Ekowisata Subak Sembung

Terletak di Jl. Ahmad Yani, Desa Peguyangan, Denpasar Utara, Subak Sembung Ecotourism adalah sebuah permata tersembunyi di Bali yang menawarkan lebih dari sekedar objek wisata biasa. Dikelilingi oleh hijaunya pepohonan dan sawah-sawah, destinasi ekowisata ini memberikan pengunjung kesempatan unik untuk menyegarkan tubuh dan pikiran melalui olahraga sambil menikmati keindahan alam.

Subak Sembung Ecotourism adalah destinasi ideal bagi mereka yang ingin melarikan diri dari hiruk pikuk kota dan menikmati suasana damai dan tenang. Situs ekowisata ini memiliki jalur trekking sepanjang 2 kilometer yang berkelok-kelok melewati sawah dan kebun kelapa. Pengunjung dapat berjalan santai atau menantang diri mereka sendiri dengan pendakian yang lebih intens yang melibatkan tanjakan curam dan turunan tajam.

Bagi mereka yang lebih suka olahraga yang lebih menantang, Subak Sembung Ecotourism juga menawarkan sewa sepeda gunung. Pengunjung dapat menjelajahi sekitar, dengan jalur yang bervariasi dari mudah hingga menantang, tergantung pada tingkat keahlian pengendara. Kombinasi antara pemandangan alam yang indah dan aktivitas fisik membuat pengalaman yang tak terlupakan.

Salah satu daya tarik dari Subak Sembung Ecotourism adalah jembatan gantung Subak Sembung, yang melintasi Sungai Saba yang indah. Jembatan ini memberikan pemandangan yang menakjubkan dari sungai dan kehijauan sekitarnya. Jembatan ini juga menawarkan pengalaman yang unik bagi pengunjung, karena mereka dapat merasakan getaran jembatan di bawah kaki mereka saat melintas.

Subak Sembung Ecotourism bukan hanya tempat untuk olahraga dan mengapresiasi alam. Destinasi ini juga menawarkan pengunjung gambaran tentang sistem irigasi tradisional Bali yang dikenal sebagai “Subak.” Pengunjung dapat menyaksikan proses budidaya padi dan belajar tentang praktik tradisional masyarakat Bali.

Sebagai kesimpulan, Subak Sembung Ecotourism adalah destinasi yang harus dikunjungi bagi mereka yang mencintai alam, aktivitas fisik, dan belajar tentang budaya tradisional. Kombinasi antara lingkungan alam yang indah, aktivitas fisik, dan pembelajaran budaya membuat Subak Sembung Ecotourism menjadi tempat yang sempurna bagi siapa saja yang ingin menyegarkan pikiran dan tubuh. Jadi, baik Anda

Puri Agung Jro Kuta

Puri Agung Jro Kura didirikan oleh Dewa Gede Jambe Badung, kurang lebih pada tahun 1820M. Setelah Abiseka sebagai pejejengan Puri, Beliau bergelar Kyai Agung Gede Jro Kuta Kahunin gan.

Keluarga Puri Agung Jro Kuta merupakan keturunan langsung Puri Klungkung yakni Dewa Agung Kusamba yang merupakan Raja Klungkung.

Sebagai gambaran sejarah khususnya dalam upacara pitra yadnya, pengabenan di Puri Agung Jro Kuta boleh memakai sarana Naga Banda. Naga Banda tersebut digunakan karena merupakan keturunan langsung Raja Klungkung (Satria Dalem) yang telah Mabiseka Ratyu (Keprabon) yang artinya naik tahta sebagai raja.

Puri agung Jro Kuta hingga saat ini tata letak atau zona masih tertata seperti zaman dahulu didirikan memasuki halaman Puri Aung Jro Kuta terdapat 4 buah kori agung. Dalam istilah kerajaan dahulu disebut dengan Nyatur Singa atau empat lokasi berbeda dalam satu kawasan.

Halaman pertama adalah Jaba Ancak Saji terletak di sebelah barat daya puri dan biasanya digunakan untuk mempersiapkan diri sebelum masuk ke puri, kemudian dilanjutkan menuju Jaba Tengah, Jaba Tandeg, Saren Agung (ruang tamu raja), Suci, dan terakhir adalah Merajan Agung berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Sebagai catatan sejarah, Puri Agung Jro Kuta merupakan pengempon dari pura Luhur Uluwatu sebagai salah satu pura Sad Kahyangan di Bali yang terletak di desa Pecatu Kabupaten Badung.

