodijah Pemecutan, merupakan makam salah satu putri Raja Pemecutan bernama Gusti Ayu Made Rai atau disebut juga dengan Raden Ayu Pemecutan. Namun tidak jelas dari Raja Pemecutan yang mana. Ia menikah dengan putra Raja Bangkalan yang bernama Raden Sosroningrat. Setelah pernikahan mereka, Dewi Ayu diajak ke Madura, memeluk agama Islam dan berganti nama menjadi Siti Khotijah.

Cerita awal sang Raden Ayu Pemecutan, seperti cerita legenda putri-putri keraton di seluruh nusantara. Sang putri terkenal cantik dan disayang hingga menjadi kembang kerajaan. Tak sedikit para pembesar kerajaan di Bali yang ingin meminang sang putri. Namun musibah datang, sang putri mengidap penyakit kuning. Raja Pemecutan berusaha untuk menyembuhkan sang anak kesayangan, namun tak berhasil menyembuhkan sang putri. Hingga Raja Pemecutan membuat sebuah sayembara yang bisa menyembuhkan penyakit sang putri, jika perempuan akan diangkat jadi anak raja dan jika laki-laki akan di kawinkan dengan Raden Ayu Pemecutan.

Kabar tentang sayembara ini terdengar oleh seorang ulama di Yogyakarta dan mempunyai seorang anak didik yang jadi raja di Madura yaitu Pangeran Cakraningrat IV. Ulama yang dalam buku Sejarah keramat Raden Ayu Pemecutan disebut Syech ini memanggil Pangeran Cakraningrat IV ke Yogyakarta untuk mengikuti sayembara tersebut. Raja Madura ini berangkat ke Bali, hasilnya dapat ditebak Raden Ayu Pemecutan dapat disembuhkan oleh Pangeran Cakraningrat IV.

Setelah sang putri sembuh, lalu Raden Ayu Pemecutan dan Pangeran Cakraningrat IV dikawinkan. Tentunya dalam perkawinan muslim, keduanya harus beragama Islam, Raden Ayu Pemecutan pun jadi mualaf dan bergelar Raden Ayu Siti Khotijah. Sang putri lalu di boyong ke Madura oleh Pangeran Cakraningrat IV.

Suatu ketika Raden Ayu pulang ke Bali beserta 40 orang pegiring dan pengawal. Pangeran Cakraningrat IV memberikan bekal berupa guci, keris dan sebuah pusaka berbentuk tusuk konde yang diselipkan di rambut sang putri. Sesampainya di kerajaan Pamecutan, Siti Khotijah disambut dengan riang gembira. Namun, kala itu tidak ada yang mengetahui bahwa sang putri telah memeluk agama Islam. Suatu hari ketika ada suatu upacara Meligia atau Nyekah yaitu upacara Atma Wedana yang dilanjutkan dengan Ngelingihan (Menyetanakan) Betara Hyang di Pemerajan (tempat suci keluarga) Puri Pemecutan, Raden Ayu Pemecutan berkunjung ke Puri tempat kelahirannya. Pada suatu hari saat sandikala (menjelang petang) di Puri, Raden Ayu Pemecutan alias Raden Ayu Siti Kotijah menjalankan persembahyangan (ibadah sholat maghrib) di Merajan Puri dengan menggunakan Mukena (Krudung). Ketika itu salah seorang Patih di Puri melihat hal tersebut. Para patih dan pengawal kerajaan tidak menyadari bahwa Puri telah memeluk islam dan sedang melakukan ibadah sholat. Menurut kepercayaan di Bali, hal tersebut dianggap aneh dan dikatakan sebagai penganut aliran ilmu hitam.

Akibat ketidaktahuan pengawal istana, ‘keanehan’ yang disaksikan di halaman istana membuat pengawal dan patih kerajaan menjadi geram dan melaporakan hal tersebut kepada Raja. Mendengar laporan Ki Patih tersebut, Sang Raja menjadi murka. Ki Patih diperintahkan kemudian untuk membunuh Raden Ayu Siti Khotijah. Raden Ayu Siti Khotijah dibawa ke kuburan areal pemakaman yang luasnya 9 Ha. Sesampai di depan Pura Kepuh Kembar, Raden Ayu berkata kepada patih dan pengiringnya “aku sudah punya firasat sebelumnya mengenai hal ini. Karena ini adalah perintah raja, maka laksanakanlah. Dan perlu kau ketahui bahwa aku ketika itu sedang sholat atau sembahyang menurut kepercayaan Islam, tidak ada maksud jahat apalagi ngeleak.” Demikian kata Siti Khotijah.