Sisi lain dari Puri Agung Jro Kuta adalah tradisi Menenun. Hingga saat ini kerajinan tersebut masih dipertahankan di Puri Agung Jro Kuta. Meski produksi yang dihasilkan sangat tertinggal jauh dengan mesin industri tekstil dan modern, namun tradisi turun temurun ini tetap dilestarikan. Dilihat dari kain kain khas untuk upacara yadnya masih sangat diminati masyarakat.

Mempertahankan budaya dan kearifan lokal adalah ciri khas Puri Agung Jro Kuta, terbukti para perajin masih menggunakan alat tenun tradisional dari kayu yang berusia hampir puluhan tahun.

Kekuatan budaya, keterikatan dengan mempertahankan tradisi, merupakan upaya penting melestarikan keberagaman Pulau Dewata. Keberadaan Puri sebagai salah satu titik sentral jaman kerajaan terdahulu, hendaknya dapat terus dilestarikan.

Estuary Dam Tukad Badung

Bendungan Muara Sungai Badung adalah bendungan multifungsi yang terletak di muara Sungai Badung di Bali, Indonesia. Bendungan ini dirancang untuk mengatur aliran air sungai dan mencegah banjir saat hujan deras. Bendungan ini juga menjadi tempat populer untuk memancing, piknik, dan berwisata, dengan pemandangan sungai dan pegunungan sekitarnya yang menakjubkan.

Sungai Badung adalah salah satu sungai terpanjang dan terpenting di Bali. Sungai ini bermuara di laut Bali dekat kota Denpasar dan mengalir dari pegunungan tengah Bali. Karena lokasinya dan kondisi geografisnya, Sungai Badung rentan terhadap banjir selama musim hujan, yang dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan pada komunitas sekitar, lahan pertanian, dan infrastruktur.

Untuk mengatasi risiko tersebut, Bendungan Muara Sungai Badung dibangun pada tahun 1978. Bendungan ini dirancang untuk mengatur aliran air dengan melepaskan atau menahan air sesuai kebutuhan, tergantung pada kondisi cuaca dan tingkat air sungai. Dengan mengatur aliran air, bendungan mencegah banjir di hilir dan memastikan bahwa air sungai digunakan dengan efisien untuk irigasi dan tujuan lainnya.

Selain dari fungsi utamanya dalam mengendalikan banjir, Bendungan Muara Sungai Badung juga menjadi tempat populer untuk memancing dan kegiatan rekreasi. Air tenang di bendungan ini menarik ikan seperti ikan tilapia, ikan lele, dan ikan mas, menjadikannya tempat yang ideal untuk para penggemar memancing. Sekitar bendungan juga cocok untuk piknik dan bersantai, dengan banyak ruang terbuka, bangku, dan area teduh.

Salah satu fitur yang paling mencolok dari Bendungan Muara Sungai Badung adalah pemandangan yang menakjubkan. Letak bendungan ini di muara sungai memberikan pengunjung sudut pandang yang unik dari sungai dan pegunungan sekitarnya. Pengunjung dapat menikmati pemandangan panorama sungai, laut, dan bukit hijau yang menyegarkan dengan udara segar dan suara air yang menenangkan.

Dalam beberapa tahun terakhir, Bendungan Muara Sungai Badung telah menjadi objek wisata yang populer di Bali. Lokasi dan fasilitas bendungan membuatnya menjadi destinasi yang ideal untuk pecinta alam, penggemar memancing, dan keluarga yang mencari liburan. Pengunjung dapat menyewa peralatan memancing, menikmati camilan dan minuman lokal, atau hanya bersantai dan menikmati pemandangan yang indah.

Sebagai kesimpulan, Bendungan Muara Sungai Badung adalah proyek infrastruktur yang berharga yang berfungsi secara esensial dalam mengendalikan banjir dan memastikan penggunaan sumber daya air Sungai Badung yang efisien. Lokasi dan fasilitas bendungan juga membuatnya menjadi destinasi yang menarik bagi wisatawan.

Taman Budaya (Art Center)

Bali Art Center Denpasar atau Taman Budaya Bali merupakan bangunan yang ditujukan sebagai tempat pelestarian budaya serta pengembangan pusat kesenian Bali. Sebuah taman budaya yang digagas oleh mantan gubernur pertama, yaitu Ida Bagus Mantra. Beliau merupakan seorang pemimpin yang begitu peduli dengan nilai-nilai budaya.

Bali Art Center Denpasar juga merupakan salah satu tempat wisata yang menjadi destinasi wisata oleh para wisatawan. Anda yang berkunjung ke Art Centre akan banyak mengetahui mengenai kebudayaan serta kesenian, sehingga selain anda dapat bersenang-senang anda dapat menambah pengetahuan anda.