Raden Ayu berpesan kepada Sang patih “jangan aku dibunuh dengan menggunakan senjata tajam, karena senjata tajam tak akan membunuhku. Bunuhlah aku dengan menggunakan tusuk konde yang diikat dengan daun sirih serta dililitkan dengan benang tiga warna, merah, putih dan hitam (Tri Datu), tusukkan ke dadaku. Apabila aku sudah mati, maka dari badanku akan keluar asap. Apabila asap tersebut berbau busuk, maka tanamlah aku. Tetapi apabila mengeluarkan bau yang harum, maka buatkanlah aku tempat suci yang disebut kramat”.

Setelah meninggalnya Raden Ayu, bahwa memang betul dari badanya keluar asap dan ternyata bau yang keluar sangatlah harum. Peristiwa itu sangat mengejutkan para patih dan pengawal. Perasaan dari para patih dan pengiringnya menjadi tak menentu, ada yang menangis. Sang raja menjadi sangat menyesal dengan keputusan belia . Jenasah Raden Ayu dimakamkan di tempat tersebut serta dibuatkan tempat suci yang disebut kramat, sesuai dengan permintaan beliau menjelang dibunuh. Untuk merawat makam kramat tersebut, ditunjuklah Gede Sedahan Gelogor yang saat itu menjadi kepala urusan istana di Puri Pemecutan

Mengungkap Pesona Pasar Sindu Sanur: Tempat Kuliner Favorit Wisatawan Mancanegara dan Lokal

Buang dulu kesan jorok dan kotor saat mendengar Pasar Sindu Sanur. Semua kesan itu dapat dijamin tidak ada di pasar ini. Justru sebaliknya, Anda akan mendapatkan kesan istimewa. Di Pasar Sindu Sanur, pengunjung justru akan terkesima karena banyak wisatawan mancanegara layaknyaa warga lokal. Tidak heran kalau pasar ini dijuluki Pasar Senggolnya Bule.

Pasar Sindu Sanur Pasar Sindhu yang berada di Jalan Danau Toba No.17 Sanur, Bali. Pasar Sindu berdiri di atas lahan seluas 51 are untuk menampung 361 pedagang yang sebagian besar merupakan masyarakat lokal. Pada pagi hari, pasar ini menjual berbagai kebutuhan pokok. Saat malam hari, pelataran pasar disulap menjadi pasar senggol. Pasar diresmikan oleh Menteri Perdagangan RI Marie Elka Pangestu pada 4 tahun2010. Saat itu tujuannya menjadikan Pasar Sindu menjadi pasar yang ramah dan segar.

Jauh dari kesan pasar tradisional, pasar ini terbilang istimewa karena dikenal dengan kebersihannya. Pasar Sindu kini tidak saja dikenal ramah dan segar tetapi juga pasar bagi wisatawan. Khususnya saat pasar dibuka pada malam hari. Saat malam hari, pasar ini menyajikan aneka hidangan kuliner tradisional dari pada pedagangan kaki lima dengan harga yang terjangkau.

Adapun beberapa makanan unggulan yang menjadi primadona di Pasar Malam Sindu antara lain mi ayam, nasi goreng, bakso, sate, gulai kambing, hingga es buah. Lokasinya yang berada di destinasi utama Bali, yakni Sanur menjadikan Pasar Sindhu sering menjadi tujuan bagi wisatawan internasional berbelanja. Mereka berbaur dengan masyarakat lokal dan wisatawan domestic menikmati sajian kulier lokal. Kebersihan dan kerapian para pedagang ini membuat wisatawan menjadi nyaman sehingga jauh dari kesan jorok dan tidak beraturan.

Jangan kaget ketika suatu ketika Anda mampir untuk menikmati suguhan kuliner Pasar Sindu tiba-tiba duduk berdekatan dengan wisatawan mancanegara. Jika tidak percaya, bisa dibuktikan segera.