Bali Art Centre Denpasar adalah komplek bangunan yang memiliki luas kurang lebih 5 hektar. Dengan gaya arsitektur tradisional Bali, bangunan-bangunan yang ada disini begitu kokoh dan indah. Dilengkapi juga dengan taman-taman yang tertata rapi dan juga terdapat sebuah anak sungai yang berada di area taman.

Komplek bangunan yang ada di Bali Art Center Denpasar terbagi menjadi beberapa, seperti komplek bangunan suci, yang meliputi Pura Taman Beji, Bale Selonding, Bale Pepaosan, dan lainnya. Kemudian terdapat komplek bangunan tenang, yang meliputi Perpustakaan Widya Kusuma, tempat ini merupakan tempat menyimpan buku-buku tentang sejarah Bali.

Komplek bangunan setengah ramai, meliputi Studio Patung, Gedung Pameran Mahudara, Gedung Kriya, Wisma Seni dan Wantilan, tempat ini adalah aula tempat pameran seni Bali. Dan selanjutnya adalah komplek bangunan ramai yang meliputi, Panggung terbuka Ardha Candra dan Panggung tertutup Ksirarnawa, keduanya ini berada di selatan sungai.

Sebuah acara tahunan yang rutin diselenggarakan di Bali Art Centre Denpasar adalah Pesta Kesenian Bali atau PKB. Biasanya diadakan pada pertengahan Juni – Juli. Waktu-waktu tersebut sering bertepatan dengan liburan sekolah. Jadi anda dapat memanfaatkan waktu liburan untuk menikmati serunya Pesta Kesenian Bali.

Pada saat ada event PKB akan terdapat berbagai pagelaran seni pada setiap harinya. Anda dapat menyaksikan beragam pagelaran seperti Joged Bungbung, Tari Bondres, kreasi baru, wayang, seni tabuh dan masih banyak lagi tergantung pada Duta seni setiap Kabupaten di Bali yang akan mementaskan. Tidak hanya dari Bali, terdapat juga duta luar hingga mancanegara.

Selain pertunjukan seni, terdapat juga berbagai pameran seni seperti seni pahat, seni lukis, kain batik, kerajinan emas dan perak, serta berbagai kerajinan dan kearifan lokal dengan harga yang lebih murah serta terjangkau.

Beragam keseruan dapat anda saksikan di Art Centre Bali ini. Bagi anda yang ingin menikmati beragam kesenian tersebut anda tidak akan dikenai biaya tiket masuk.

Bagi anda yang tertarik untuk datang ke Bali Art Centre Denpasar ini, langsung saja anda menuju lokasinya di Jalan Nusa Indah Denpasar Bali, tepat di tengah – tengah kota Denpasar. Lokasinya cukup mudah untuk dijangkau apabila anda datang dari kawasan Kuta, Sanur, maupun Tanjung Benoa. Apabila dari bandara Ngurah Rai maka akan menempuh perjalanan sekitar 45 menit hingga 1 jam.

Tukad Bindu

Tukad Bindu adalah sungai yang tenang yang terletak di tengah-tengah hijauan yang rimbun, menawarkan kesempatan unik bagi pengunjung untuk melarikan diri dari kehidupan sehari-hari yang sibuk dan menikmati lingkungan yang tenang dan damai. Lokasi yang indah ini adalah tujuan yang sempurna untuk keluarga dan pecinta alam yang mencari istirahat dari kekacauan kehidupan perkotaan.

Salah satu daya tarik utama dari Bindu adalah keindahan alamnya. Sungai ini dikelilingi oleh bukit-bukit hijau, dan airnya jernih bening, menjadikannya tempat yang ideal untuk memancing atau berenang. Pengunjung dapat menikmati jalan-jalan santai di sepanjang tepi sungai, menghirup udara segar, dan menikmati pemandangan yang menakjubkan. Bersepeda juga merupakan kegiatan populer di Bindu, dengan beberapa layanan penyewaan sepeda tersedia di daerah tersebut.

Bagi mereka yang lebih suka pengalaman yang lebih santai, piknik adalah pilihan yang sangat baik. Daerah ini memiliki beberapa tempat piknik, dengan area yang ditunjuk untuk barbekyu dan ruang yang cukup untuk permainan outdoor. Dengan suasana yang tenang dan damai, Bindu adalah lokasi yang ideal untuk hari keluarga atau piknik romantis bersama orang yang dicintai.

Tukad Bindu juga merupakan rumah bagi berbagai flora dan fauna. Pengamat burung dapat melihat beberapa spesies burung, termasuk burung kingfisher, bangau, dan elang. Kera dan primata lainnya juga sering terlihat di daerah ini. Pengunjung dapat menyewa pemandu lokal untuk mengajak mereka jalan-jalan alam dan mempelajari lebih lanjut tentang flora dan fauna setempat.

Secara keseluruhan, Bindu adalah destinasi yang sangat baik bagi mereka yang mencari lingkungan yang tenang dan damai jauh dari kekacauan kehidupan perkotaan. Apakah Anda ingin bersepeda, jalan-jalan, piknik, atau hanya bersantai dan menikmati pemandangan yang menakjubkan, Bindu memiliki sesuatu untuk semua orang. Jadi, mengapa tidak merencanakan kunjungan ke lokasi yang indah ini dan merasakan kedamaian alam?

Pura Dalem Cemara

Latar belakang sejarah pendirian Pura Dalem Cemara tidak dapat ditemukan dalam sumber-sumber tertulis, tetapi cerita-cerita masyarakat sebagai pangempon dan penyungsung pura dapat digunakan sebagai salah satu narasi dalam menceritakan keberadaan pura ini.

Menurut pemangku pura, Jero Mangku Made Sukanadia dahulu masyarakat serangan merupakan nelayan-nelayan yang melintasi teluk di sekitaran Tanjung Benoa. Mereka datang dari, misalnya, sekitar Pamogan, Suwung, Kepaon, Kelan, Pago, Panjer, Dukuh, Pedungan, Intaran, Cemenggon, Batusasih (Batubulan).

Secara struktur, Pura Dalem Cemara posisinya menghadap ke barat dengan terbagi atas tiga halaman. Yaitu halaman dalam (utama mandala/jeroan), halaman tengah (madya mandala), dan halaman luar (nista mandala/jabaan).

Halaman dalam dan tengah dibatasi dengan tembok keliling yang terbuat dari susunan batu gamping (kapur) atau disebut juga dengan paras tombong, halaman luar dengan halaman tengah dihubungkan dengan paduraksa berupa candi bentar, sedangkan halaman tengah dengan halaman dalam dihubungkan dengan paduraksa berupa candi kurung (kori agung).

Halaman dalam (utama mandala/jeroan) di dalamnya berdiri bangunan maupun arca  seperti Candi Prasada sebagai Gedong Ratu Agung, Palinggih Tajuk, Gedong Bhatara Dalem Kahyangan, Gedong Bhatara Lamun, Piyasan, Gedong Bahatara Ratu Pemade, Bale Papelik, Gedong Bahatara Ratu Singosari, Palinggih Batur, Meru Bhatara Ratu Pasek, Tugu Kepah Kembar, Gedong Bhatara Ratu Hyang Gelar, Bale Pengaruman, Linggih Ratu Ayu, Palinggih Hyang Ibu, Gedong Bhatara Ratu Apuan, dan Palinggih Ratu Sawo.

Kemudian pada halaman tengah (madya mandala) terdapat juga bangunan seperti Palinggih Arca Prakangge, Bale Kulkul, Bale Gong, Perantenan, dan Palinggih Arca Taman. Halaman luar (nista mandala/jabaan) yang berada di sisi barat merupakan jalan, tanpa dikelilingi tembok.

Pura Dalem Cemara termasuk bagian dari pura kahyangan tiga atau pemujanya terikat oleh kesatuan wilayah dan dulu sebagai Pura Desa, Puseh, Dalem. Sekarang, pura ini merupakan bagian dari pura kahyangan tiga sebagai bersthananya Dewa Wisnu, dewa pemelihara. Hal ini diperkuat dengan adanya Pura Segara di sisi utara Pura Dalem Cemara yang memiliki simbol air sama dengan manifestasi Dewa Wisnu. Upacara piodalan di Pura Dalem Cemara dilaksanakan setiap 210 hari, yaitu pada hari Buda (Rabu) Kliwon, Wuku Sinta (hari raya Pagerwesi).

Desa Budaya Kertalangu

Desa Budaya Kertalangu merupakan desa budaya yang ada di Kota Denpasar Indonesia. Desa Budaya Kertalangu berada di Denpasar Timur Provinsi Bali. Desa ini merupakan salah satu ikon wisata budaya yang ada di Bali. Sebagai ikon wisata budaya, desa ini cukup banyak dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara. Letaknya yang berada di jalan utama Denpasar yaitu di jalan By Pass Ngurah Rai juga membuat desa ini tidak sulit untuk ditemukan. Ketika memasuki Desa Budaya Kertalangu wisatawan akan disambut dengan sajian pemandangan alam yang tampak hijau dan alami berupa persawahan dan kebun-kebun hijau yang subur. Keistimewaan dari Desa Budaya Kertalangu ini adalah di dalam desa ini terdapat tugu perdamaian dunia. Tugu ini dibuat oleh negara-negara independen yang begitu mendukung adanya perdamaian di dunia. Di tugu ini juga terdapat 9 simbol agama yang ada di dunia.