Hutan Mangrove Bali atau Taman Hutan Raya Ngurah Rai: Destinasi Wisata Alam yang Memadukan Sejarah, Keindahan, dan Konservasi

Salah satu wisata alam di Kota Denpasar jangan pernah Anda lewatkan. Karena, destinasi ini pernah menjadi lokasi bersejarah tempat berkumpulkan kepala-kepala negara anggota G-20 seperti Presiden Amerika Serikat Joe Biden berkumpul, berfoto bersama dan menanam mangrove bersama. Inilah Hutan Mangrove Bali atau Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai. Lokasinya ada di Jalan By Pass Ngurah Rai, Km 21, Suwung Kauh Desa Pemogan, Kuta, Denpasar. Jika hendak masuk lokasi ini, perhatian petunjuk berupa papan besar bertulisan G-20.

Ada berbagai aktivitas dapat Anda nikmati di taman Mangrove seluas 1.373 hektare dengan panjang 1,5 kilometer ini. Disini Anda bisa berjalan menyusuri mangrove track yang terbuat dari susunan kayu di atas hutan mangrove. Pengunjung bisa mengamati dan mengidentifikasi aneka tanaman bakau di kiri dan kanannnya. Titik mangrove track ini adalah pemandangan Jalan Tol Bali Mandara.

Pengunjung juga bisa rehat sejenak sembari menghirup udara segar di tower khusus di tengah hutan. Tower ini juga instagramable, sehingga banyak dijadikan latar belakang untuk berswafoto. Dari puncak tower pengunjung bisa menikmati keindahan alam hutan bakau dari atas. Aktivitas lain yang bisa dicoba disini adalah menyewa jukung milik nelayan. Di hutan mangrove ini terdapat perahu-perahu ini milik Kelompok Nelayan Segara Guna Batu Lumbang dengan anggota mencapai 40 orang.

Wisatawan diajak berkeliling hutan bakau selama 25-30 menit, bahkan melintasi bawah Tol Bali Mandara. Kelompok Nelayan Guna Batu Lumbang juga memiliki area pembibitan tanaman mangrove. Mereka akan menanami kembali tanaman mangrove yang mati atau rusak. Penanaman mangrove dilakukan hingga ke pelosok-pelosok hutan sembari menggunakan perahu atau kano.

Ada setidaknya 16 jenis vegetasi bakau di Hutan Mangrove Bali didominasi Rhizophora, Bruguiera, dan Xylocarpus. Keberadaannya memberi naungan terhadap satwa air dan darat di sekitarnya. Unit Pelaksana Teknis Taman Hutan Raya Ngurah Rai mencatat sekitar 61 jenis burung, empat reptil, 30 jenis Crustacease, dan delapan jenis ikan hidup di dalamnya.

Menarik kan beraktivitas di Hutan Mangrove Denpasar? Siapa bilang wisata di Denpasar hanya soal budaya dan pantai. Masih ada hutan Mangrove yang layak dikunjungi.

 

Menelusuri Sejarah dan Tradisi di Pura Petilan Pengerobongan: Dari Penjor Megah hingga Tari Ngurek

Sering penasaran saat melihat video viral penjor-penjor besar dan cantik dipajang bersamaan? Jika Anda penasaran dimana lokasi tersebut. Kami informasikan bahwa lokasi itu berada di Kesiman. Tepatnya di Pura Petilan Pengerobongan. Pura ini berlokasi di Desa Kesiman di Denpasar Timur. Aktivitas pemasangan penjor nan indah berukuran besar tersebut hanya segelintir aktivitas di pura ini.

Pura yang terletak di sisi utara Jalan WR. Supratman, Denpasar tersebut memiliki nilai sejarah dan tradisi unik yakni Ngerebong setiap Redite Pon Medangsia. Selain terkenal dengan pemasangan penjor berukuran besar, salah satu budaya menarik pura ini adalah Tari Ngurek atau Ngunying. Di Pura Pengerebongan tradisi menari setengah trance dengan menggunakan keris pada saat-saat tertentu.

Pura Petilan atau yang lebih dikenal dengan nama Pura Pangrebongan merupakan salah satu pura di Denpasar yang keberadaannya sangat erat kaitannya dengan sejarah PuriKesiman. Putra Raja Badung yang kemudian menjadi Raja di Kesiman dengan gelar Cokorda Kesiman atau Batara Inggas mendirikan puri baru di sebelah barat Puri Kedaton atau Puri Kesiman Baru. Untuk menguatkan dukungan rakyat di Kesiman, maka tempat pemujaan di wilayah Kesiman pun diperbaiki.