Desa Budaya Kertalangu didirikan atas pemikiran seorang masyarakat Bali yang menginginkan sebuah desa yang di dalamnya terdapat perdamaian, kebudayaan serta memiliki daerah yang hijau. Desa Budaya Kertalangu merupakan desa pertama yang memiliki ketiga konsep tersebut. Keunikan dari desa yang mengandung 3 konsep tersebut tentunya banyak mendatangkan wisatawan untuk datang menyaksikan simbol perdamaian dunia yang berada di desa Denpasar Indonesia ini. Selain itu mereka juga bisa menyaksikan pementasan seni dan budaya sambil menikmati makanan khas Bali yang berada di sekitar Desa Kertalangu. Pentas seni yang biasa di adakan di desa ini yaitu Tari kecak, Tari Barong dan Joged Bumbung. Selain menyaksikan pementasan seni wisatawan juga dapat menemukan kerajinan tangan khas Bali yang beraneka ragam.

Beragam tempat wisata yang ditawarkan kota Denpasar Indonesia, membuat kota ini menjadi salah satu kota dengan perkembangan pariwisata yang baik. Selain Desa Budaya Kertalangu. wisatawan domestik maupun mancanegara dapat melakukan wisata budaya di tempat lainnya yang juga menyuguhkan wisata budaya yang menarik. Wisatawan dapat mengunjungi situs Indonesia Travel, situs ini menyajikan beragam tempat wisata yang dapat dijadikan pilihan para wisatawan untuk berlibur.

Kawasan Hutan Mangrove

Tersembunyi di jantung kota Denpasar, Hutan Mangrove adalah oasis hijau yang menawarkan tempat beristirahat dari kebisingan kota. Seperti namanya, hutan ini adalah semak belukar lebat yang terdiri dari mangrove, yang menyediakan habitat bagi berbagai jenis flora dan fauna. Hutan ini terbuka bagi pengunjung, yang dapat berjalan di jalur kayu yang berkelok-kelok di antara pohon-pohon, memungkinkan mereka untuk menjelajahi pemandangan yang menakjubkan dengan dekat.

Hutan mangrove adalah ekosistem unik yang tumbuh di zona intertidal sepanjang pantai wilayah tropis dan subtropis. Hutan ini memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan ekosistem pesisir dan melindunginya dari erosi. Mangrove sendiri adalah jenis pohon yang telah beradaptasi dengan kondisi yang keras dan selalu berubah di zona intertidal. Akar mereka tumbuh di atas tanah untuk membentuk jaringan yang padat dan membantu menjaga pohon-pohon tetap berada di tempat dan memberikan habitat bagi berbagai jenis binatang laut.

Hutan Mangrove di Denpasar adalah contoh terbaik dari ekosistem yang unik ini. Hutan ini menjadi rumah bagi berbagai jenis tumbuhan dan binatang, termasuk beberapa jenis mangrove, pakis, dan anggrek. Pengunjung ke hutan ini juga bisa melihat berbagai jenis burung, termasuk raja udang dan burung camar, serta biawak dan hewan reptil lainnya.

Salah satu cara terbaik untuk menjelajahi Hutan Mangrove adalah dengan berjalan di jalur kayu yang berkelok-kelok di antara pohon-pohon. Jalur ini memberikan pengunjung pandangan yang dekat dengan mangrove dan kesempatan untuk melihat beberapa hewan yang tinggal di hutan ini. Jalurnya terawat dengan baik, dan ada beberapa titik pengamatan di sepanjang jalan di mana pengunjung dapat berhenti dan menikmati pemandangan yang menakjubkan.

Selain berjalan, pengunjung ke Hutan Mangrove juga bisa berkeliling dengan kano atau mengikuti tur perahu untuk menjelajahi perairan sekitarnya. Hutan ini terletak di tepi Laut Bali, dan airnya merupakan rumah bagi berbagai jenis binatang laut, termasuk penyu laut dan ikan-ikan berwarna-warni.

Hutan Mangrove adalah tujuan populer bagi para pecinta alam dan tempat yang tepat untuk melarikan diri dari kebisingan kota. Hutan ini buka setiap hari dari jam 8 pagi hingga jam 6 sore, dan ada biaya kecil untuk masuk. Pengunjung disarankan untuk

Pantai Tangtu

Pantai Tangtu terletak di Jalan Pucuk Bang, Banjar Tangtu, Desa Kesiman Kertalangu, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar, Bali. Akan lebih mudah untuk mencapai lokasi jika kamu melewati Jalan Bypass Ida Bagus Mantra. Dari jalan ini, kamu akan langsung masuk gerbang pantai.

Ada beberapa aktivitas yang bisa kamu lakukan saat berlibur di Pantai Tangtu, seperti berenang, memancing, berjemur, atau hanya berjalan-jalan menikmati keindahan laut dan hembusan angin sejuk. Di pantai ini terdapat spot foto Instagramable yang terbuat dari cabang pohon daur ulang.

Spot foto ayunan kayu sangat populer di kalangan lokal dan wisatawan untuk berfoto. Kamu mungkin harus antri untuk mendapatkan sudut terbaik untuk foto. Ada juga patung huruf yang terbuat dari barisan cabang pohon yang menjadi tempat favorit wisatawan untuk berfoto.

Ombak di Pantai Tangtu di Denpasar tidak terlalu besar, dan tidak jauh dari pantai, kamu bisa melihat muara Sungai Ayung yang mengalir ke laut. Angin laut yang sejuk sangat cocok untuk menemani berbagai aktivitasmu di pantai ini.

Waktu terbaik untuk mengunjungi Pantai Tangtu adalah di pagi dan sore hari, di mana kamu bisa melihat keindahan matahari terbit dan terbenam yang terbaik. Banyak orang lokal atau wisatawan yang tinggal di sekitar pantai biasanya berjoging atau hanya berjalan-jalan di pagi atau sore hari.

Di pantai ini, kamu juga bisa melihat Pura Campuhan Segara Windu dan pertemuan Sungai Ayung yang disebut “campuhan”. Oleh karena itu, banyak orang lokal atau wisatawan yang datang untuk “menghilangkan” kesialan atau penyakit.

Pura Maospahit

Pada awalnya,Pura ini dibangun oleh seorang tokoh  Bali yang legendaries, Sri Kebo Iwa namanya. Beliau dikenal ahli pada bidang bangunan Bali. Dalam Babad Wongayah Dalem yang dipandang sebagai Prasasti Pura Maospahit diterangkan tentang perjalanan Sri Kebo Iwa mengajar dan memimpin masyarakat membangun Pura.

Sri Kebo Iwa membangun Candi Rasas Maospahit tahun 1200 Saka (1278 Masehi). Adapun yang disebut Candi Rasa Maospahit itu adalah pelinggih gedong bata merah yang cukup besar dan unik dengan dua patung gerabah kuno mengapit pintu. Candi menghadap ke Barat di Mandala Utama Pura Maospahit.

Tampaknya benar isi Babad diatas.Karena kini kita dapat menyaksikan adanya dua pelinggih utama di Mandala Utama Pura Maospahit. Pelinggih itu berupa gedong.Gedong bata merah beratap ijuk yang menghadap ke Barat disebut Candi Raras Maospahit. Sementara itu kembarannya menghadap ke Selatan disebut Candi Raras Majapahit. Di Depan agak keselatan berjajar sanggar Kebudayaan. Sementara itu salu kembar ada di areal sebelah timur penyengker mandala utama Pura Maospahit.

Jro Mangku Gede menjelaskan bahwa yang paling dimuliakan saban sembahyang di mandala utama itu adalah Ratu Ayu Mas Maospahit yang dicandikan dalam Candi Raras Maospahit dan Ida Bhatara Lingsir Sakti yang dicandikan dalam Candi  Raras Majapahit. Pujawali untuk memuliakan Ratu Ayu Mas Maospahit jatuh pada hari Purnama Jyesta, sedangkan Pujawali untuk memuliakan Ida Bhatara Lingsir Sakti jatuh pada hari Purnama Kalima.

Frase Candi Raras artinya Candi yang indah dan secara arsitektural candi tua ini memang antik, walaupun kini bata merahnya mulai lapuk dan mangkuk-mangkuk kuno yang menempel pada tubuh Candi Raras Majapahit sudah banyak yang hilang. Kata “maospahit ” sama artinya dengan kata “majapahit”. Teks Babad terkutip jelas mengatakan bahwa gedong yang dibangun dengan nama Candi Raras Majapahit didasarkan atas ukuran gedong atau candi yang ada di kerajaan Majapahit. Fungsinya dijelaskan sebagai panyawangan bangunan suci untuk menghubungkan diri dengan dewa-dewa atau roh leluhur yang bertempat jauh,yaitu Majapahit. 