Di bagian timur Pura Petilan dibangun tempat pemujaan warga Pasek, Warga Gaduh, Warga Dangka. Demikian juga tempat pemujaan yang ada hubungannya dengan Pura Petilan dipugar oleh Raja. Pura tersebut antara lain Pura Kedaton, Pura Urasana, Pura Kesiman, dan Pura Tojan. Demikian juga upacara di Pura Petilan diteruskan dan saat upacara, Raja pun bersama rakyat ikut bersembahyang bersama-sama di Pura Petilan. Pengrebongan arca penambahan raja juga ikut diusung dan distanakan di Gedung Agung bersama arca Dalem Kesiman.

Di Pura Petilan Kesiman terdapat pelinggih gedong agung yang terletak di tengah-tengah dengan dasar bedawang nala tempat menstanakan arca. Ada juga gedong di sebelah gedong agung tempat menstanakan pura manca pengerob dan semua pecanangan atau pratima dari seluruh pura di daerah kesiman saat upacara pengerebongan di Pura Petilan.

Pura Petilan sangat menarik karena sebagai pemersatu rakyat, dalam hal ini warga Kelurahan Kesiman dengan berbagai soroh atau warga dengan berbagai profesinya. Mereka disatukan atas dasar kekuatan keagamaan seperti keberadaan pura yang tidak hanya berfungsi sebagai media pemujaan pada Tuhan dan roh suci leluhur, melainkan juga untuk menjangkau aspek sosial budaya.

Taman Kota Lumintang: Destinasi Rekreasi Terpadu di Jantung Kota Denpasar

Inilah taman kota favorit masyarakat Kota Denpasar. Lokasinya berada di Jalan Gatot Subroto Tengah. Salah satu taman kota yang memiliki fasilitas lengkap bagi keluarga dengan berbagai tujuan di Ibu Kota Bali. Bagi Anda yang belum tahu taman kota ini, simak dengan baik fasilitas yang tersedia di Lapangan Kota Lumintang.

Taman Kota Lumintang tidak hanya dilengkapi dengan sarana olahraga semata. Kini taman Kota Lumintang telah menjelma menjadi taman kota yang indah yang sudah barang tentunya menjadi pilihan baru untuk berekreasi dan mendapatkan edukasi bersama keluarga. Taman ini terbagi dalam beberapa jenis taman lain seperti Taman lalu lintas, taman lansia, taman fitnes, taman burung, taman digital, taman bermain anak. Semuanya dapat menjadi wahana rekreasi bersantai ditengah kota. Taman ini dibelah oleh jalan Gatot Subroto Tengah.

Di sisi selatan jalan, terdapat taman lalu lintas yang telah diresmikan dengan sarana dan prasarana rambu-rambu lalu lintas yang dapat menjadi edukasi bagi anak dalam berlalulintas dijalan raya. Salah satu fasilitas terbaru di bagian selatan ini adalah Skatepark berlevel internasional. Kemudian bergeser ke sisi utara lapangan Lumintang terdapat taman digital memberikan kemudahan masyarakat dalam mengakses media teknologi informasi lewat layanan internet yang nyaman serta dilengkapi tempat duduk dan meja. Kawasan ini juga dilengkapi CCTV dan wifi gratis sehingga bisa dimanfaatkan untuk mengakses informasi.

Disini juga terdapat Youth Park ini yang sering digunakan sebagai coworking space, mini foodcort, pembinaan wirausaha muda, untuk live show musik, tari, teater, dan pameran kreatif (lukisan, foto, dan arsitektur). Youth Park juga dilengkapi jogging track tersendiri, dimana kita bisa jogging sambil melihat bersihnya aliran Tukad Tagtag yang sudah tertata dengan baik.

Fasilitas utama di sisi utara adalah ruang terbuka berupa jogging track. Fasilitas ini paling sering dimanfaatkan oleh warga pada pagi hari dan puncaknya sore hari. Disini juga terdapat lewat taman lansia yang hampir sering dipergunakan para masyarakat lanasia untuk menjalankan aktivitas senam maupun olahraga ringan seperti berjalan kaki.

Disana juga terdapat taman burung, dimana kita bisa mengajari anak dan mengenal kelincahan burung merpati yang dapat berinteraksi langsung sembari memberikan makan. Bagi masyarakat yang sedang berolahraga juga dimanjakan dengan beberapa fasilitas kebugaran yang sudah barang tentunya bisa dinikmati dengan tidak mengeluarkan biaya sedikitpun.

Salah satu kelayakan sebuah kota adalah punya taman kota yang layak. Taman Kota Lumintang ini tentu saja menjadi salah satu kelayakan tersebut.