Ista Dewata yang dipuja dapat dijadikan indikator tentang agama yang dianut raja dan/atau masyarakat bersangkutan.Kekawin Negara Kertagama menerangkan bahwa ajaran suci yang dianut oleh raja Majapahit adalah ajaran Siwa-Budha. Jro Mangku Gede membenarkan hal ini. Bahwa Dewata yang dipuja di pura Maospahit sesungguhnya adalah Dewa yang menjadi pusat orientasi Agama yang dianut oleh Raja Majapahit.Akan tetapi, dalam konteks rasa hormat tradisi Bali, Tuhan dipuja dengan gelar Ida Bhatara Lingsir. Beliau adalah purasa ‘laki-laki’ bersifat surya ‘matahari’. Sebaliknya Ratu Mas Maospahit adalah Predana ‘perempuan’ bersifat Chandra ‘bulan’.

Seperti dimaksud dalam Babad bahwa Raja Kerajaan Bandana(Badung) merasa tidak lengkap dan tidak rasional, bila hanya memuja Tuhan sebagai Pradana ‘Ibu’. Agar lengkap dan Rasional, juga sebaiknya memuja sebagai Purusa ‘Bapa’. Konsep rwa bhineda ‘oposisi biner’ memang menjadi hakikat kearifan masyarakat Bali sejak zaman purba. Oleh karena itu beliau memerintahkan membangun Candi  Raras Majapahit untuk mendampingi Candi Raras Maospahit yang telah dibangun oleh Sri Kebo Iwa sebelumnya.

Sejalan dengan itu, Jro Mangku Pun menegaskan pendiriannya Bhatara Lingsir dan Ida Ayu adalah Sang Hyang Ardanareswari ‘dua dewata yang tunggal’. Beliau adalah taksu ‘magis religius kerajaan Badung. Tuhan sebagai Bhatara Lingsir Sakti diyakininya mengemban tugas menganugerahkan kadiatmikan ‘pencerahan spiritual’ kepada raja dan masyarakat badung yang bakti kepadanya. Sebaliknya, Tuhan sebagai Ratu Ayu Mas Maospahit diyakininya sebagai pengemban tugas untuk menganugerahkan kewisesan.

‘Kemampuan untuk dapat bekerja secara profesional dan kedigdayaan’ sehingga kerajaan menjadi aman dan makmur.Mangku meyakini bahwa itulah yang dialami para leluhur yang menjadi pangrajeg “penanggung jawab” Pura Maospahit dan kerajaan Bandana.

Mengingat itu sehingga keberadaan Pura Maospahit ini sangat penting artinya bagi penerus kerajaan Bandana terutama keluarga Puri Pemecutan dan Puri Satriya (Satria).

Pura ini tampaknya tidak semata-mata untuk memuja Ista Dewata, tetapi juga untuk memuliakan leluhur khususnya leluhur raja. Ida Bhatara Lingsir, juga adalah gelar untuk menghormati leluhur laki-laki kerajaan Majapahit. Sebaiknya, Ratu Ayu Maospahit, boleh jadi juga adalah gelar untuk menghormati leluhur perempuan kerajaan Majapahit. Termasuk untuk memuliakan Sri Kebo Iwa atas jasa-jasanya. Hindu yakin bahwa leluhur adalah jan bangul ‘pengantar puja’ untuk dapat berhubungan dengan Ista Dewata yang dipuja. Tanpa restu leluhur, puja kepada Tuhan dipandang cacat. Leluhur, karena perbuatan baiknya setelah Beliau berpulang, melalui ritual Sradha atau Ngaben dan Mamukur, rohnya dicandikan dan diyakini dapat menunggal dengan Ista Dewata yang dipujanya. Para Maharsi mengajarkan: “Pitra Dewa Bhawa” ‘Leluhur adalah perwujudan Tuhan’.

Jro Mangku menerangkan bahwa luas Pura sekitar 70-80 are (belum diukur). Pura terpilih atas lima mandala. Mandala pertama ada di depan dengan pintu gerbang yang bernama Candi Kusuma menghadap ke jalan Sutomo. Sebagaimana halnya pintu gerbang Kori Agung lainnya, pintu candi Kusuma itu pun tidaklah lebar. Di dalam mandala depan itu ada Salu Kembar, Bale Kulkul yang megah dan tinggi, Pelinggih Ratu Ngurah Pengalasan, dan Piasan. Pada penyengker sebelah Barat, di bagian pojok Selatan ada pintu gerbang yang kokoh dan tinggi menghadap ke sebelah Barat. Namanya Candi Rengat. Pintu gerbang ini berfungsi menjadi jalan menuju mandala dua.

Mandala kedua yang ada di Selatan Pura, dulunya cukup luas. Akan tetapi, kini hanya tertinggal berupa gang selebar dua meteran untuk menuju gerbang berikutnya yang ada sebelah Barat penyengker Selatan Pura. Dengan menyusuri gang ini, agak jauh di Barat ada sebuah candi bentar yang juga kekar dan megah lelengisan bata merah. Candi Rebah namanya. Mandala ketiga ini, juga disebut Jaba Sisi. Ada sejumlah bangunan khas di sini. Di antaranya Palinggih Ratu Cede Kobar Api, Bale Pesandekan, Bale Cede, Bale Sakaulu, Parerepan, Pawaregan, Pelinggih Bhatara Wisnu, dan Sumur. Ada pula sebuah pohon Soka dan Nyambu Rata yang besar menaungi mandala ini yang menjadikan Pura sejuk dan terkesan angker. Fungsi utama mandala ini adalah sebagai dapur upakani ‘sesajen’, dapur umum, dan pasandekan ‘tempat istirahat’.

Di sebelah Timur mandala ini ada Candi Bentar bata merah berpintu lebar yang juga kekar dan juga unik. Pada Candi Bentar belahan Utara ada relief (patung yang menempel) Bima yang besar yang dililit oleh dua naga. Ratu Ngurah Bayu namanya. Berjejer ke Utara pada dinding candi ada patung Dewa Yama, Indra, dan Sangkara. Sebaliknya, pada belahan candi bagian Selatannya ada patung Burung Garuda ukuran besar membawa Sangku Amerta ‘periuk air kehidupan’. Ratu Ngurah Paksi namanya. Berjejer ke arah Selatan ada patung Dewa Kuwera dan Baruna. Patung unik ini tentu menarik terutama bagi arkeolog.

Patung-patung sakral yang mendampingi Ratu Ngurah Bayu dan Ratu Ngurah Paksi adalah lima dewata yang disebut Sanghyang Panca Korsika. Mereka adalah Dewa penjaga kiblat. Keberadaannya diyakini sebagai yang menganugerahkan rahmat perlindungan gaib sehingga kesucian Pura dan umat Hindu yang melakukan aktivitas religius di dalam Pura selamat dari berbagai bentuk gangguan yang bersifat tidak menguntungkan. Sementara itu, Ratu Ngurah Bayu dan Ratu Ngurah Paksi juga diyakini memiliki fungsi perlindungan.

 Dengan melintasi Candi Bentar ini, kita diajak memasuki mandala keempat yang disebut Jaba Tengah. Mandala ini pun cukup lebar. Ada sejumlah bangunan suci disini, yaitu Bale Pesucian, Bale Tajuk, dan Bale Sumanggen. Di mandala ini ada pohon Sawo Kecik, penyejuk yang cukup rimbun. Mandala ini tentulah untuk wall ‘seni sakral’ terutama ketika ada upacara di Pura ini.

Di Bagian Timur mandala ini ada Kori Agung yang kekar, unik, dan tinggi. Dengan melalui Kori Agung ini, sampailah di mandala utama yang disebut Jeroan. Di sini terdapat cukup banyak bangunan suci. Di sinilah Candi Raras Maospait dan Candi Raras Majapahit yang telah dibicarakan sebelumnya berdiri. Bangunan suci lainnya yang tidak kalah uniknya adalah Bale Pangayunan, Bale Taksu, sejumlah Palinggih Kabuyutan. Palinggih Ratu Hyang Agung, Piasan, Dan beberapa palinggih Kabuyutan. Di bagian bagian tertentu mandala ini tumbuh pohon jepun yang umurnya tampak cukup tua, kayu Putih, Pala Jiwa dan pohon hias lainnya menambah citra kekunoan Pura Maospait.

Kekunoan dan kemegahan Dang Kahyangan Maospait adalah bukti sejarah keberadaan Raja Bandana Kerajaan Badung. Cita-cita dan restu raja, Keterlibatan tokoh-tokoh masyarakat bersama dengan masyarakat membangun dan bakti di Pura Maospahit dahulu sesungguhnya merupakan tanda bahwa Pura adalah pusat orientasi kerajaan. Pura adalah wujud agama yang dianut kerajaan. Ista Dewata yang dipuja di Pura adalah spirit atau pamor kerajaan.